Jangan lupa voment guys. Enjoy the story✨💜
Muka Ila berubah pucat, pias. Bagaimana tidak? Didepannya saat ini terdapat pria paruh baya yang ia kira usianya berkepala empat yang artinya pria itu sama dengan usia Ayahnya. Sekali lagi, Ila ingin menangis mengetahui calon suaminya itu.
"Selamat malam, Pak Rama. Mari masuk kedalam." Ayah Ila mengajak pria paruh baya itu memasuki rumah, dan selepasnya mereka
membicarakan masalah kantor yang Ila tidak pahami sama sekali.Ila melirik Mamanya untuk meminta penjelasan tentang mengapa calon suaminya itu ternyata bapak-bapak yang sialnya usianya sepantaran Ayahnya. Dan Mamanya malah tersenyum dan mengabaikan lirikan Ila.
"Putri anda cantik sekali, Pak Alan, " setelah berbincang dengan Ayah Ila, akhirnya pria paruh baya yang bernama Rama itupun me galihkan atensinya pada Ila. 'Ya, iyalah anak bapak Alan gak ada yang gagal kali', batin Ila dalam hati entah kenapa menjadi sewot. Ila hanya menanggapinya dengan kuluman senyum.
"Ngomong-ngomong, Gibran dan istri anda dimana?" akhirnya Ayahnya menanyakan pertanyaan yang lagi-lagi membuat Ila bingung.
'Loh istri? Jadi dia udah punya istri? Terus gue bakalan jadi istri keduanya dia gitu?! OGAH! Demi apapun gue ga mau. Mending gue kabur dari rumah jadi gembel daripada harus jadi istri kedua.'
"Oh, mereka masih dijalan. Karena saya lebih dulu berangkatnya", kata Pak Rama.
Otak Ila terus dan terus memikirkan prasangka-prasangka yang tidak-tidak sambil menunduk, sampai dia tidak menyadari ada tamu lagi yang datang.
Ila kembali tersadar dari prasangkanya yang tidak-tidak saat Mamanya menyenggol sikunya. 'Ila cepat beri salam jangan ngelamun!,' desis Mamanya.
Ila yang langsung tersadar karena kaget itu pun, langsung menghadap kedepan kembali dan ia dihadapkan dengan seorang wanita paruh baya yang cantik walaupun usianya Ila kira sudah menginjak kepala empat. Dan disamping wanita itu terdapat pria yang kira kira berusia 26 tahun, dan wajahnya...errr tampan.
"Ila perkenalkan ini Istri saya, dan Gibran putra saya sekaligus calon suami kamu," wah! Lagi-lagi Ila dibuat terkejut, ternyata calon suaminya bukan pria paruh baya bernama Rama itu tadi, melainkan Gibran, putranya.
Lalu ila menganggukkan kepalanya tanda menyapa kedua orang itu sambil tersenyum. Ia mengucap syukur berkali kali karena prasangka yang calon suaminya adalah bapak-bapak tidak terjadi.
Tetapi dia juga kaget karena sepertinya jarak usia antara dia dan calon suaminya terpaut jauh.
"Saya selaku kepala keluarga disini ingin meminta maaf kepada, Pak Alan atas keterlambatan istri dan putra saya, karena ada hal yang mendesak saat dirumah," ujar Pak Rama sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, Pak. Mari kita makan malam terlebih dahulu, setelah itu kita ngobrol-ngobrol," Ayah Ila mempersilahkan Keluarga Pak Rama untuk menikmati makan malam .
...
"Jadi, Ila sekarang usianya berapa?" tanya Ratna -istri Pak Rama- mengawali percakapan setelah makan malam usai. Ila berdehem sebentar untuk menormalkan suaranya, "Tujuh belas tahun, Tante." Jawab Ila lalu melirik lelaki didepannya, yang juga menatap Ila dan menaikkan sebelah alisnya seperti mengejek. 'Sialan nih om-om. Mukanya ngejek banget umur gue!'
Tante Ratna lalu mengangguk paham,"Kelas dua belas?" tanya Tante Ratna lagi dan dibalas anggukan oleh Ila.
"Mau lanjutin kuliah apa gimana?" tanya Tante Ratna Lagi.
"kuliah, Tan. Tapi belum tahu dimana. Belum kepikiran hehehe."
"Kalau nak Gibran sendiri usianya berapa?" kini ganti Nana -Mama Ila- yang bertanya pada Gibran. "Dua puluh delapan, Tant," jawab Gibran dan dijawab anggukan oleh Mama Ila.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER
Romance[GENRE : Romance] Menikah? Hell. Itu adalah hal yang tidak pernah Ila bayangkan sebelumnya. Ia masih tujuh belas tahun dan dia akan menikah? Mana pake acara dijodohin lagi. Bagaimana jika yang jadi suaminya nanti bapak-bapak perut buncit?! Atau tua...