Keira dan Rachel

245 4 0
                                    

Seminggu kemudian, setelah kamar selesai direnovasi. Andre mengajak Rachel ke rumah sambil membawa barang-barang bawaannya. Keira dan Kayla ikut menyambutnya.

"Halo, Rachel. Apa kabarmu?", tanya Keira.

"Baik, Keira. Kabarmu sendiri?, Rachel kembali bertanya.

Mereka bersalaman dan berpelukan tanpa canggung seolah-olah teman lama. Padahal hati mereka sama-sama tegang.

"Hai, Kayla sayang. Masih ingat tante?", tanya Rachel ke satu-satunya anak kecil diantara mereka.

"Mmmm... Tante Rachel?"

"Iya, betul. Anak pintar!", ucap Rachel senang karena Kayla masih mengingatnya.

Terakhir mereka bertemu ketika pertama kali ia datang bersama mama Monica.

"Kayla, mulai sekarang jangan panggil 'tante' ya. Panggil pakai 'mama Rachel", kata Keira.

Andre dan Rachel terkejut. Terlebih Rachel, dirinya jadi merasa tidak enak, "ah, tidak perlu, Keira".

Keira tersenyum, "tidak apa-apa, ini memang sudah seharusnya dan memang keinginanku. Kuharap kau bisa menganggap Kayla seperti anakmu sendiri ketika tinggal disini".

Rachel jadi merasa terharu, "baiklah, Keira jika itu maumu. Tentu aku akan menyayanginya bagai anakku sendiri".

Andre melihat Keira dan Rachel yang akrab jadi ikut senang. Padahal tadinya ia ragu membawa Rachel ke rumah akan membuat keributan.

Tapi hanya dengan cara begini, Andre bisa menjaga kedua istrinya.

°°°

Rachel sedang sendirian mengemasi barang-barang di kamarnya, sedangkan Andre berada di ruang kerjanya. Keira pun mendatangi Rachel.

"Ada yang perlu kubantu, Rachel?", tanya Keira dari arah pintu.

"Oh, Keira. Tidak perlu, aku hanya membawa satu koper berisi pakaian-pakaian. Yang lainnya sudah disiapkan Andre disini", jawab Rachel ramah.

"Kau tidak merasa mual dan pusing?", tanya Keira.

Rachel sejenak bingung, lalu berkata, "oh, tidak, Keira. Dokter bilang memang ada yang sepertiku. Tidak merasakan apa-apa saat kehamilan. Aku terkadang sampai lupa kalau sedang hamil jika Andre tidak mengingatkan".

Keira tersenyum, "cepat juga kau hamil, pasti Andre sering menyetubuhimu ya?"

Pertanyaan macam apa ini, pikir Rachel. Tapi ia berusaha ramah dan hanya membalas dengan senyuman.

"Andre memang dominan di ranjang, aku masih ingat saat pertama kali melakukan dengannya. Ia sangat buas, bahkan ia menyetubuhiku berkali-kali dalam sehari. Ah... apa kau tahu kesukaannya?", tanya Keira.

Rachel tidak tahu harus menjawab apa. Namun Keira terus melanjutkan ucapannya.

"Ia sangat menyukai ketika aku mengenakan highheels saat bercinta", bisik Keira.

Entah kenapa Rachel merasa cemburu dan sakit di dadanya.

Keira masih terus berbicara, tapi Rachel tidak menyimak lagi, ia malah membayangkan wajah Andre yang penuh gairah kala menyetubuhi Keira.

Keira yang menyadari Rachel terdiam, kemudian jadi merasa bersalah, "maafkan aku, Rachel. Aku hanya...".

Keira tiba-tiba menangis.

"Lho, kenapa, Keira? Maaf, aku melamun".

Keira menggelengkan kepalanya, "bukan karenamu, Rachel. Aku hanya memikirkan diriku dan Andre selama ini. Kau tahu kan aku sedang sakit? Aku... hanya merasa bersalah pada Andre menjalani hidup yang sulit karenaku, jujur saja aku iri padamu yang bisa membahagiakan Andre".

Rachel yang iba langsung memeluk Keira, "Andre juga mencintaimu, Keira. Jujur kadang aku pun merasa iri ketika ia harus pulang dari tempatku untuk memastikan kau baik-baik saja. Sedalam itu cintanya padamu".

Keira agak terhibur dan tersenyum. Ia melepaskan pelukan Rachel.

"Maafkan keegoisanku selama ini, hingga merebut waktumu bersama Andre. Sekarang aku sadar hal itu malah menyerang diriku sendiri. Andre mulai bersikap dingin."

Rachel cukup kaget dengan infomasi ini, namun ia masih diam dan menyimak apalagi yang akan dikatakan Keira.

"Aku sangat mencintainya, aku membutuhkannya. Itulah kenapa aku lebih memilih kita semua tinggal bersama. Keberadaan Andre di rumah saja sudah membuatku tenang".

"Kau akan menggantikanku menjadi satu-satunya istri Andre dan ibu Kayla jika aku sudah tidak ada. Entah berapa lama lagi waktu yang aku punya", Keira menangis lagi.

Rachel langsung menimpali, "jangan berpikir seperti itu, Keira. Kumohon. Kau akan hidup panjang dan menemani mereka hingga tua".

"Tidak perlu menghiburku, Rachel. Hadapi kenyataan saja. Pengidap kanker tidak mungkin hidup lama. Berjanjilah padaku, kau akan menjaga dan menjadi ibu yang baik untuk Kayla nanti".

"Keira...".

"Kumohon, berjanjilah!"

"Aku janji".

Keira tersenyum lega.

"Aku sangat bersyukur kau adalah gadis yang lembut dan baik hati. Mulai sekarang kita berlaku seperti kakak adik ya".

"Iya, tentu saja, Keira".

Mereka pun berakhir damai dan berpelukan erat.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang