A

1 0 0
                                    

15.48

Argi tengah bermain bola bersama timnya yang pasti Riko pun ikut bermain. Dan Reta duduk dipinggir lapangan seorang diri. Ada juga anak anak eskul yang sedang berlatih seperti cheerleader. Sesekali ia merasa cemburu karena anak anak cheerleader suka mencari perhatian Argi.

Argi memang tampan. Tak sedikit orang yang suka padanya, cukup populer dengan sikap cueknya ditambah dengan label ketua futsal.

Riko menghampiri Reta dan menodong minum padanya. Reta mengambil sebotol mineral yang Riko minta belikan "Jangan lupa bayar"  katanya

Riko menandaskan minum itu lalu melihat Reta "Ya elah perhitungan banget sih lo"

Reta mengerutkan dahinya "Perhitungan? Heh denger ya Riko lo itu dari dulu minta tolong beliin minum pake duit gue dan gak dibayar dari kelas sepuluh, kalau tuh duit ditabung gue bisa beli tiket konser ayang gue di korea"

 Ekspresi kesal Reta berubah jadi normal ketika Argi datang "Lo ada minum lebih gak?" tanya Argi pada Riko

Riko menggeleng dengan memperlihat kan botol kosong yang dipegangnya. Reta mendengar interaksi keduanya langsung mengambil botol mineral didekatnya yang masih tersegel dan menyodorkan pada Argi

Argi menoleh bingung. 

"Gue beli lebih." Reta mengerti kebingungan diwajah Argi

Argi mengangguk dan mengambil minum itu dan meminumnya dengan menyisakan setengah "Thanks ,Re."  lalu Argi pergi menghampiri teman team yang lain

"Pinter juga modus lo" cibir Riko

"Bukan modus. Gue.. emang beli lebih... karna tadi.. gak ada kembaliannya" alasannya. Jelas saja itu bohong. Reta selalu membeli minum lebih setiap Argi bermain bola karena selalu berharap ia akan memberikannya pada Argi. Hari inilah harapannya terwujudkan

"Iya deh percaya. Yaudah gue kumpul dulu" Riko berlari kecil menghampiri teman temannya

Reta tak berhenti tersenyum. Ia berdiri berjalan ke toilet dengan  wajahnya yang berseri mengingat kedekatan dirinya dengan Argi. Sejauh ini Argi mengenalnya karena dirinya sahabat dari Riko.

 Selesai memakai bilik kamar mandi Reta mencuci tangannya dan keluar dari toilet berpapasan dengan Rivaldi yang menggendong tasnya "Reta? Kok belum pulang?"

"Belum. Gue masih nunggu Riko" 

"Mau bareng aku?" 

Reta menggeleng cepat "Gak usah gue bareng Riko aja. Rumah gue sama lo kan beda arah"

"Riko juga kan rumahnya sama kaya arah rumah aku"

Reta menggaruk kepala mencari alasan "Riko..ada perlu kerumah gue." Rivaldi mengangguk pelan. Reta melihat Rivaldi yang ingin angkat bicara "Gue duluan ya. Riko udah selesai latihannya" potongnya dan berlalu meninggalkan Rivaldi

-

-

Buku buku paket tebal menumpuk dimeja Lucy yang kini serius dengan bukunya. Riko bingung dengan Lucy yang tak pernah pusing membaca buku setebal seribu halaman. "Lo kagak mumet apa? Liat buku mulu" herannya

"Lucy kalau liat muka lo lebih mumet lagi" celetuk Reta yang membaca buku fiksinya

Riko memberenggut lalu mengambil buku fiksi Reta dan menaruh di rak tinggi. Reta kesal dengan perlakuan Riko "Rik, balikin"

"Bodo amat" sambil memeletkan bibirnya

Lucy jengah dengan perlakuan keduannya  lalu mendekat "Lo berdua bisa diem gak? Ini perpus."

DisappointedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang