Memilih

237 4 0
                                    

Andre tidak jadi menginap di bar. Ia sudah mengambil keputusan siapa yang ia pilih. Mobilnya mengarah ke satu tujuan.

°°°

Apartemen Rachel.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Ponselnya berdering berkali-kali. Rachel melihat siapa yang menghubunginya. Keira.

Siang tadi Keira mengirim pesan singkat padanya bertanya, "kau baik-baik saja, ada masalah apa?"

Namun Rachel tidak membalas.

Jujur ia tidak ingin menerima panggilan itu sekarang. Karena ia belum siap bicara dengan Keira.

Pertengkarannya dengan Andre bisa dibilang disebabkan oleh Keira.

Walau sebenarnya kata-kata Andre yang menyebabkan dirinya sedih. Ia tidak ingin melampiaskan kekesalan pada Keira saat dirinya masih emosi. Lebih baik menjauh sejenak dari drama mereka berdua.

Namun panggilan berkali-kali mengusik pikirannya.

Bagaimana jika terjadi sesuatu? Pikir Rachel. Akhirnya ia terpaksa mengangkat panggilan itu.

"Halo"

"Halo, Rachel. Kau dimana? Apa Andre bersamamu?", tanya Keira.

"Tidak, kenapa? Dia pergi?", tanya Rachel. Setahunya Andre sedang cuti bukan?

"Iya, Rachel. Sudah sejak siang tadi... tapi kenapa sampai sekarang belum pulang-pulang ya? Hari sudah malam. Ia tidak menjawab panggilanku, gimana ya?", suara Keira terdengar panik.

"Keira, tenanglah", ujar Rachel.

Mendengar nada panik Keira, Rachel jadi tidak tega.

"Biar aku coba menghubunginya, kau tenang ya", bujuk Rachel.

Setelah menutup telefon dengan Keira, Rachel jadi merasa marah pada Andre. "Kemana sih dia malam-malam begini belum pulang? merepotkan sekali"

Baru saja Rachel mau menghubungi ponsel Andre, terdengar suara bel pintu apartemennya.

"Siapa lagi malam-malam begini?", ujar Rachel heran. Ia menuju pintu dan mengintip lewat lubang. Ternyata Andre! Rachel langsung membuka pintunya.

"Andre! Darimana saja? Kau membuat orang khawatir tahu, dasar menyebalkan!", Rachel malah langsung memarahinya.

Walau disambut kemarahan, tapi Andre malah tersenyum mendengar Rachel khawatir. Ia langsung masuk dan memeluk Rachel.

"I miss you, baby. Kumohon jangan pergi", lirih Andre.

"Andre, kau mabuk!", Rachel berusaha melepas pelukan Andre. Namun Andre menahannya.

"Tidak, kumohon. Biarkan aku memelukmu... maafkan aku, Rachel".

"Andre, sudahlah. Kau mabuk! Biar kuantar ke kamar", ucap Rachel sambil menuntun Andre. Kali ini Andre menurut karena kepalanya mulai pusing. Efek martininya baru terasa sekarang.

Sesampainya di kamar, Rachel meletakkan tubuh Andre di kasur. Ia terlihat berantakan, kasihan juga, pikir Rachel.

Rachel melepas sepatu Andre dan menyelimutinya. Ketika hendak pergi, tangannya ditahan Andre.

"Rachel, tunggu. Tetaplah disini bersamaku, kumohon!"

"Tidak bisa, aku harus menjaga Reynald".

"Boleh aku melihatnya?", tanya Andre. Ia juga merindukan jagoan kecilnya itu.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang