Lima

1.8K 304 4
                                    


Hermione melangkah cepat. Menyusuri setiap jengkal rerumputan sembari sesekali menoleh ke belakang. Malam di Hogwarts memang telah muncul beberapa jam lalu. Ia pun sudah kenyang menyantap kentang tumbuk dan daging panggang. Menu makan malamnya. Walaupun, ya, jelas saja masih ada satu hal yang kurang. Ia tidak bisa menemukan sosok Draco Malfoy, suaminya, di asrama ketua murid.

Apakah ini berhubungan dengan si Bulstrode? Semoga bukan. Bisik Hermione.

Udara Hogwarts malam ini harusnya sudah cukup membuat Draco meringkuk di kamarnya. Atau sekarang menghabiskan waktu sembari mengganggunya di depan perapian common room mereka. Terlebih musim gugur yang segera berakhir ini sukses membuatnya harus merapal mantra demi terus merasa hangat. Namun, jelas sekali bahwa sosok pirang yang kini berada di pinggir Danau Hitam tidak merasakan itu semua.

"Sudah puas merenung?" celetuk Hermione. Tak menunggu jawaban, gadis itu duduk di samping Draco yang hanya meliriknya. Pemuda itu bahkan berhenti mengunyah sebuah apel hijau yang telah habis setengah.

Hermione menoleh. Kompak mengangkat alis begitu yang dilakukan Draco hanya memandangnya lurus. Dengan mata biru yang tertuju pada hazel irisnya, Hermione tak bohong dengan degup jantung yang mendadak sibuk bertalu. Apalagi gerak tak diduga Draco yang disambutnya dengan diam.

Hermione hanya mampu merasakan sisa-sisa aroma apel hijau ketika bibir Draco menyambutnya. Aroma manis dan sedikit asam yang lantas memenuhi mulut gadis itu. Belum dengan gerak pelan tetapi lembut yang menghanyutkannya begitu mudah. Ia bahkan tak ingin sibuk mengira, seberapa cepat kelopak matanya menutup.

Terdesak oleh gerak lincah lidah Draco, Hermione membuka mulutnya. Membuka gerbang baginya dan juga pemuda itu untuk saling menyatukan ludah. Mengabsen satu per satu gigi masing-masing. Draco kian melesatkan lidahnya. Sementara Hermione menyambut dengan suka cita. Hingga di tempat itu, tak hanya gerak pelan angin malam musim gugur yang senyap terdengar. Namun juga kecup-kecup lembut selepas puas keduanya merasakan lidah masing-masing.

Puas merasakan paduan manis dan sedikit masam dari apel di mulutnya, Draco menarik napas putus-putus. Dipandanganya iris mata cokelat Hermione yang nampak indah. Sementara tangannya kini sibuk menyusuri leher lembut Hermione. Membawa tengkuk gadis itu mendekat. Menyecap, lagi, dengan gerakan pasti bibir yang telah lama ia rindu. Hingga lantas gerakan itu berhenti tak lama kemudian.

"Draco, aku butuh bernapas." Hermione tersengal. Itu adalah kalimat yang pertama kali diucapkan gadis itu.

Bukannya menjawab, Draco justru menimpali dengan cara lain. Ia memilih merebahkan kepalanya di pundak Hermione. Membuat gadis itu, untuk sekali lagi, hanya terdiam. Terpaku dengan gerak tiba-tiba Draco. Sementara si empunya kepala pirang itu justru menikmatinya. Menikmati aroma manis yang menguar dari tubuh Hermione. Dan turut pula mengamati naik turunnya gerak napas Hermione. Bibirnya perlahan terangkat. Begitu mengetahui bukan hanya dirinya yang sulit mengatur degup jantung.

"You okay?" ucap Hermione lagi. Cukup lama ia menunggu hingga puas pula gadis itu hanya mendengar desah berat napas Draco.

"Oke, enough!"

Hermione mendorong pundak Draco susah payah. Kompak menatap nyalang ke arah pemuda itu seraya berusaha keras menghalau sensasi aneh yang belum juga reda. Dan, seperti yang telah ia kembali duga, Draco lagi-lagi hanya menimpalinya dengan embusan napas keras.

"Berhenti seperti itu dan lekas katakan apa yang terjadi!" Hermione menekan tangannya, "jangan bilang ini karena Bulstrode."

"Apa dia melakukan sesuatu padamu? Kudengar kalian bertemu."

Hermione melepas tangannya. Ia memilih memandangi langit malam yang menyelimuti mereka. "Yeah, dia menemuiku. Berbicara tentang semacam kau dan dia yang bertunangan, dan-"

"Dan kau memberitahunya ini hanya sementara?" sergah Draco.

Gadis itu hanya terkekeh. "Tentu saja tidak, dasar bodoh!" Hermione berdiri seraya menggenggam tangan Draco, membuat pemuda berambut pirang itu mau tak mau juga akhirnya berdiri. Agak meringis begitu merasakan udara malam ini kini benar-benar mengusiknya.

"Tidak perlu cemas, Draco, semuanya akan baik-baik saja. Kau telah membantuku dengan menemukan kedua orang tuaku, aku juga akan membantumu. Bagaimana? Bukankah ini win-win solution?" Sudut bibir Hermione terangkat.

"Ya, win-win solution," ulang Draco.

Tak kembali bersama, Hermione memilih untuk berjalan seorang diri menyelusuri lorong Hogwarts. Sementara Draco menunggu beberapa lama hingga keduanya dapat kembali ke asrama Ketua Murid tanpa perlu dicurigai. Ya, semacam "trik" bagi keduanya untuk membuat semua orang percaya bahwa tidak mungkin Granger dan Malfoy berjalan bersama meskipun mereka Ketua Murid. Dan, trik yang cukup berhasil setidaknya hingga beberapa bulan pernikahan mereka. Walaupun terang saja, tak semua orang tidak menaruh curiga kepada keduanya. Misalnya, seorang gadis Slytherin yang kini lebih memilih berbalik, tak ingin susah payah melihat "tunangannya" berusaha menyembunyikan hubungan dengan istri tercintanya.

Wish You Could Hold Me (DRAMIONE) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang