Siang itu matahari sedang terik-teriknya. Panasnya yang menyengat kulit membuat sebagian orang enggan untum keluar rumah.
Namun bebeda dengan Kala. Gadis itu nampak berlari dari parkiran menuju sebuah gedung berlantai 9. Langkahnya terasa ringan sekali, sesekali ia melirik arloji yang melingkar di tangannya.
Kala menambah kecepatan larinya. Persetan dengan tatapan orang lain yang mengira dirinya sedang dikejar anjing, gadis itu lebih pusing jika ia tidak bisa masuk kelas tepat waktu.
Sesampainya didepan gedung ia langsung berbelok sambil berlari. Tak dihitung sudah berapa kali dia hampir menabrak orang yang berpapasan dengannya. Dari jauh ia melihat pintu lift yang hampir tertutup.
"woy tungguin gueee" ucapnya sambil melambai-lambaikan tangannya.
Nihil, pintu itu terlanjur tertutup sebelum ia sampai terlihat oleh orang didalam lift. Pilihan terakhir, dia hanya bisa memakai tangga di gedung itu.
"kenapa kudu naik tangga sih, mana kelasnya di lantai 7" ucapnya lirih
Kala menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh menyerah. Lantai 10 pun akan dia sanggupi jika menyangkut nilai kuliahnya.
"Semangat Kal!" katanya pada diri sendiri.
Kala mulai menaiki satu persatu anak tangga tersebut. Sesekali ia berhenti karena lututnya yang terasa nyeri. Biasa, penyakit kebanyakan mahasiswa.
Napasnya tersenggal-senggal ketika ia masih berada di lantai 5. Badannya terasa panas dan bulir-bulir keringat mulai menetes dari pelipisnya.
Kala berhenti sejenak, mengatur napasnya. Ia menengok sekali lagi jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya. Tersisa 2 menit sebelum kelasnya dimulai.
Ia mulai melangkahkan kakinya lagi menuju lantai 7 yang masih berada 2 lantai setelahnya. Dengan tenaga yang tersisa, Kala berjalan sambil berpegangan pada batang besi di sepanjang anak tangga itu.
Akhirnya setelah beberapa waktu dia sampai di lantai 7. Ia berlari menuju ke sebuah ruangan bernomor 701, temlat kelasnya dimulai siang ini.
Cklek
Kala membuka pintu ruangan tersebut. Beberapa pasang mata nampak melihat penampilannya yang terlihat kacau karena berlari. Rambutnya tampak semrawut dengan wajahnya yang berkeringat.
Namun Kala lebih terkejut, kelasnya kosong! Hanya ada beberapa temannya yang masih tersisa di kelas. Pikirannya bertanya, antara dia yang kesiangan banget atau dosennya yang tidak hadir.
"Duduk dulu Kal, lo capek banget kayaknya" kata Yuna sembari menyodorkan sebotol air minum
Kala menggeret kursi disamping meja yang diduduki Yuna. Ia perlahan mengatur napasnya yang sedikit terengah lalu meminum air yang diberikan temannya.
Setelah dirasa suhu di badannya sedikit turun, ia bertanya kepada temannya.
"anak-anak yang lain pada kemana? kelasnya diundur?" tanya Kala
"biasa, dubatalin 15 menit sebelum kelas dimulai. Lo gak liat pengumuman di grup?" balas Yuna membuat Kala yang sedang minum terbatuk seketika.
"BATAL?" gadis itu tampak menyeka mulutnya
"maksudnya kelasnya gak jadi gitu?" lanjutnya yang mendapat anggukan dari gadis di depannya.
"lah, sialan banget! tau gitu gue gak ke kampus cuy. Lo tau gak? gue tadi lari dari parkiran terus beberapa kali nabrak orang, ketinggalan lift, dan akhirnya naik tangga" jelas Kala panjang lebar
"eh pas nyampe kelas ternyata kelasnya gak jadi" imbuhnya.
Mukanya tampak kesal, capek, juga sedikit kecewa. Perjuangannya tadi berakhir zonk. Kala cuma dapat capek sama hikmahnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacific and Sky
Teen FictionBagaimana rasanya jika orang yang kamu sukai selama ini ternyata juga menyukaimu? **** Kalani Saniya Nugraha, gadis cantik yang selama ini menyimpan perasaan kepada sahabatnya sendiri, Samudra Ilan Arsenio. Berbagai perubahan perlakuan yang diberika...