Sejak hari itu, Andre berubah. Ia berusaha berkonsultasi dengan berbagai kenalan dokter dan mencari info melalui internet untuk kesembuhan pasien kanker rahim.
Andre tidak akan membiarkan Keira meninggal karena kanker.
Curhatan Keira semalam menyadarkannya. Seharusnya ia berusaha lebih keras daripada hanya pasrah menunggu. Ia merasa menjadi suami tak berguna.
"Untuk kanker rahim sebenarnya bisa dilakukan metode pengangkatan rahim. Semua pasien yang melakukan tindakan ini dipastikan 99% sembuh dan kanker tidak kembali lagi. Tapi..."
"Tapi apa, dok?", tanya Andre.
"Riwayat istri bapak menunjukkan jantungnya lemah. Kemungkinan terburuk jika dilalukan operasi pengangkatan rahim adalah kematian".
Andre terdiam sesaat, kemudian ia berdiri dan menolak "tidak, terima kasih". Tapi Keira menahan tangannya.
Keira bertanya ke dokter "tapi jika saya bersedia melakukannya dan operasi berhasil, saya akan sembuh kan, dok?"
"Ya", jawab dokter. Merasa Andre melotot tidak terima, dokter kemudian lanjut bicara.
"Sebaiknya dirundingkan dulu dengan keluarga di rumah, karena ini hal besar. Tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan. Tapi semakin cepat tindakan operasi maka semakin baik sebelum kanker menyebar".
Keira mengucapkan terima kasih pada dokter sebelum pamit, Andre hanya menganggukan kepala.
Sepanjang perjalanan pulang, Andre hanya terdiam. Keira tidak berani bertanya apa-apa, karena raut wajah Andre terlihat bete.
°°°
Beberapa hari kemudian.
"Andre, aku ingin melakukan operasi itu", ucap Keira pada Andre yang sedang berbaring di kasur.
"No, Keira", jawab Andre tegas.
"Kumohon, Dre. Ini satu-satunya kesempatanku bisa sembuh".
"Apa kau mendengar ucapan dokter? Dengan riwayat kesehatanmu, kegagalan mencapai 50%. Aku tidak mau mengambil resiko itu", ucap Andre.
Keira menggenggam tangan Andre "tapi keberhasilan juga bisa 50%, aku yakin pasti berhasil!"
"Bagaimana jika gagal?"
"Bagaimana jika berhasil?", Keira tidak mau kalah. "Kau kan pengusaha, anggap saja ini seperti bisnis, mengambil peluang yang ada".
Andre menatap tajam, Keira jadi agak takut.
"Keira, ini sangat berbeda dengan bisnis. Nyawa bukan taruhan. Harta bisa dicari lagi, nyawamu tidak terganti. Aku akan merasa bersalah seumur hidup jika operasi gagal!"
"Aku senang kau berpikir begitu, Andre", ucap Keira lembut masih berusaha membujuk Andre.
"Tapi... ini keinginanku, kemauanku atas tubuhku sendiri. Kau tidak perlu merasa bersalah atas apapun. Semuanya murni keputusanku".
"Pikirkan Kayla!", ucap Andre.
Keira sangat membenci ini, setiap berdebat, ujung-ujungnya Andre selalu menggunakan nama Kayla untuk melemahkannya.
"Kau sangat egois dan tidak mengerti perasaanku", ucap Keira kesal sambil melepas tangan Andre dan berniat keluar kamar.
Andre tercengang dan tidak terima. Ia langsung berdiri menghalangi Keira keluar kamar. Andre tidak suka kebiasaan Keira yang suka pergi sebelum menyelesaikan masalah.
"Aku egois? Egois katamu?", tanya Andre.
Keira yang sudah kesal jadi tidak takut lagi pada tatapan tajam mata Andre. Ia ikut menantang Andre.
"Iya, kau sangat egois, Andre Wijaya! Kau hanya memikirkan dirimu sendiri dan hanya takut disalahkan, kau tidak memikirkan kondisiku yang ingin sembuh. Aku justru melakukan ini demi Kayla!"
Andre tertawa, Keira semakin emosi, "Ada yang lucu dari ucapanku?"
Andre mendekat dan sedikit menunduk ke wajah Keira, "apa benar demi Kayla? Atau kau hanya rindu belaianku, Keira? Sedepresi itukah dirimu? Mengambil resiko mati hanya untuk kembali bercinta denganku?"
Keira tidak menyangka Andre berkata begitu. Sejujurnya memang itu salah satu alasan kuat. Tapi, kenapa Andre tega mengatakannya seolah-olah dirinya perempuan murahan?
Keira menatap Andre dengan berkaca-kaca karena merasa dipermalukan, "kau keterlaluan".
Keira keluar kamar sambil mendorong tubuh Andre.
Andre membiarkannya. Ia jadi merasa bersalah sudah mengatakan hal kejam dan membuat Keira menangis.
Andre seketika mengingat isi buku harian Keira.
"Seharusnya aku lebih mengerti dan mendukungnya, bukannya menghina dan menjatuhkannya. Bodoh kau, Andre!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Main Lead
RomanceKeira dan Andre sedang diterpa badai pernikahan ketika Keira divonis mengidap kanker rahim. Sedangkan Andre sebagai penerus keluarga butuh keturunan. Pada saat itu, datanglah seorang perempuan yang bernama Rachel. Bagaimana cerita pernikahan mereka?