Chapter 3

62 18 8
                                    

Tubuhnya kaku seperti kayu. Mau bagaimana pun, kedua mata kuning itu tak pernah lepas darinya—Yodu Shiota tak pernah melepas buruannya.

"Cuaca hari ini bagus ya." ujar sang pria berbadan kurus tersebut sembari tertawa kecil—Shin mencoba setengah mati untuk tidak terlihat mencurigakan karena tampaknya, Yodu tak menyadari bahwa anak perempuan dihadapannya adalah anak dari adiknya yang menjadi aib keluarga Shiota akibat menikahi muggle secara terang-terangan.

"Ya." jawab Shin seraya melirik pria itu diam-diam.

"Ngomong-ngomong, mau kemana kau pagi-pagi begini, anak muda?" Yodu menyimpan topi fedoranya dan bersiap untuk menyalakan cerutu tuanya.

"Di kereta tidak boleh merokok, tuan." tegur Shin, dan Yodu tersenyum mendengarnya. Dimasukkannya kembali cerutu mahal itu ke dalam saku mantelnya.

"Aku suka anak muda berani seperti kau." ujarnya. "Anak-anak sepertimu ini akan membawa kemajuan bagi dunia sihir. Kau kuat dan tidak terintimidasi."

Yodu menghela nafasnya dan bersandar ke kursinya sebelum kembali berujar, "Seperti Gellert Grindelwald."

Shin mengalihkan pandangannya ke pemandangan diluar, ia benar-benar ingin muntah rasanya melihat pria tua di hadapannya itu, yang secara mengejutkannya terlihat seperti pria berumur empat puluh daripada seratus tahun.

"Adikku dibunuh oleh muggle." pernyataan Yodu membuat Shin mengepalkan tangannya. Ia telah tahu kenyataan dari Rosuke bahwa Yodu lah tersangka dibalik kematian orangtuanya.

"Ia terlalu bodoh sehingga terpedaya oleh muggle. Dan kemudian memiliki anak kotor darinya, benar-benar kotor." Shin hanya tersenyum, berusaha untuk tidak menampilkan amarahnya ataupun meninju pria itu di tempat.

"Padahal ia adalah penyihir berbakat yang cocok untuk menjadi pewaris Shiota selanjutnya. Sayang sekali, sayang sekali." Yodu tertawa dengan bangga setelahnya, seakan yang baru saja ia ucapkan itu adalah sebuah kutipan komedi dari film yang sering ia tonton.

Shin bergeming. Ia tak punya pilihan selain membiarkan dirinya terinjak-injak oleh keangkuhan pewaris Shiota tersebut. Yodu akhirnya menarik nafas dan kembali terdiam, memerangkap Shin dengan mata kuningnya lagi. Jajanan troley kemudian menginterupsi kesenggangan mereka—Yodu akhirnya bercakap-cakap dengan si wanita pembawa troley, membiarkan Shin lepas sejenak dari pandangannya. Pria itu kemudian membeli beberapa jajanan sebelum akhirnya sang wanita troley pergi.

"Untuk anakku." ujarnya, membuat mata Shin terbelalak sejenak sebelum memaksa senyumnya. Yodu memiliki anak selain Rosuke. Hal ini benar-benar tak terduga karena Anne, ibu dari Rosuke dan istri seorang Yodu Shiota tak bisa lagi memiliki anak.

Shin tiba-tiba dikejutkan dengan chocolate frog yang mendarat di sebelahnya.

"Untukmu." ujar Yodu sembari tersenyum. Shin melirik ke coklat di sebelahnya sebelum mengangguk. Yodu Shiota tak suka berbagi—Shin tau itu dari buku harian ayahnya. Maka dari itu, pasti ia merencanakan sesuatu saat ini.

"Makanlah." titah sang pria sedikit tidak sabaran. Shin memandang Yodu dan coklatnya secara bergantian sebelum ia menyadari sesuatu dan melemparkan coklat itu keluar tepat waktu sebelum ia meledak.

"Pintar!" Yodu berseru girang, membuat Shin terbelalak dan langsung lari menjauhi pria itu. Ia tahu. Selama ini mungkin pria itu tahu kalau Shin adalah anak dari sang mendiang adik yang sangat Yodu benci.

Shin berlari menyusuri gerbong—ia sedikit beruntung karena kereta hari ini masih sepi, tetapi hal tersebut juga memudahkan Yodu untuk mengejarnya.

"Yudo, kemarilah! sambut aku!" Yodu tertawa sembari merapalkan beberapa mantra penyerang yang segera Shin tangkis dengan panik. Pria itu terus mengejarnya—kali ini ia tidak merapalkan mantra apapun, hanya terus berjalan ke arah Shin dengan kedua tangannya di belakang. Tetapi Shin panik bukan main—pria itu, walau ia tak menyerang dengan sihir, aura membunuhnya begitu kuat. Ia bisa dengan mudah membunuh Shin sekarang, terlebih lagi gadis itu kini terpojokkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

laconic. | severus snape Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang