semesta ; 8

734 144 17
                                    

"Bahkan sinar matahari kalah sama hangatnya senyummu."

semesta - 8

Ayah berhasil dapat informasi dari dokter yang merawat Araya sewaktu di Jerman kalau Araya dinyatakan amnesia total karena ada cedera parah di otaknya yang mengenai bagian otak besarnya. Jadi, bisa dipastikan Araya nggak ingat apapun selain orang-orang baru yang dia temui setelah sadar.

Jagat memijit pelipisnya untuk meredakan penat yang mengisi kepalanya ketika teringat dengan ucapan Ayahnya pagi tadi. Jagat tidak boleh memperlihatkan jika ia sedang tidak dalam keadaan baik di depan Araya. Meskipun faktanya dalam relung hati terdalam ia tengah menahan rasa sesak dan sakit yang hampir membuatnya kehilangan kendali jika tidak sadar kalau Araya sudah keluar dari gerbang rumahnya dengan menguap kecil menatap sinis Jagat yang menaikkan salah satu alisnya seperti biasa.

"Ngapain sih jemputnya kepagian gini? Nggak sekalian aja lo dateng subuh," omel Araya untuk mengawali harinya ini.

"Sarapan dulu," jawab Jagat singkat.

"Nggak perlu. Gue bawa bekal," balas Araya dengan memakai helm yang diberikan Jagat dan tersadar bahwa cowok itu tidak mengendarai motor vespa matik kesayangannya melainkan motor besarnya yang berwarna hitam.

"Tumben. Kemana vespa lo?" tanya Araya dengan sedikit kesusahan mengaitkan helmnya.

Jagat yang melihatnya pun menarik tangan Araya dan mengaitkan helm cewek itu sebelum menjawab, "Di bengkel." Araya pun mangut-mangut saja menanggapinya.

Jagat menurunkan footstep motor agar Araya tidak kesusahan naik dengan tangannya dan memastikan bahwa Araya duduk dengan aman dan nyaman di belakang. Cowok itu menoleh sebentar dan sempat bertemu tatap dengan mata berwarna hijau yang sangat ia rindukan itu.

"Mau tatap-tatapan sampai kapan?" kata Araya membuat senyum kecil Jagat terukir mendengarnya. Cowok itu dengan jahil menurunkan kaca helm yang dipakai cewek itu sebelum menjalankan motornya agar Araya tak sempat untuk mengomelinya lagi.

Di perjalanan menuju sekolah sangat hening. Araya kira Jagat akan banyak ngomong dan menjahilinya dengan seribu kata yang membuat Araya terus menjawabnya, tapi ada yang aneh dari cowok ini.

Araya berusaha untuk mencairkan suasana dengan berdeham kecil membuat Jagat menyadarinya dan melihat cewek itu dari kaca spion.

"Mau cari topik?" tanya Jagat langsung membuat Araya membulatkan kedua matanya.

"Dih! Pede gila lo," sewot Araya.

"Terus ngapain dehem-dehem gitu? Menurut kitab percintaan yang bokap gue kasih kalau cewek udah pura-pura batuk atau mengeluarkan suara aneh tandanya mau cari topik obrolan. So, kalau lo gengsi buat mulai gue yang bakal tanya duluan. Kita mulai dari gimana tidur lo semalam? Mimpiin gue?" balas Jagat yang entah dimana letak lucunya berhasil membuat Araya tertawa mendengarnya dan membuat dadanya merasa hangat.

"Gue yakin pasti keluarga lo seru banget sampai bokap lo aja kasih kitab percintaan buat anaknya," kekeh Araya yang menular pada Jagat.

"Kapan-kapan gue ajak ke rumah ketemu Bunda. Biar lo bisa rasain rendang bikinan Bunda gue yang nggak kalah dari masakan Rumah Padang apa lagi kalau dimakannya setiap sahur pertama," kata Jagat sudah seperti promotor handal untuk masakan Bundanya yang menjadi favoritnya itu.

"Gue suka banget rendang kalau lo tahu apa lagi bumbunya yang banyak. Cuma kadang kena jebakan jahe yang merangkap jadi daging," ucap Araya yang diangguki setuju Jagat.

"Cuma disitu serunya, Ra. Kayak ibaratnya nih lagi nikmatin hidup eh tiba-tiba dijatuhin gitu aja sama yang di atas. Pahit. Asem juga, kan, Ra? Makanya walaupun seenak apapun hidup yang kita punya harus tetap hati-hati karena kita nggak tahukan bagian pahit mananya hidup kita kalau terlalu terlena sama kenikmatan semata," balas Jagat membuat diam-diam Araya menarik senyumnya.

"Eh, kenapa jadi dalem banget, ya, bahasan soal rendang?" kekeh Jagat sebelum melanjutkan, "Ya, intinya lo enjoy aja jalani hidup lo dan urusan pahit-asem hidup lo biar gue aja yang urus."

"Maksud lo?" Araya bertanya dengan sedikit kerutan di dahinya.

Jagat menggelengkan kepalanya merutuki dirinya yang hampir keceplosan. "Nggak penting. Lupain. By the way gue nggak pernah lihat orang tua lo di rumah. Lo emang selalu ditinggal kerja gitu, ya?" tanya Jagat mencoba memancing.

"Kata Om gue orang tua gue udah meninggal karena kecelakaan waktu mau nemuin gue. Jadi, ya, selama ini gue hidup sama Om gue yang merangkap jadi single parents," jawab Araya tanpa beban.

"Sorry, Ra. Gue nggak tahu," kata Jagat.

Araya terkekeh pelan, "Nggak papa kali. Gue udah biasa ditanyain kayak gitu."

"Oh, iya. Tadi lo bilang kata Om lo, kan, emang lo nggak tahu waktu mereka kecelakaan? Lo udah tahu makam orang tua lo, kan?" tanya Jagat berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat mencurigakan di mata Araya.

"Gue pernah koma setahun karena jatuh dari tangga rumah dan waktu sadar gue hampir nggak ingat sama diri gue sendiri kalau aja Om gue nggak bantuin gue buat inget siapa diri gue dan baru deh setelah gue inget, dia ajak gue ke makam bokap sama nyokap cuma gue belum pernah ke sana lagi karena gue takut. Gue masih nggak percaya mereka pergi secepat itu ninggalin gue," jawab Araya.

"Siapa nama Om lo, Ra?"

"Daniel. Adelio Daniel Prakasa."

Dan, pagi itu Jagat menemukan semua jawaban atas pertanyaan yang terus membelenggu di otak cerdasnya. Tanpa Araya ketahui kedua tangan Jagat mencengkram erat stang motornya dengan emosi yang sebisa mungkin cowok itu redam. Jika jawaban yang ia dapati akan semudah ini sudah Jagat pastikan semua ini selesai sejak dulu tapi semesta selalu memiliki rahasia dan kita hanya bisa mengikuti alurnya.

Jagat sudah merencanakan aksinya ini sejak semalaman suntuk. Cowok itu terkenal selalu matang dalam menghadapi apapun yang menerjangnya di depan sana sesederhana mengganti motornya untuk menjemput Araya ke rumah cewek itu. Motor Jagat ada di rumah dan dalam kondisi baik-baik saja tapi Jagat tahu bahwa Adelio Daniel Prakasa menyimpan matanya di setiap sudut sisi rumah besar tersebut.

Bahkan, Jagat pun tidak menyangka rupanya Daniel senekat itu sampai membuat nisan bohongan agar Araya percaya bahwa kedua orang tuanya telah tiada.

"Ra, mulai hari ini kita pacaran."

🫧🫧

YUHUUU

Udah siap masuk ke kapal baru belum nih??

Terima kasih sudah membaca jangan lupa bintang di sebelah kiri dan komen yaang rame biar makin seruu

Sampai bertemu di bagian selanjutnya 🫶🏻

Salam Hangat,
Ibu Kepala Suku PASCAL
sekarpipit

JAGAT RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang