Seorang pria berusia 60 tahun terlihat berbaring di ranjang, dengan keadaan lemah,kurus,serta kekurangan gizi. Pria itu kini berada di ambang kematian.
"Kenapa kehidupanku selalu penuh dengan kesialan?" Setelah diam sejenak dia mulai mengingat masa lalunya.
Bryan atau yang biasa dipanggil Rian lahir dari keluarga sederhana dengan dia sebagai anak tunggal, selama masa hidupnya dia selalu tertimpa dengan kesialan. Kehidupan Rian bisa terbilang biasa saja dengan keluarga yang hangat serta kebutuhan yang bisa terbilang cukup, sampai akhirnya dia menginjak usia 3 tahun dimana semuanya dimulai. Kesialan menimpanya satu persatu, mulai dari tersandung, tertimpa batang pohon bahkan pernah hampir tertabrak truk.
Semua itu Rian anggap sebagai kutukan karena ada setiap kejadian buruk, selalu Rian yang tertimpa, bahkan pernah suatu ketika sekolahnya terkena gempa hanya Rian yang terluka, dan para siswa-siswi lainnya selamat tanpa cedera apapun.
Hal itu sontak membuat Rian memiliki julukan sebagai anak Kutukan, dan membuatnya tidak memiliki teman satupun. Satu-persatu temannya pada menjauhinya dikarenakan Rian yang selalu sial.
Meskipun itu membuat Rian sedih, tetapi dia tetap optimis dan berfikir bahwa itu masih baik baik saja, hingga saat Rian berusia 9 tahun. Orang tua Rian meninggal saat menyelamatkan Rian yang hampir tertabrak truk.
Hal ini pun membuat Rian selalu menyalahkan diri sendiri, dikarenakan orang tuanya meninggal saat menyelamatkannya.
Sejak saat itu Rian hidup sendiri dengan uang asuransi yang didapatinya setelah orang tuanya meninggal. Kerabat-kerabatnya semua menghindarinya dengan alasan bahwa Rian adalah anak kutukan.
Dengan berbekal uang asuransi yang terbatas, Rian menghabiskan uangnya dengan hati-hati. Beruntung dia memiliki beasiswa penuh jadi, dia tidak perlu memikirkan biaya sekolah.
Bahkan dengan itu semua, kesialan Rian terus berlanjut tanpa henti, bahkan menjadi lebih parah dengan seringnya Rian terkena kecelakaan yang untungnya hanya luka ringan.
Dibalik kesialan yang dihadapi. Rian beruntung memiliki otak yang cerdas, dia selalu mendapat nilai penuh. Dikarenakan Rian yang tidak memiliki teman, Rian sering memfokuskan dirinya untuk belajar, dia menjadi lulusan dengan nilai penuh saat SD, dan meraih berbagai gelar juara. Mulai dari Olimpiade Matematika, dan IPA, yang membuatnya mendapat apresiasi dari pemerintah hingga biaya sekolah pendidikan seterusnya akan terus ditanggung pemerintah.
Kesampingkan hal itu. Kesialan yang menghantuinya semakin parah, dengan dirinya tertabrak motor saat menyebrang dijalan yang kelihatan sepi. Ajaibnya Rian hanya mengalami patah tulang dibagian kedua kakinya.
Waktu berlanjut hingga dia menginjak usia 20 tahun. Rian yang selalu menjadi lulusan terbaik, hanya bisa menjadi tukang ojek online dengan motor peninggalan ayahnya, dikarenakan perusahaan-perusahaan yang menyediakan lowongan kerja tidak berani merekrut Rian yang memiliki reputasi buruk dikarenakan kesialan yang menimpanya.
Perusahaan-perusahaan itu percaya jika merekrut Rian sama saja dengan memiliki bom waktu. Itu sendiri tidak lepas dari Rian yang setiap masuk kesekolah, maka kelas yang ditempati Rian seringkali roboh sehingga memaksa Rian untuk belajar dari rumah. Beruntung bagi Rian karena rumah yang ditempatinya sepertinya selalu terlindungi dan tidak pernah mengalami kerusakan.
Saat menjadi ojol pun Rian selalu dihantui dengan kesialan, dimana setiap Rian berkendara dia seringkali hampir terkena kecelakaan. Hal itu lantas membuat reputasi Rian di ojol menjadi buruk, Rian pun jarang mendapat penumpang.
Hal itu memaksa Rian bekerja serabutan, segala kerjaan yang ada Rian akan mengambilnya walaupun bayarannya tak seberapa.
Sampai akhirnya pada usia 56 kesialan yang menimpa Rian mencapai puncaknya. Rian tertabrak Truk yang membuat kakinya lumpuh.
Pada titik ini Rian sudah menyerah pada hidup, dia sendiri bersiap untuk bunuh diri. Tetapi dia mengurungkan niatnya tersebut dikarenakan dia percaya bahwa masih ada Sang Pencipta disisinya yang tidak akan meninggalkannya.
Hari demi hari Rian menghadapi hari yang sulit untuk dijalani, Rian hanya bisa makan mie instan setiap hari. Dimana dia bahkan makan makanan yang sudah kadaluwarsa selama makanan itu disimpan dengan baik, hal itu dilakukan demi menghemat uang agar bisa hidup lebih lama.
Hingga suatu saat Rian yang sudah berusia 59 tahun, melihat di tv tentang pembahasan sesuatu tentang anime yang membuat Rian tertarik.
Rian sendiri mulai menelusuri hal-hal tentang anime hingga dia menonton anime pertamanya yaitu Naruto. Setelah memasuki dunia anime pun Rian menjadi kecanduan untuk menonton anime, yang membuatnya semakin boros dalam menghabiskan uang.
Dalam waktu 10 bulan Rian sudah menghabiskan semua uangnya, dan Rian tersadar sudah menghabiskan terlalu banyak uang yang disimpannya, untuk membeli paket data yang digunakan untuk menonton anime. Hal itu pun membuatnya kelaparan dan benar benar kehabisan makanan.
Hanya ada mie instan yang sudah kadaluwarsa dengan kemasan yang sudah jelek yang tersisa, berbekal akan hal itu Rian memaksakan dirinya makan makanan yang jelas jelas beracun itu.
Rian pun hanya bisa bertahan selama dua bulan, dimana hari itu adalah hari ulang tahunnya.
Tubuhnya yang kurus kini terbaring di ranjang yang terlihat lusuh dan kotor. Rian kini terlihat pasrah akan hidupnya, dia sudah siap untuk meninggal. Yang dimana ironisnya itu tepat pada hari ulang tahunnya.
"Sepertinya sebentar lagi hidupku akan berakhir, sungguh kehidupan buruk yang sedang kujalani." Ucapnya dengan nada yang kehilangan semangatnya.
"Dimana tuhan? Dimana sang pencipta? Kenapa hidupku seperti ini? Apakah aku kurang beriman pada dirimu? Atau memang dirimu yang membenciku?" Ucap Rian dengan sedikit emosi.
"Jawab aku tuhan sialan! Kau pasti melihat kan kehidupanku yang sial ini! Selama ini aku selalu percaya padamu, tetapi apa yang terjadi padaku hanyalah kesialan tak berujung, apa aku ini memang terkutuk bagimu? Hingga iblis pun memiliki nasib yang lebih baik dariku." Ucap Rian yang mengeluarkan emosi selama ini selalu dipendam olehnya didalam hatinya.
Beberapa saat setelah Rian mengeluarkan emosi terpendam yang ada didalam hatinya. Kini Rian yang sudah tenang hanya bisa memejamkan mata, pasrah akan nasibnya sendiri
"Pada akhirnya... aku tak bisa melawan kehendak tuhan atau apapun itu. Kuharap diriku mendapat kehidupan yang lebih baik setelah ini." Nafas Rian pun sudah mulai melemah. Kini Rian hanya menunggu sebentar lagi untuk menghebuskan nafas terakhirnya.
"Ini sudah berakhir... nasib burukku sudah berakhir. Aku sudah bukan lagi anak terkutuk, sekarang diriku hanyalah manusia yang menunggu ajalnya." Setelah mengucapkan ini Rian pun menghembuskan nafas terakhirnya.
..........
...................
"Dimana ini?" Disuatu tempat yang sangat luas. Banyak sekali manusia berdiri dengan tatapan kosong seakan tidak memiliki jiwa, Rian yang terbangun disana penuh dengan kebingungan.
"Seharusnya aku sudah meninggal, tapi siapa semua orang ini? Dan kenapa mereka diam saja seperti patung?" Ucap Rian dengan heran.
"Oiiii! Kalian bisa mendengarku?" Sambil melambaikan tangan Rian mencoba berinteraksi dengan orang-orang yang berdiri diam seperti patung.
Setelah beberapa saat tidak mendapat respon, Rian akhirnya menyerah.
"Apakah ini akhirat? Tapi ini tidak sesuai dengan apa yang kupelajari, seharusnya jika ini akhirat maka akan ada penimbangan dosa dan pahala." Rian penuh dengan kebingungan akan hal ini, tetapi ia yakin seharusnya dia berada di akhirat.
"Kamu benar anak muda, ini adalah akhirat."