02 | Di beranda

292 20 0
                                    


••

Gereja, matcha dan pertemuan.

Jadi, apa jawabannya?

Hingga hari ini, setelah pertemuan-pertemuan yang lagi-lagi terasa tak terduga, pertanyaan yang terngiang bahkan masih saja tak terjawab. Sebenernya dia juga tidak pernah tau, tujuannya apa? Definisi dekat dengan Tuhan itu menurut perspektif orang-orang pasti berbeda-beda. Menurut nya justru lebih kompleks dari yang dia pikirkan sendiri. Dia yang barangkali terlampau tertinggal untuk mengenal dan memahami berbagai situasi hatinya sendiri, sejujurnya siapapun tidak benar-benar mampu membantunya. Damian Vito Sadajiwa tentu saja selalu percaya bahwa setiap yang memiliki roh' dalam hidupnya selalu memiliki banyak harapan-harapan yang panjang. Kemudian jika dia ditanya ; 'lalu apa tujuan mu memilih jauh dan ingkah dari sudut yang justru sepi?' maka dia pun akan kelu. Mungkin tujuan nya berdoa lama menghadap Tuhan bukan hanya sekedar ingin dijawab segala doa-doanya saja. Akan tetapi, ketenangan yang damai yang lebih ingin dirinya raih untuk mendekap tubuh ringkih yang selama ini kehilangan arah. Jadi, apa itu pantas untuk menjawab pertemuan si pemilik mata coklat jernih yang hangat nya bak aliran air panas didalam kedinginan dadanya? Alih-alih menjawab, justru dia masih mempertanyakannya sendiri. Segala pertemuan tidak mungkin bisa menjadi sebuah obat, kan? Itulah sederhana pikirannya.

Harap-harap yang menguap di bayang-bayang udara masih belum terdengar kabar baik nya, hingga sekarang dia juga enggan untuk mencarinya hanya untuk memprioritaskan keinginannya saja. Rasanya dia bergerak terlalu buru-buru dan egois, meminta semuanya jadi lebih mudah dan cepat. Padahal sebetulnya dia juga paham tentang sebuah proses yang memiliki efek berkepanjangan. Dia sempat diambang-ambang amarah ketika minggu menagih sebuah doa yang isinya bahkan tak pernah berubah. Mengingat-ingat tentang ketidakberdayaan, ketidakadilan, juga amarah-amarah yang seharusnya tidak perlu namun bersemayam lebih lama dibandingkan keinginan nya. Ini benar-benar kompleks untuk yang tak memiliki banyak pegangan. Namun sejak dia bertanya, sang ego memilih untuk lebih tenang, tak banyak meminta untuk mendobrak-dobrak pintu langit hanya agar Tuhan jadi lebih iba kepadanya. Tuhan akan selalu baik dengan apapun yang dia lakukan, barangkali memang hanya sekecil dibayangkan, tapi barangkali itu lah yang cukup untuk nya. Tidak punya banyak alasan, sejatinya kehidupannya selalu dia jalanin dengan apa adanya, mengalir dengan riuh yang tak dipusingkan.

Damian Vito Sadajiwa - si laki-laki kaku yang enggan banyak bersosialisasi, selalu mempunyai ruang-ruang tak terjamah untuk kebanyakan orang. Sejujurnya ini adalah situasi yang sulit, akan tetapi Vito selalu mengatakan bahwa ini jauh lebih baik. Tak jarang orang-orang mengatakan bahwa hidupnya membosankan.

Tapi persetan dengan itu, dirinya tak peduli segala ucapan-ucapan orang-orang yang tak memiliki banyak andil.

Aroma daging yang semerbak disetiap sudut-sudut ruangan apartemen yang tak begitu besar, tapi cukup untuk dia tinggali sendiri, membawanya duduk dengan tenang menikmati hasil masakannya sendiri. Bersamaan dengan lagu-lagu dari Payung teduh yang mengalun hampir satu jam lamanya, dan iringan gemericik hujan di malam ini benar-benar membuat hawa dingin yang menyenangkan. Suaranya yang selalu dia dambakan dari segala penat yang memukul nya tanpa bersahabat, dia menyukai setiap gerak keheningan berpihak kepadanya, bagi Vito ini adalah waktu istirahat yang tak mampu ditawar. Tempat ini selalu menjadi tempat favoritnya, dibandingkan dengan Maétala yang riuh dengan bising orang-orang, apartemennya ini selalu menawarkan perasaan hangat yang sepi. Tak peduli dengan remang-remang lampu yang tak semuanya menyala, Vito benar-benar hidup dengan dunia nya sendiri.

Gebrakan pintu juga suara lantang yang menyapa telinga membuat pandangannya sejenak teralih untuk menatap sibuknya dua manusia yang tiba-tiba datang. Mendengus kecil seraya berpindah tempat ketika dua anak manusia itu datang dengan bising dan tanpa sopan-santun. Hah, bayangan damai yang menyenangkan urung sebab dua sahabatnya itu memilih tak ingkar dengan janji berkumpul malam ini, apalagi ketika melihat postingannya di Twitter, mereka benar-benar jadi lebih semangat. Padahal Jakarta malam ini terlihat diguyur hujan dengan begitu lebat, Vito bahkan berfikir bahwa keduanya tidak akan punya kesungguhan untuk menerjang hujan yang deras. Tapi pada kenyataannya adalah mereka disini dengan gemuruh-gemuruh suaranya yang lantang mengisi apartemen nya.

DIBALIK LAYAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang