Lampu depan mobil SUV bewarna hitam menerangi jalan yang kian sempit. Ditambah dengan tanah liat khas hutan yang tidak bersahabat dengan roda besarnya.
Axel memeriksa MP3 player miliknya yang hampir kehabisan baterai dengan sedih. Leon menyandarkan kepalanya pada bantalan kursi.
Polisi veteran yang tidak menyetir itu memutar badannya ke belakang. Menghadap Leon, "Jadi ceritakan kepada kami Yanqui (Sebutan untuk orang amerika utara)."
"Kenapa kau datang ke tempat mengerikan ini?"
Axel tertarik dengan pembicaraan mereka, 'Jadi atasan kepolisian tidak memberitahukan alasan sebenarnya huh?'
Polisi baru yang menyetir dengan fokus itu mengangguk setuju, "Tempat yang jauh dari mana-mana yang pernah aku datangi."
"Anggap saja mencari seseorang," jawab Leon santai.
Sebelum dia sempat bertanya tapi Axel memotong pembicaraan, "Kenapa tiba-tiba peduli?Sebenarnya kalian enggan kan mengantarkan kami?"
Polisi veteran tersenyum miring. Sedikit tersinggung dengan ucapan Axel yang menusuk. Leon menengahi, "Yang pasti hutan itu tidak layak untuk memanggang marshmellow ya kan pak?"
Polisi satunya menimpali, "Kalian memiliki selera humor yang aneh."
Axel membuang pandangannya ke jajaran pohon pinus dan ilalang yang gelap. Tidak peduli dengan keadaan yang mendadak canggung diantara mereka berempat.
Namun sepertinya polisi veteran itu mudah mencairkan suasana. Rasa kesalnya terhadap Axel dibuang jauh-jauh. Bocah itu tidak keberatan.
"Kukasih tahu satu rahasia," ucapnya.
Axel masih asyik mengamati pepohonan. Leon mendengarkan, "Antara kita bertiga."
Axel menarik pandangannya dari jalanan hutan ke kursi depan polisi veteran tersebut. Dia mulai tertarik, "Banyak orang hilang di daerah sini.."
Roda mobilnya melindas sesuatu yang lumayan besar, "Grak!"
Mereka berempat sedikit terlompat dari duduknya terkejut, "Dan selalu saja begitu sampai sekarang."
Leon menoleh ke arah Axel dengan bulir keringat di pelipis. Axel mengangguk meyakinkan.
"Kalau begitu sudah suatu kebiasaan kan?"
"Maksudku minggu lalu ada pencarian para pendaki yang hilang.."
Axel mengerutkan dahinya prihatin, "Aku yakin kalian sudah berjuang dengan keras."
Polisi itu akhirnya tertawa. Mobil terus melaju sampai menemukan spot untuk berhenti. Dia meremkan mobilnya pelan sehingga gesekan yang terjadi tidak terlalu kuat.
Polisi baru menghembuskan nafas lega, "Akhirnya sudah sampai."
Axel menajamkan penglihatannya pada dasbor mobil. Jam digitalnya menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Polisi veteran memutar badannya ke belakang, "Aku ada panggilan alam. Tunggu sebentar."
Baik Leon dan Axel mengangguk.
Ketika pintu mobil di buka udara dingin hutan masuk ke dalam ruang. Axel menggeser badannya untuk mempersempit jaraknya pada Leon. Leon yang tidak mengerti hanya bisa tersenyum gemas.
"Tan frio aqui (Sangat dingin di sini)."
Polisi baru menggodanya dengan menongolkan kepalanya keluar jendela, "Oi tomas todas las bebidas en el bar? (Oi kamu meminum semua minuman di bar?)"
"Tssh!" Polisi veteran itu menghempaskan tangannya ke bawah.
Punggung badannya mulai menghilang setelah memasuki semak-semak. Polisi baru mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Rokok Marlboro berkotak merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bullet (Resident Evil 4 x Male OC)
FanfictionUPDATE SETIAP HARI JUMAT DAN SABTU Cover by AI from pinterest. Seluruh karakter Resident Evil milik Shinji Mikami, Tokuro Fujiwara dan tim. "Bocah sepertimu agen federal DSO yang diangkat langsung oleh Adam Benford?!" Leon mengusap surai pirangnya t...