Keputusan Kedua

262 4 0
                                    

Keira yang sedang santai di rumah mendengar suara deru mobil Andre. Ia bergegas menyambutnya.

"Hai, sayang. Sudah pulang?", tanya Keira ceria.

"Iya, kau sudah makan?", tanya Andre lembut.

"Sudah". Tumben Andre lembut, biasanya dingin, pikir Keira. Ah, mungkin moodnya baik karena Rachel hamil.

"Bagaimana Rachel?", tanya Keira.

Mata Andre berbinar ketika nama Rachel disebut, "ia positif hamil, sudah jalan lima minggu. Kondisinya dan janin sehat".

"Oh, ya? Baguslah!", balas Keira.

"Eh, kau sudah makan? Aku siapkan ya!", Keira hendak beranjak ke dapur, tapi Andre menahan tangannya.

"Keira, duduklah dulu. Aku ingin bicara".

Wajah Andre mendadak serius, Keira nampak bingung.

Setelah Keira ikut duduk, Andre pun langsung mengutarakan rencananya. Ini akan jadi diskusi berat.

"Keira...aku berencana mengajak Rachel tinggal bersama kita".

Hening...1, 2, 3...

"Apa?", teriak Keira. "Kenapa? Aku keberatan!"

Sudah kuduga, pikir Andre.

"Dengar, Keira. Rachel sedang hamil. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri di apartemen. Aku ingin menemaninya!"

"Tapi... tapi... kenapa tidak kamu saja yang tinggal disana... sekali-sekali?", tanya Keira.

Keira agak bersimpati pada Rachel yang sedang hamil. Tapi ia juga tidak mau serumah.

Andre memicing, "memangnya bisa? Kalau aku pergi, kau akan mogok makan lagi nanti?"

Keira tersinggung, dipelototinya Andre. Bagus! Memang Andre bermaksud menyindir Keira yang suka merajuk seperti anak kecil.

Jika bukan karena Kayla, Andre mungkin menunggu saja sampai Keira kelaparan dan makan sendiri.

"Apa maksudmu?", balas Keira tajam. Ia sebenarnya tahu maksud Andre, tapi ia hanya tidak ingin kalah debat.

"Apa perlu aku mengingatkan kejadian saat itu, Keira? Kau pingsan karena tidak makan apa-apa. Sampai sekarang pun kau selalu mogok makan setiap aku bermalam di tempat Rachel. Padahal kau sudah jadi seorang ibu, apa kau tidak memikirkan Kayla sama sekali saat berlaku kekanak-kanakan begitu?"

Ucapan Andre sungguh menusuk hati Keira. Ia mulai menangis.

Oh, no. Here we go again, ucap Andre dalam hati.

Andre memejamkan mata dan mengambil nafas panjang-panjang. Menyesal juga sudah berkata kejam pada Keira.

Keira menangis dan lari ke kamar. Andre menyusulnya. Ia ingin menegur Keira lagi tapi ia urungkan, biar Keira tenang dulu.

Dilihatnya Keira yang menangis tersedu-sedu di kasur, memunggunginya. Andre jadi merasa bersalah, sepertinya ia butuh minum sekarang.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang