43. Trauma

902 103 12
                                    

Halo, siapa nungguin Tarangga Untuk Kikanaya cung☝🏻

Jangan lupa spam komen ya, makasih buat part kemarin yang udah vote komen🫶🏻

Bantu dong 500+ votes 200+ komen🥹 

Makasih yang udah baca sampai part ini

HAPPY READING

43. TRAUMA

Jemari Rangga bergerak gelisah satu sama lain, bayangan masa lalu yang menyakitkan itu kini menghantui pikirannya. Kali ini ia lepas kontrol, ia tidak pernah seperti itu. Kejadian beberapa hari lalu itu begitu memberikan dampak yang cukup besar untuk Rangga, juga Mia. 

Akan berlari riang karena akan pulang ke rumah. Mia sedang sibuk mengemas barang-barang Akan ke ranselnya pun kelimpungan dengan tingkah Akan yang tidak bisa diam. 

"Akan," panggil Mia, membuat Akan berhenti berlari dan menatapnya. 

Mia melambai dengan alis yang ditekuk, kemudian menggerakkan jari telunjuk dan tengah seperti kaki yang berlari, sambil berujar, "Jangan lari."

Akan menunjuk diri sendiri, kemudian menggerakkan tangan di depan dada dengan telapak menghadap atas beserta jemarinya yang menekuk. DIlanjut gerakan tangan ke depan mata seperti mencari sesuatu lalu mengangkat sebelah tangan menunjukkan tinggi seseorang yang lebih darinya. "Akan pengin cari Kak Rangga," ujarnya, tidak begitu jelas.

Mia belum membalas apa pun, tapi Akan sudah berlari keluar. Mia bergegas membereskan barang Akan agar ia bisa menyusul Akan. Namun, tidak lama kemudian Rangga kembali dari tempat administrasi.

"Rangga, Akan mana?" 

"Bukannya tadi sama Mama?" balas Rangga.

"Akan tadi keluar mau cari kamu."

"Rangga cari dulu, Ma." Rangga jadi khawatir dengan Akan. Ia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. 

"Akan?!" panggil Rangga di sepanjang lorong demi lorong. 

"Akan?" 

Hingga Rangga menemukan sosok Akan yang memunggunginya. Ia bernapas lega, ternyata Akan di situ. Tunggu, Akan sedang bersama siapa? Seorang lelaki yang duduk di kursi roda, namun wajahnya terhalang oleh Akan. Ia melangkah mendekati Akan. 

"Akan?"

Akan menoleh, dengan posisi Rangga yang kini sudah berdiri di balik punggung Akan.

"Akan lagi...." 

Rangga beralih pada pria paruh baya itu dan kini ia dapat melihat jelas wajahnya. Seketika jantung Rangga berhenti berdetak, dunia berhenti berputar, kepala Rangga seperti dihantam batu besar. Ia pun sudah lupa melanjutkan ucapannya pada Akan.

"Papa...," ujar Akan, pelan dan terdengar jelas. 

Rangga tidak salah dengar dan ia juga tidak salah lihat. 

Pria baya itu menampilkan reaksi terkejut. Ekspresinya tidak bisa dipungkiri bahwa ia shock sekali.

"Akan, kita pulang," ujar Rangga, datar, agar Akan menurutinya. 

Namun, dugaan Rangga salah, kala ia menarik tangan Akan untuk beranjak, tangan Akan satu lagi menahan dirinya dengan memegang sisi kursi roda.

"Rangga," panggil pria itu setelah susah payah mengumpulkan pita suara.

Tarangga Untuk Kikanaya (republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang