Ujung Takdir

19 2 0
                                    

Ali kini duduk di kursi depan ruang rawat UGD bersamaan dengan Adnan, dan juga Khalisa. Sofia masih ada di dalam sana membuat mereka was-was dan khawatir.

" Dek, kamu pulang aja yaa." Adnan memperhatikan khalisa yang sedari tadi menguap dan menahan ngantuk.

" Abang suruh supir jemput kamu." Lanjut Adnan yang kini mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelpon seseorang.

Tangannya memasukkan handphone ke dalam saku, Matanya beralih melihat Shafiyyah yang menghampiri ruang UGD bersama Sarah yang mendorong Kursi rodanya dan suster yang memegang Infus.

Ali dan Adnan berdiri dari duduknya, dan mulai menghampiri Shafiyyah, bersamaan dengan Khalisa yang mengekor di belakangnya.

" Shafiyyah." Suara yang lolos dari pita suara Ali setelah beberapa jam lelaki itu diam tanpa mengeluarkan satu kata apapun.

" Abang, mata Khalisa gak kuat nahan ngantuk. " Khalisa kini mendekat ke arah Adnan.

" Bentar lagi supir ayah datang jemput kamu dek." Adnan kini mengelus kepala Khalisa yang terbalut kerudung mocca.

" Ya Udah, abang tukaran sendal dulu sama Khalisa daripada malu-maluin." Khalisa bersuara membuat semua orang menatap ke arah kaki Adnan.

Wajah Adnan bersemu merah menahan malu, bisa-bisanya dia memakai Sendal hello kitty berwarna pink milik Khalisa dan baru saja di sadarinya sekarang.

" Abang tadi buru-buru makanya gak perhatiin sendal Khalisa yang abang pakai di dekat pintu rumah." Ucap Khalisa yang menguap dan melepaskan sendal Adnan yang di pakainya, bersamaan dengan Adnan yang juga melepaskan sendal kartun milik Khalisa.

" Ka Shafiyyah, Khalisa pulang dulu yaa." Khalisa memeluk dan mencium pipi Shafiyyah, di lihatnya mata Shafiyyah yang mencoba menahan bulir air mata.

" Terima kasih dek." Shafiyyah tersenyum di balik cadarnya.

" Mas Adnan dan Mas Ali pulang aja." Shafiyyah menundukkan wajahnya namun suaranya terdengar parau di telinga Ali dan Adnan.

" Saya tetap di sini." Ucap Ali dan Adnan bersamaan membuat Shafiyyah diam.

" Mas Adnan dan Mas Ali, pulang saja biarkan saya yang menemani nba Shafiyyah dan ibu." Ucap Sarah yang tersenyum ke arah Ali dan Adnan.

Sedang Shafiyyah bersandar di kursi rodanya, tatapannya kosong mengarah ke ruang UGD yang belum terbuka. Shalawat terus saja di lantunkan di hati. Sekarang dirinya benar-benar terpuruk. Hanya Allah yang bisa membantunya. Shafiyyah tidak bisa menerima jika hal terpuruk yang akan terjadi dalam hidupnya.

Berlahan Air mata Shafiyyah mengalir, Adnan dan Ali yang memperhatikannya sedari tadi tidak tau harus berbuat apa. Mereka sangat ingin menjadi bahu bersandar Shafiyyah untuk mendengarkan cerita gadis ini ataupun hanya menjadi bahu dan pelukan yang bisa menenangkan gadis ini sekarang.

" Mba Shafiyyah, Insya Allah semuanya akan baik-baik saja." Sarah yang peka kini langsung menghapus air mata Shafiyyah dan menatap Shafiyyah dengan senyum.

Shafiyyah yang rapuh langsung memeluk Sarah di hadapannya. Dia menangis hingga Bahunya bergetar membuat Adnan memejamkan matanya lama. Dia tak sanggup melihat Shafiyyah yang bersedih seperti ini.

Shafiyyah masih saja diam dalam tangisnya. Tak mau bercerita walaupun sedikit cerita kepada Siapapun. Ali mengetahui banyak yang ada di pikiran gadis pujaannya ini tapi Ali belum berhasil membuat Shafiyyah terbuka padanya.

Langkah Ali berdiri menghampiri Sarah dan Shafiyyah. Sedangkan Adnan ikut berdiri memperhatikan mereka.

" Shafiyyah, La Tahzan Allah selalu bersamamu." Ucap Ali mampu membuat Shafiyyah meredakan tangisnya.

JODOH MENUJU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang