Tujuh

1.6K 295 8
                                    


Hogwarts telah dipenuhi dengan ucapan "Selamat Natal" dari para profesor hingga para murid. Ini adalah Natal perdana selepas Dunia Sihir terbebas dari Voldemort. Tak heran, suasana gegap gempita langsung terasa begitu salju perdana turun beberapa hari lalu. Termasuk di aula utama yang sekarang ini dipenuhi oleh para murid. Sebagian dari mereka membicarakan tentang rencana sepanjang libur Natal. Tak terkecuali di meja Slytherin, tempat Draco ―seharusnya― menikmati sarapannya dengan nyaman. Namun, terima kasih kepada Blaise dan Pansy yang sedari tadi tidak membiarkannya menyendok isian piring di hadapannya dengan tenang.

"Aku telah mendengarnya dari Bulstrode sendiri, jangan lagi coba menyembunyikan apa pun dariku."

"Kami," sergah Blaise. Ia berhasil membuat wajah Pansy dipenuhi ekspresi masam begitu kalimatnya dipotong paksa.

"Ya, ya, ya. Jangan lagi coba menyembunyikan apa pun dari kami, Draco."

Yang dimaksud hanya memutar mata malas. Kabar pernikahannya dengan Hermione telah diketahui oleh Blaise dan Pansy, beruntung ia mampu mengancam keduanya untuk bungkam. Terima kasih kepada Bulstrode yang rupanya masih menyimpan dendam kepadanya. Gadis itu juga nampak sekali perlu diberi peringatan untuk tidak lagi mengganggu Hermione. Ngomong-ngomong tentang Hermione, Draco hanya mampu mendapati gadis itu dari kejauhan. Gadis berambut brunette yang nampak hanya tersenyum, sementara Harry tengah entah membicarakan apa di meja Gryffindor.

"Aku hanya memberimu saran, mate," Blaise menoleh ke kanan-kiri. Mencari celah aman kemudian menggeser duduk. Ia merangkul Draco. "Aku tahu kau sudah menyukai Granger sejak dulu."

"What- aku tidak!"

Tak peduli Draco yang tergagap sendiri, Blaise kembali melanjutkan. Walaupun jelas sekali ia akhirnya merasa jengkel juga begitu kalimatnya dipotong dengan paksa. "Kau terlalu transparan untukku, Drake."

Sementara Blaise mengangguk mantap, Draco memincingkan mata. Pemuda berkulit pucat itu memilih untuk bangkit. Enggan untuk menyentuh piringnya sama sekali. Ia memincingkan mata ke arah Blaise dan Pansy yang dengan wajah-tanpa-dosa mereka, hanya memberinya tatapan sendu. "Aku tidak percaya berteman dengan kalian!" desis Draco.

Meninggalkan Blaise dan Pansy yang kompak berteriak, "Lebih baik kau mencari kado Natal untuknya" dan sebagainya, Draco memilih untuk mengabaikan. Beruntung suasana Natal tengah memenuhi antusiasme setiap orang. Membiarkan pemuda pirang itu untuk bergegas menjauh dari Blaise dan Pansy tanpa perlu mendapatkan pandangan penuh tanya dari siapa pun. Well, meskipun, toh, nyatanya Draco gagal mendapatkan yang terakhir. Salah satu mata dari meja Gryffindor sukses memandanginya bahkan ketika mata dingin Draco terarah kepada Blaise dan Pansy.

Draco terus melangkah hingga ia akhirnya tiba di Menara Astronomi. Saksi bisu masa kelamnya ketika itu. Menghilangkan benak pedih itu, Draco berjalan hingga tiba di tepi tempat itu. Memandangai warna putih yang menutup Hogwarts pagi ini rupanya tidak seburuk yang ia kira. Sebelum lantas ia memilih untuk merogoh saku celana hitamnya. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang dan permata berwarna hijau kini mantap berada di tangannya. Benda yang sekarang ini sukses membuat pemuda pirang itu mendesah panjang.

"Hermione, Selamat Natal, ini untukmu."

"Oy, Granger! Ini untukmu, buang saja kalau tak mau."

"Selamat Natal, Granger."

"Mother menitipkan ini untukmu."

"Selamat Natal, Granger, Mother menitipkan ini untukmu."

Draco berjongkok. Pemuda itu meremas rambutnya gemas. Merasa tidak memiliki satu pun kalimat yang tepat untuknya utarakan. Sementara kalung berliontin bintang, yang belum lama diantar oleh burung hantu keluarga Malfoy, itu digenggamnya erat oleh tangan yang kini mulai kebas dan berkeringat. Pemuda pucat itu bangkit, menggosok tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Menatap benda di tangannya untuk beberapa lama sebelum kembali memasukkan benda itu ke dalam saku.

"Oke, sekarang atau tidak selamanya," putus Draco.

Sementara itu, Hermione juga tengah dihadapkan dengan dilema. Gadis itu terpaksa kehilangan Draco yang berbelok ke arah Menara Astronomi. Sesosok pemuda dengan jubah Gryffindor-nya menghentikan langkah kaki Hermione. Beruntung koridor ini cukup sepi sekarang ini. Ia hanya menjumpai beberapa murid yang berisik membahas hadiah Natal mereka. Hermione sendiri nampaknya akan segera mendapatkan "hadiah Natal"-nya dari sosok pemuda yang jelas sekali dikenalnya sebagai Derek Hooper.

"Selamat Natal, Hermione," Derek mengulurkan sebuah kotak beludru berwarna merah hati. Tidak lupa dengan hiasan pita yang tercetak cantik di sana.

Hermione hanya melirik. "Thanks, Derek, tapi aku sedang terburu-buru."

Belum sejangkah Hermione melangkah, tangan murid Gryffindor yang memang satu angkatan dengannya itu kembali berucap.

"Hermione Granger, aku menyukaimu sejak tahun pertama. Kuharap kau menerima hadiah Natal dariku!"

Hermione menoleh ke arah tangga Menara Astronomi. Tidak ada seorang pun di sana. Embusan napas panjang Hermione jadi satu-satunya yang terdengar sekarang ini. Sebelum lantas ketukan sepatu gadis itu beberapa kali. Hermione berdiri tanpa menunjukkan ekspresi berarti.

"Maafkan aku, Derek, tapi aku menyukai orang lain. Terima kasih, tapi kurasa aku harus pergi sekarang." Hermione tersenyum tipis. Sekelebat, ia dapat melihat upaya Derek menyembunyikan semburat merah pipinya.

Sosok bernama Derek Hooper itu akhirnya tersenyum. "Kalau begitu, bolehkah aku mendapat sedikit pelukan?"

"Kurasa kita tidak terlalu akrab, Derek."

"Untuk teman?"

Hermione mengedikkan bahu. Ia mendekat dan memberi Derek sebuah pelukan singkat. Bahkan tak butuh lima detik sebelum gadis itu melepas pelukan tersebut. "Thanks dan maafkan aku," pungkasnya.

Gadis itu tak lagi menoleh sebab satu tujuan Hermione saat itu hanyalah Menara Astronomi, tempat terakhir kali ia melihat Draco berada. Hari ini, ia memutuskan untuk bertandang ke rumah keluarga Weasley. Narcissa memang telah menyuruhnya pulang ke Manor. Namun, pernikahan rahasianya dengan Draco sama sekali tidak diketahui oleh Harry maupun Ron dan lainnya. Memutuskan untuk memberi tahu Draco alih-alih membiarkan pemuda itu seorang diri adalah keputusan bulat Hermione. Walaupun, tidak ada seorang pun di Menara Astronomi saat ini. Hanya embusan dingin udara musim dingin dan pemandangan derasnya hujan salju.

Wish You Could Hold Me (DRAMIONE) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang