semesta ; 5

744 136 2
                                    

"Taman komplek dan sate lontong. Dua hal sederhana tapi memikat di hati."

semesta ; 5

Pukul delapan malam Araya keluar dari kediamannya untuk sekedar mencari udara segar di taman dekat komplek dimana biasanya banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sana. Jika tidak salah saat pertama kali pindah Araya menemukan penjual es ronde dan sate pisang yang sangat enak tapi Araya perhatikan gerobak berwarna hijau itu tidak ada malam ini.

Namun, keterkejutan menghampirinya ketika mendapati Jagat muncul dari gerobak sate sembari membawa dua porsi sate lengkap dengan lontong dan bumbu kacangnya.

"Kok, lo ada di sini?" ucap Araya curiga.

"Gue tahu isi otak lo. Gak usah kepedean gue habis dari rumah Zafar. Lo kali yang ngikutin gue," balas Jagat dengan berjalan mencari kursi taman yang kosong.

Araya berdecak kesal dengan mengikuti langkah Jagat, "Selain punya penyakit tebar pesona lo juga kepedean ya orangnya," sungut Araya.

"Gue ngomong selalu sesuai fakta. Nih, terbukti kalau nggak ngapain lo ngikutin gue ke tempat duduk?" sahut Jagat dengan memakan satu tusuk sate ayam sembari menatap Araya yang berdiri di dekat tempatnya duduk membuat cewek dengan hoodie putih itu pun tersadar.

"Gu-gue nggak ngikutin. Ah! Udah lah nggak ada habisnya adu bacot mulu sama lo," kesal Araya menghentakan sekali kakinya sebelum melangkah pergi.

Namun, baru beberapa langkah tiba-tiba saja Jagat menarik tudung hoodienya membuat Araya pun sontak menjerit kaget, "Aaaa! Kak Jagat gila lo, ya!"

"Apa-apa? Kak? Coba ulang sekali lagi?" jahil Jagat kepada Araya yang sudah duduk di sampingnya.

"Nggak!" selak Araya.

Jagat berdecak pelan dengan wajah yang pura-pura menyesal, "Sayang banget nggak gue rekam," ucap Jagat menyebalkan membuat pipi Araya menjadi merah seperti tomat, "Pipi lo kenapa merah gitu? Demam?" tanya Jagat.

"Nggak. Apa, sih, lo! Nggak jelas banget," kesal Araya yang justru membuat Jagat tertawa mendengarnya. Sungguh sudah lama Jagat tidak merasa sebahagia ini dengan orang lain selain keluarganya. Hmm... sepertinya Jagat menemukan hobi barunya.

"Buka mulutnya. Mending lo makan yang kenyang biar nggak ngomel mulu. Nggak capek emang marah-marah mulu sama gue, hm?" kata Jagat dengan nada lembutnya menyuapi satu tusuk sate kepada Araya yang entah ada sihir darimana cewek itu mau membuka mulutnya menerima suapan dari Jagat.

"Nah, gitu! Pinter." Jagat berucap dengan senyum tampannya sembari menepuk pelan puncak kepala Araya.

Araya sempat tertegun dengan perilaku Jagat yang entah sadar atau tidak sikap cowok itu malam ini sangat jauh berbeda dari saat mereka di sekolah. Sungguh, terlebih ketika cowok itu terus menampilkan senyum manisnya yang demi apa pun bisa Araya pastikan semua cewek yang ada di sekolah akan menjerit dan meleleh ketika melihat senyum manis cowok itu.

Sedangkan Jagat sendiri juga merasa ada yang berbeda ketika bersama Araya. Dari semua cewek yang pernah dekat dengannya, Jagat belum pernah merasakan euporia seperti saat bersama cewek bawel ini. Seperti ada sesuatu yang jika ia simpulkan akan sangat berbahaya untuk dirinya.

Bahaya nih cewek. Batin Jagat menatap Araya yang tampak lahap memakan sate ayam tersebut sembari sesekali menyelipkan rambutnya yang mengganggu ke belakang telinga.

Membuat Jagat tersadar, bahwa ada makhluk secantik ini di depan matanya.

🫧🫧

Sampai bertemu di bagian selanjutnya satu jam lagi
Jangan lupa puter playlistnya terus yaa biar makin uwu
🎧✨

Jangan lupa bintang di sebelah kiri, komen yang ramai, dan ajak teman-teman kalian juga biar makin seru nih ikutin perjalanan Mas Jagat 😚

Salam hangat,
Ibu Kepala Suku PASCAL
sekarpipit

JAGAT RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang