Dua Istri

346 4 0
                                    

Andre sudah rapi mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung. Ia menemui asistennya, Wildan yang menunggu di teras rumah.

"Pagi, Wildan. Sorry, nunggu lama", ucap Andre.

"Iya, pak. Tidak apa-apa", jawab Wildan.

Andre kemudian segera berpamitan pada Keira dan Rachel. Mereka mencium kening keduanya.

Wildan yang melihatnya jadi super duper iri.

Gila, pak bos enak beneer!!! Istri-istrinya bagai bidadari semua! Pikir Wildan.

"Ehem", Andre bersuara untuk membuyarkan lamunan Wildan yang terpaku memperhatikan Keira dan Rachel.

Wildan jadi merasa salah tingkah karena Andre memelototinya.

Mereka berjalan ke arah mobil, namun Andre setengah berbisik, "jangan lagi memandangi istri-istriku seperti barusan, mengerti?"

Nadanya penuh ancaman dan penekanan. Tentu saja Wildan mengangguk patuh.

°°°

Malam harinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, tapi Andre dan Wildan masih saja berada di club house terkenal di ibukota menjamu tamu-tamu.

Gila! Mereka mau sampai jam berapa sih? Gerutu Andre dalam hati. Kalau bukan untuk menang proyek, dia tidak akan sudi melayani mereka.

Diliriknya Wildan di samping yang terlihat masih semangat.

Jelas saja! Di club house ini banyak perempuan cantik jelita yang hanya mengenakan bikini melayani tamu dengan meliuk-liukkan tubuhnya.

Wildan bahkan jadi ikut-ikutan ngaco, karena pengaruh alkohol.

"Pak, pak. Bisa bicara sebentar?", bisik Wildan.

"Ada apa?", tanya Andre heran.

"Bolehkah saya menyewanya untuk pelayanan satu malam?", tanya Wildan sambil menunjuk ke perempuan berambut bob mengenakan bikini hitam bermanik-manik.

Andre ikut melihat ke arah yang ditunjuk.

"Astaga, Wil. Istighfar lu. Kita lagi kerja!", ucap Andre kesal.

Tak dipungkiri, sebagai laki-laki ia juga ikut terangsang berada di club ini. Namun, ia berusaha mengontrol diri. Kepalanya mulai pusing dan gelisah, tubuhnya panas. Berusaha mengingat-ingat Keira dan Rachel untuk meredam hawa nafsu. Ia tak sabar ingin segera pulang.

Setidaknya Andre punya tempat untuk melepaskan gairahnya, tapi bagaimana dengan Wildan yang single? Sebenarnya ia cukup iba pada Wildan.

Sudah pukul 23.00, beberapa tamu ada yang langsung pulang, sementara ada juga yang menginap di hotel club bersama perempuan-perempuan panggilan. Andre membayar orang untuk memastikan mereka aman.

Andre akhirnya membiarkan Wildan melakukan apa yang dia mau, karena sudah di luar jam kerja. Ia tidak berhak melarang kehidupan pribadinya. Lebih baik dia mengurusi dirinya sendiri yang butuh pelepasan.

Dilihat ponselnya yang penuh panggilan tak terjawab dari Keira dan Rachel.

"Oh, shit!", Andre menepuk kepalanya sendiri karena lupa mengabari mereka. Ia mengirim pesan singkat mengatakan akan segera pulang. Andre sudah menyalakan mobilnya dan mengebut pulang.

Begitu sampai di rumah. Andre diinterogasi oleh Keira dan Rachel di ruang tengah. Mereka memandang Andre curiga dan marah.

"Maaf, Keira. Maaf, Rachel. Aku benar-benar lupa mengabari", ucap Andre pelan-pelan.

"Oh, lupa? Saking serunya ya ke club 'itu'?", balas Keira judes.

"Lho, kok tahu?", tanya Andre.

"Dikabari orang kantorku! Aku khawatir kau belum pulang tanpa kabar! Setelah dicari tahu, ternyataa ada di club rupanya", ucap Rachel sambil tersenyum iblis.

Andre tidak berkutik dan hanya mengeluarkan wajah bersalahnya. Ia takut semakin ia sanggah semakin berabe.

"Kudengar-dengar kau memberi pelayanan ekstra pada mereka... dan Wildan juga", lanjut Rachel.

"Apa? Benarkah itu? Andre, kenapa kau tega?", timpal Keira.

Tunggu sebentar! Kenapa ia jadi disalahkan karena kelakuan Wildan dan tamu-tamu brengseknya. Ia sendiri kan tidak menyentuh siapapun, pikir Andre tidak terima.

Andre hendak protes tapi...

"Sudahlah, Keira. Kita tidur saja dan biarkan dia sendirian malam ini", kata Rachel sambil menggandeng Keira pergi.

"Eh, kok?", Andre menahan mereka pergi dengan mengenggam lengan Rachel, tapi segera ditepisnya.

"Satu hal lagi, tidak ada jatah untukmu sebulan penuh!", tegas Rachel.

Glek! Sebulan? Aku bisa gila! Pikir Andre. Masih syok dengan keputusan Rachel, Keira pun ikut menimpali.

"Ada baiknya kau tidur di sofa saja malam ini. Itu selimutnya. Selamat malam!"

Mereka berdua pergi meninggalkan Andre seorang diri yang masih mematung.

Aduh, sial banget Andre! Padahal dikiranya pulang-pulang bisa menyetubuhi Rachel. Tapi malah jadi begini!

Padahal Andre sudah terangsang berat sejak di klub tadi. Apalagi melihat Keira dan Rachel dengan muka juteknya dan marah-marah. Malah menambah keseksian mereka.

"Terpaksa main sendiri", gumam Andre lemas.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang