65 | Yes I'm Acha

1.2K 29 0
                                    

Acha terkekeh, melihat Arlan yang cosplay menjadi bayi besarnya. Bayi besar yang tengah menyusu selayaknya sangat kelaparan padahal mereka berdua, belum lama selesai makan malam. Acha hanya bisa sabar, menunggu Arlan selesai dengan kegiatan yang baru-baru ini dia sukai, sebab belum lama, Arlan meminta Acha agar terapi untuk bisa mengeluarkan ASI.

Awalnya, tentu saja Acha menolak dengan tegas. Dia belum punya anak, untuk apa cape-cape terapi laktasi? Tapi karena paksaan dan bujukan Arlan bersama ribuan rayunya, Acha pasrah saja dan hari ini, perdana Acha bisa mengeluarkan ASI dari buah da danya sendiri. Membuat Arlan sejak tadi, enggan jauh-jauh dari pu ting buah da da Acha.

Hari ini bukan hari Minggu, tapi Arlan memilih libur sejak pagi tadi. Terserah lah, apa yang pria itu ingin lakukan, Acha tidak bisa protes. Dia juga tidak banyak bicara saat Arlan melarangnya mengenakan pakaian, Arlan juga meliburkan seluruh pekerjanya karena hari ini, dia ingin kembali berpetualang bersama istrinya.

Dengan mulut sibuk mengisap pu ting buah da da istrinya, tangan nakal Arlan ikut bekerja sama, turun merayap ke pangkal paha istrinya yang senantiasa menjadi candu utama seorang Arlan, yang kedua bibir, dan yang ketiga adalah pu ting buah da da istrinya. Tentu, Arlan menyukai seluruh yang ada pada tubuh istrinya. Arlan begitu memuja istrinya sendiri yang selalu sempurna setiap detik.

"Sayang, besok-besok jangan di cukur lagi ya. Aku mau coba varian baru,"

Acha menjitak pelan kening Arlan yang masih sibuk dengan buah da danya, "Dikira es krim kali?! Lagian kan kamu yang selalu cukurin, atuh kamu jangan bulu cukur punyaku berarti."

"Iya juga ya,"

Acha hanya bisa menggeleng, dia membiarkan Arlan menyusu sampai ketiduran.

Esok paginya, selesai bersiap dan menunggu Arlan berangkat ke kantor, sudah waktunya Acha pergi ke rumah sakit untuk menjenguk baby Max. Acha tidak sabar ingin melihat wajahnya yang pasti sangat lucu, tampan, dan ingin Acha kurung sendiri saja rasanya.

Di rumah sakit, baby Max baru saja terbangun dari tidurnya. Bayi tampan dengan bola mata kehijauan itu menatap Ibu panti dengan mata sembab, baby Max menolak semua jenis susu dari rumah sakit. Bahkan ASI dari rumah sakit pun, baby Max tolak. Ibu panti jadi bingung sendiri, beliau khawatir, takut terjadi sesuatu pada anak bayi tampan itu.

Bertepatan dengan kekhawatiran Ibu panti, pintu ruang rawat terbuka. Menampilkan Acha dengan balutan celana kulot hitam beserta kaos pas badan, berjalan menghampiri sembari tersenyum. "Selamat pagi, Bu."

"Mbak, selamat pagi."

Acha menatap bayi Max tanpa berkedip, "Tampan sekali."

Ibu panti terkekeh, "Iya, Mbak. Max memang sangat tampan, tapi sayang sekali, nasibnya begitu malang."

Keduanya bercerita banyak hal tentang baby Max sampai Acha tahu jika hari ini, baby Max selalu menolak bahkan menolak semua jenis susu yang di berikan. Acha berpikir sebentar, bukankah dirinya bisa mengeluarkan ASI? Daripada hanya di nikmati Arlan, mending di nikmati oleh baby Max. Akhirnya, Acha menatap Ibu panti.

"Bu, boleh saya menyusui baby Max?"

Ibu panti sedikit terkejut, "Mbak? Anda yakin?"

Tanpa ragu sedikit pun, Acha mengangguk. Ibu panti akhirnya mempersilahkan, tanpa bertanya lebih. Acha, dia berjalan mendekati brankar di mana baby Max sejak tadi terus memandangnya. "Halo, sayang."

Seakan tahu jika Acha akan menjadi sumbernya mendapatkan asupan energi, baby Max tersenyum manis sambil bertepuk tangan. "Gemasnya, jadi anak aku yuk?" Acha mengangkat baby Max, mendudukkannya di pangkuan sembari mengangkat kaosnya ke atas, Ibu panti sendiri memilih keluar, menjaga di depan pintu agar tidak ada yang masuk untuk sekarang ini.

Yes I'm AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang