London, Late 1989
"Shin, terima kasih sudah datang." Shin yang sedang berdiri termenung di halaman belakang mansionnya hanya mengangguk-sudah sekian tahun dirinya tak pulang ke rumah, ke tempat di mana dirinya tumbuh seorang diri.
Rosuke menghela nafas dan ikut memandang jauh ke arah pohon di tengah lapangan-satu tangannya sibuk merogoh saku jas nya untuk mengambil rokok.
"Kalau saja," pria itu berujar sembari memantikkan api ke rokoknya. "Kalau saja si Yodu Shiota itu memperlakukan kita dengan baik, kita tidak perlu melakukan semua ini."
Shin mengangguk pelan sembari mendengus, diikuti dengan kepulan asap yang dihasilkan dari rokok milik Rosuke.
"Bagaimana bibi Anne?" tanya Shin yang akhirnya memandang ke arah sepupunya itu.
"Ibuku baik, sepertinya." Rosuke kembali menghisap rokoknya. "Aku hanya berani mengunjungi mimpinya saja, tidak secara langsung. Kau tahu, hidupku bisa terancam kalau si Yodu Shiota itu mengetahui bahwa anak laki-lakinya masih hidup." Rosuke menghisap kembali rokoknya.
"Kapan kau akan kembali ke Hogwarts?" pria itu bertanya lagi.
"Hari Minggu."
"Hari Minggu? Bukankah itu terlalu lama?"
Shin menghela nafasnya dan menggaruk kepalanya, sedikit malu dengan apa yang akan ia katakan.
"Aku mau menghabiskan liburan dengan seseorang." jawabnya yang mendapat decihan dan gelengan pelan dari sepupunya.
"Berapa umurmu?" Rosuke sedikit serius kali ini.
"Tujuh belas."
"Dia tidak melakukan yang macam-macam kan?" pertanyaan ambigu sang sepupu membuat Shin menelengkan kepalanya dan mengernyit.
"Melakukan apa?"
"Intinya kalau dia berperilaku aneh, beritahu aku." Rosuke mengangguk pelan."Jaga dirimu baik-baik, nona muda."
Shin tak habis pikir dengan apa yang di maksud sepupunya, ia ingin bertanya maksud dari pertanyaannya saat Rakepick datang menginterupsi mereka.
"Master, bisakah aku bicara denganmu sebentar?" Rosuke menjatuhkan puntung rokoknya dan menginjaknya sebelum mengangguk.
"Aku sudah membeli sebuah rumah di Spinner's end untukmu." ujarnya sembari melemparkan sebuah kunci pada Shin.
"Kau membuang-buang uangmu, Ros."
"Aku tak mau sesuatu terjadi pada sepupuku-Ingat, bagaimana pun, pria dewasa itu sulit ditebak." Rosuke mengedipkan sebelah matanya sebelum berjalan mengekor Rakepick.
"Sampai jumpa lagi, sepupu!" pria itu berseru sebelum akhirnya masuk kembali ke mansion-meninggalkan Shin yang masih tak percaya bahwa sepupunya itu bisa membeli rumah dengan mudah.
....
Shin baru saja hendak masuk ke rumah barunya sewaktu matanya menangkap sosok Snape, duduk dengan anggun di dekat jendela sembari membaca buku—dan lebih membuat seringainya semakin membesar ialah fakta bahwa Rosuke membelikannya rumah tepat di samping rumah Snape.
Shin mengambil segunduk salju yang kemudian ia kepal-kepalkan dan dibentuk menjadi bola sebelum akhirnya melemparnya ke jendela Snape, membuat pria itu terperanjat setengah mati dan menjatuhkan bukunya.
Kedua bola mata si Potion Master itu membulat seketika saat melihat sosok familiar diluar rumahnya—dengan langkah yang cepat ia bergegas pergi keluar.
"Kau!" Snape memekik tidak percaya sembari melihat sekitarnya.
"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanyanya berbisik.
"Eh? Tidak rindu padaku? Aku jauh-jauh ke London untuk menemuimu lho!" Goda Shin sembari mengangkat kedua alisnya berulang kali.
Snape mendengus kesal seraya memijat batang hidungnya, ia benar-benar tak menyangka Shin akan menyusulnya pergi ke London, padahal ia sudah mengirimkan surat dan memberitahu gadisnya itu bahwa ia akan pulang besok atau lusa.
"Kau baca suratku tidak?" tanyanya pelan.
"Heh? Aku terima, tapi tak ku baca. Tulisanmu jelek." Snape seketika berdecih kesal.
"Tulisanmu lebih jelek!" pekik sang potion master, tidak terima dengan apa yang Shin katakan mengenai tulisannya.
"Ayolah! Kau tak rindu padaku?? Sudah tiga hari kita tak bertemu!"
"Tiga hari, Shin! Hanya tiga hari!" decak Snape.
"Tega sekali kau berkata seperti itu, tapi tenang, aku punya sebuah kejutan untukmu."
Shin mengeluarkan sebuah kunci dan berjalan ke rumah lain di samping rumah Snape, membuka pintu rumah tersebut dan tersenyum lebar.
"Kita tetangga sekarang!" seru Shin senang, tetapi Snape malah ternganga tak percaya.
"Shin, bagaimana bisa kau memiliki kunci rumah itu?" Snape bertanya tak percaya.
"Aku membeli rumahnya!" jawab si gadis dengan penuh energi.
Snape mengusap wajahnya sejenak sebelum melihat ke arah kekasihnya.
"Kau tidak merampok Gringotts, kan?" pertanyaan Snape membuat Shin tertawa.
"Mana mungkin aku merampok Gringotts! Apa wajahku ini terlihat seperti seorang perampok?"
"Tidak, tapi aku yakin kau akan melakukan apapun itu untuk berada dekat denganku, termasuk merampok Gringotts."
Shin terkekeh dan menggeleng, "Tidak, tenang saja. Satu-satunya yang ku rampok adalah hatimu."
Snape seketika bergidik geli mendengarnya, ia lalu melangkah kembali ke rumahnya.
"Ayo masuk, di luar dingin." ujarnya yang disahut oleh sorakan gembira Shin yang lanjut mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
laconic. | severus snape
Fanfiction(Part 2 of "Remember" short story by Impsant) "At the end, we both just a two broken souls who found each other at the wrong time." Inspired by : Harry Potter Hogwarts Mystery