━ 𝐌𝐨𝐝𝐞𝐫𝐧!𝐀𝐔
𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐 𝐨𝐟 𝟔 #𝐖𝐈𝐍𝐃 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬
"... Pergilah bersama angin."
┈───────────┈
Warning! Typo, alur tidak jelas, out of character, melenceng jauh dari game dan alurnya, ga masuk akal, cringe.
[ ReaderInsert! ]
[ Up sesuai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah sang mantan dikirim ke rumah sakit oleh pengurus taman, [Name] berhadapan dengan Aether yang bersimpuh di rumput, menundukkan kepala tanpa rasa bersalah telah memukuli anak orang.
Lumine juga bersimpuh di sampingnya, menundukkan kepala sembari memasang cemberut di wajahnya. Hei, dia tidak ikut-ikutan, kenapa dia ikut dimarahi [Name]?
"Dengar tidak, Aether?!"
"... Dengar."
[Name] menghela napas panjang, dia tidak bodoh. Dia tahu jelas apa maksud panggilan 'Pengembara' yang disebut pengurus taman pada Aether. Ia hanya tidak menyangka sesosok hantu dari masa lalu dapat melakukan ini.
Maksud dia, lihatlah? Bukankah ini tidak masuk akal?
"... Kamu tidak lari?"
Perkataan Aether membuatnya diam. Dia tidak lari? Dari siapa? Aether dan Lumine? Selain itu, bukankah ada hal yang lebih penting untuk dibicarakan?
"... Ae, jawab aku serius. Apa kekasihmu dari masa lalu itu benar-benar aku?"
Karena kalau iya, ini sangat menyedihkan. Masa dia akan menghabiskan waktunya dengan hantu dari masa lalu?
Diamnya Aether dan anggukan kecil dari kepala Lumine membuat jawabannya jelas. Benar, itu dia. Dirinya di masa lalu, pujaan hati sang pengembara.
"... Mungkin janji kita di masa lalu hanya sebatas bertemu, bukan bersatu. Sepertinya ini alasan di balik perbedaan kehidupan kita, Aether. Dulu kamu pengembara yang abadi, sementara aku manusia yang berumur pendek. Sekarang pun aku masih manusia yang berumur pendek, tetapi kamu yang berubah menjadi jiwa yang terikat di tanah ini, sesosok hantu ..."
"... Aku tidak masalah. Selama aku masih bisa melihatmu."
"... Aku yang jadi masalah, Ae. Aku mau bersamamu, aku ... tidak mau kita terpisah seperti ini."
Kepala Aether terangkat, maksudnya? Jika mau menunggu Aether untuk mendapatkan raga, maka membutuhkan waktu yang lama. Sang gadis berbalik badan dan berlari, di tengah-tengah, ia membalikkan badannya lagi dan berteriak, "Tunggu ya!"
"...?" Lumine dan Aether saling berpandangan. Keduanya benar-benar menunggu di tempat yang sama hingga [Name] datang kembali. Tidak berekspetasi akan secepat ini.
Gadis itu tersenyum senang, berjalan mendekat ke arah keduanya dengan wajah riang. Melihat wajahnya yang bersinar bahagia, Aether tersenyum kecil.
"Aether, aku tahu cara agar kita bersama!"
"Bagaimana?"
"Begini!"
Wajah Aether menggelap ketika tangan [Name] mengeluarkan pisau yang dia sembunyikan di balik pakaiannya. Bagaimana bisa dia mendapatkan pisau itu? Bagaimana dia menyembunyikannya dengan begitu mulus?
"... Jauhkan, [Name]."
"Tidak, dengan benda ini, mungkin kita bisa bersatu lagi. Aku akan mendatangimu, Aether. Jadi pastikan, kamu tunggu aku, ya?"
"[Name], aku tidak suka ini. Buang benda itu atau aku yang merebutnya."
Aether melirik ke arah Lumine yang juga melirik ke arahnya, keduanya berdiri dari posisi duduk dan terlihat akan bergerak.
"Kalian berdua hanya akan mempercepatnya, sudahlah, duduk dan diam saja. Aether, tahukah kamu betapa aku mendambakan cinta tulus dari seseorang selama ini?"
"Ketika cinta itu hadir, cinta itu tidak bisa kugapai. Aku tidak punya sanak saudara, orang tuaku sudah tiada, aku tidak punya banyak teman baik. Mungkin aku memang menyebalkan di mata orang lain, dan aku tidak bisa bergaul."
"Ae, kalau aku bisa menyusulmu, apa kita bisa saling mencintai satu sama lain? Seperti dulu ... yang bahkan ingatannya sudah tidak ada lagi di dalam kepalaku."
"... Mungkin ..., jiwaku tidak sesuci kamu yang bisa memertahankan kesadaran selama ini. Jika aku tidak kembali, maukah kamu mencariku di surga? Eh, kalau aku masuk sih."
Aether mengerutkan keningnya. Jelas, dia tidak merasa senang dengan hal ini. Hatinya terluka melihat pemandangan di depannya, dia tidak ingin [Name] menderita. Bagaimana mungkin dia kuat menatap kekasih hati menghunuskan pisau pada dirinya sendiri? Dia merasa ... gagal.
"... Pergilah bersama angin, [Name]. Di akhir, kamu akan tetap menjadi milikku, angin akan menuntunmu padaku."
Senyum tersungging di bibir [Name].
"Kalau begitu aku akan mencari angin itu. Aku mencintaimu, Aether."
Jleb!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.