Snape terkantuk-kantuk keesokan harinya karena ia sibuk menjaga Shin. Gadis itu terlalu periang baginya—semalaman ia tidak berhenti bertanya mengenai banyak hal seperti bagaimana ia menciptakan Sectumsempra dan cara merawat rambutnya supaya terlihat bagus dan mengkilap. Memang menyebalkan kedengarannya, tetapi Snape senang karena akhirnya ia tak lagi merasa kesepian di rumah itu.
Shin memang tak menempati rumahnya kemarin malam, hal tersebut karena Rosuke lupa memberikan peralatan rumah dan bahkan tempat tidur. Jadi ia menginap di rumah Snape, dan pria itu dengan senang hati menerimanya walaupun pada awalnya ia marah-marah akibat kecerobohan Shin yang lupa membeli perlengkapan rumah.
"Severus, Severus." Shin menekan-nekan pipi Snape yang tertempel di pundaknya—mereka datang terlalu cepat ke stasiun sehingga diharuskan untuk duduk sejenak, dan Snape memanfaatkan kesempatan tersebut untuk tidur.
"Ck, berisik." gumamnya sembari menepis tangan Shin. Ia lanjut tertidur sembari memegang tangan gadisnya, takut kalau Shin akan kabur atau melakukan hal bodoh.
"Bangun sebentar! Pundakku kesemutan!" bisiknya dan akhirnya Snape mengangkat kepalanya sembari menguap.
Shin menyondorkan roti setelah itu, menyuruh Snape untuk makan sembari mereka menunggu kereta menuju Hogwarts tiba.
"Kau tau, setelah aku lulus, aku yakin akan menjadi bintang Quidditch." celetuk Shin seraya mengunyah rotinya. "Kalau tidak aku akan menikahimu."
"Aku tidak mau menikahi bocah." ujar Snape, lebih memilih menggigit roti Shin daripada rotinya.
"Tapi saat itu aku sudah dewasa!" Snape terkekeh mendengarnya.
"Jangan terburu-buru, lebih baik kita lebih mengenal karakter masing-masing dahulu."ujarnya. "Lagipula aku tak akan kemana-mana."
Shin menghela nafas dan mengangguk sebelum menggigit roti milik Snape.
"Eh, rasa apa ini?" tanya Shin yang terkejut dengan rasa dari roti selai milik Snape.
"Ini cranberry, kau suka? Mau bertukar?"
Shin mengangguk setuju dan membiarkan Snape menukar rotinya.
"Menurutmu kita akan jadi apa di masa depan nanti?" Shin bertanya sembari melahap roti selai cranberry tersebut.
"Hmmm..." Snape terdiam sejenak sebelum berujar sembari menyandarkan dirinya ke tembok.
"Kita akan menjadi tua,"
"Kalau itu sudah pasti." Shin menggeleng. "Maksudku apakah kita akan tetap bersama?"
"Kemungkinan." jawab Snape, ia kemudian menyadari bahwa jawabannya itu membuat Shin sedikit sedih.
"Tapi akan kupastikan kita bersama." lanjut sang Potion Master. "Kalaupun tidak, di kehidupan selanjutnya aku akan mencarimu."
"Dan aku akan menemukanmu lagi." sahut Shin. Snape tersenyum mendengarnya dan ia pun mengacak-acak rambut Shin sebelum beranjak akibat suara klakson kereta yang mulai terdengar.
"Keretanya sudah dekat." ujar Snape sembari membantu Shin bangkit.
....
Hari ini, Snape sibuk dengan persiapannya untuk menghadiri acara perkumpulan Potion Master dari berbagai penjuru dunia lusa nanti. Sementara Snape sibuk dengan dunianya, Shin memanfaatkan kekosongan waktu bersama mereka dengan diam-diam mencari petunjuk tentang Vault selanjutnya—Ia harus bergegas karena Gally dan yang lainnya sudah hampir berhasil menuju vault.
"Menurutmu apa yang dimaksud dengan teka-teki ini?" gumam Shin pada Rakepick yang kini mengubah dirinya menjadi seekor sigung—berjaga-jaga kalau ia tertangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
laconic. | severus snape
Fanfiction(Part 2 of "Remember" short story by Impsant) "At the end, we both just a two broken souls who found each other at the wrong time." Inspired by : Harry Potter Hogwarts Mystery