Far from sea just to come for Rome
Saturnio menjauh dari Domenico karena ketika pria berambut cokelat madu dengan warna mata kelabu itu bertingkah takwajar, dia tak akan berhenti membuat Saturnio jengah. Melewati lorong batu karang dan menemukan pemandangan pantai bersih bagaikan berada di pinggir jurang karena luasnya lautan yang tak terkira. Angin semilir menerpa Saturnio yang mengerjap. Udara segar dari air asin membuat Saturnio ingin memiliki rumah di dekat pantai.
Suara ombak yang samar-samar mendekat membuat Saturnio awas agar tidak ikut terbawa arus dan tenggelam. Saturnio lalu berjalan di pesisir pantai, menunduk dan melihat berbagai makhluk laut yang sedang bersinggah di daratan. Namun tiba-tiba, para mahkluk itu berjalan ke satu arah seperti sedang dikomando. Saturnio memandang arah ke mana mereka pergi dan bersembunyi ketika melihat ada seorang pria tinggi berkulit kecoklatan dan bermanik mata sebiru lautan sedang berbincang di pesisir dengan wanita berambut ikat yang memakai bikin. Bajunya yang basah memperlihatkan otot enam lapis dengan dada bidang. Semua makhluk laut yang berada di sekitarnya mengelilingi pria itu. Saturnio membeku takjub ketika melihat untaian air laut yang bercabang mengangkan sebuah tempurung kelapa ketika pria itu mengangkat tangan lalu meledakkannya menjadi partikel air. Pria itu mendesah dan berbalik pergi sembari memegang sebuah papan selancar dan lalu pergi bersama wanita tadi. Saturnio pun mengikuti pria itu dan menemukan sebuah kafe berdesain tropis ayang di mana seharusnya dia nikmati dari reservasi khusus.
***
"Terlalu panjang jika aku jelaskan sekarang. Jika kamu penasaran dan ingin tahu tentang diri kamu lebih dalam, kamu bisa bergabung menghubungiku lagi nanti. Regodnity membuatmu bisa mencari tahu siapa diri kita sebenarnya dan kenapa kita ada," ucap Saturnio sembari menyodorkan sebuah kartu nama. "Semoga kita bisa bertemu lagi secepatnya."
Setelah berkata demikian, Saturnio melangkahkan kaki keluar dari kafe. Wanita yang bernama Rumia tadi pun masuk kembali seraya saling bersitatap dengan Saturnio. Saturnio mencoba menenangkan diri. Saat dia ingin masuk ke kafe, tubuhnya bergetar gugup. Sekarang saat keluar dari kafe, kerisauannya membuncah dan membuat pikirannya berlebihan.
"Agak aneh kalau aku langsung menyimpulkan untuk merekrutnya, tapi tanda trisula yang menyala saat aku melihat dia menggunakan kekuatannya ketika air laut bercabang dan membentuk sebuah motif yang tidak salah lagi adalah simbol Neptunus," gumam Saturnio. "Semoga tebakanku benar. Ayolah, Saturnio! kau bisa melakukannya. Odin saja bisa mengumpulkan para anggota Regodnity Norse yang lain, sekarang giliranmu agar Lock di Hiddenland hancur dan kekuatan yang lain pun bisa kembali pulih."
Saturnio menyemangati dirinya agar bisa menyelesaikan misi dari para pendiri tiap mitologi Regodnity. Regodnity sendiri adalah organisasi yang anggotanya merupakan wujud manusia dari para dewa berbagai mitologi. Saat di Las Vegacia, Odin yang mempunyai wadah dewa manusia sebagai Edvard Aksel Salomon memberitahukannya tentang Regodnity dan Heavens. Heavens adalah organisasi rahasia yang didukung penuh oleh pemerintahan. Namun, organisasi itu ternyata memiliki tujuan tersembunyi yang jahat, terutama dalam menghancurkan Regodnity. Mereka membuat selubung teknologi canggih bernama Lock yang harus para Regodnity hancurkan karena kalau tidak mereka akan lupa esensi mereka sebagai dewa dan kekuatan mereka pun memudar. Yang lebih buruk bagi Saturnio adalah dia mungkin akan segera meninggalkan dunia karena selama ini dia kerap memanipulasi umurnya dengan cara mengambil sisa umur seseorang di dekatnya yang akan segera mati atau membunuh Saturnio.
Beban pikiran Saturnio ambruk seketika ketia dia mendengar Domenico memanggilnya dan menerkam sampai Saturnio ambruk ke pasir.
"Di sana kau rupanya! Ah, kau malah ke tempat ini. Sudah kubilang belum dibuka lagi kafenya ini." Domenico mengangkat tubuh Saturnio seraya memeluknya erat.
"Cato, kalau kau tidak melepaskanku segera, bisa-bisa aku menenggelamkanmu tahu!" ancam Saturnio.
***
Api unggun raksasa dikelilingi oleh orang-orang yang merasakan kehangatannya sembari duduk di kursi sembari menikmati makan malam. Saturnio melihat Seilang dan Rumia sedang mengobrol. Beberapa saat kemudian, Seiland memergoki Saturnio yang sedang melihatnya dan pria berkulit cokelat tropis itu pun tersenyum padanya. Saturnio salah tingkah dan membalas senyuman Seiland. Domenico yang melihat sohibnya tersenyum dari jauh pada kerumunan memikirkan itu adalah hal yang tidak biasa yang dilakukan oleh Saturnio.
"Kau sedang suka sama seseorang?" tanya Domenico sembari menyesap minuman tropis.
"Tidak, aku hanya ragu saja. Mungkin aku akan menghubungi Odin lagi agar bisa melakukan semua ini." Saturnio menunduk seraya menghela napas.
"Odin?"
Saturnio menengadah dan matanya melebar. "Dia kenalanku. Namanya memang sama dengan pahlawa itu. Yang dari mitologi jepang 'kan, ya?"
"Odin itu dewa kematian dari nordik. Belajar dari mana kau Odin dari mitologi Javana."
Saturnio tertawa getir. Untung dia tidak sadar. Sebaiknya aku menggunakan nama versi manusia saja untuk memanggil anggota Regodnity lain. Tapi bagaimana jika aku menyebutkan nama Edvard? Domenico pasti akan langsung penasaran dan bertanya terus menerus padaku.
"Ah, bosan sekali! Bisa-bisanya aku pergi ke tempat membosankan begini. Gadisnya jarang, pestanya suram, temanku juga kayak patung."
Saraf Saturnio terbakar terpantik api amarah. Dia tersenyum. "Kau mau kita melakukan apa?"
Domenico menyengir. "Ayo kita naik ke tebing itu. Aku mau berswafoto agar para gadis lebih tertarik padaku. Juga untuk melihat pemandangan alam yang indah di sekitar sini."
***
Umpatan 'Kakek Kecil' yang sering keluar dari mulut Saturnio yakin dia bukan hanya kakek tua renta yang tak berdaya, tetapi roh leluhur yang sudah berumur sampai ribuan tahun. Karena tak lama berolahraga dan lebih senang berdiam diri di pabrik seharian di mana saat itu dia belum sadar akan kekuatannya membuat Saturnio merasa menaiki puncak tebing ini sungguh menyiksa. Sorakan semangat Domenico yang kadang berubah menjadi ledekkan membuatnya muak dan ingin melompat ke kasur empuk dan segera turun ke alam mimpi. Namun, karena kurang fokus menaiki undakan terjal, Saturnio terpeleset dan menghancurkan pagar pembatas ke lautan. Kepala Saturnio terantuk dinding tebing dan dia pun jatuh ke lautan.
Domenico yang sudah jauh ke atas tebing pun menuruni tebing. Dia ingin juga menyusul Saturnio dengan melompat, tetapi daerah undakan di pinggiran kini dipenuhi berbagai batu karang yang tajam. Domenico lalu melihat seorang pria yang berlalu lalang di sekitar pantai. Dia pun berteriak minta tolong dan segera pria itu berenang menyusul Saturnio. Saturnio membuka mata dan memandang lautan gelap. Tak lama dia melihat ada seseorang yang mendekatinya. Pria tadi merasakan sensasi aneh ketika menyentuh tangan Saturnio. Dia melamun untuk beberapa detik sampai akhirnya tersadar kembali dan membawa Saturnio ke permukaan.
Dia benar, aku adalah bagian dari Dewa Neptunus, batin Seiland seraya berhasil berenang ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturn: Fallen of Time
FantasySaturn: Fallen of Time Mytemporary Series: Regodnity Saturnio menyukai pekerjaannya sebagai CEO Saturnox, perusahaan dan pabrik jam dengan merk ternama, terutama jam tangan yang diproduksi mulai dari yang sering dipakai secara umum, smartwatch, atau...