3. Akira

17.3K 1.4K 31
                                    

Lucanne menggeram emosi. "Abang bilang bangun, Akira!"

Di hadapannya, sosok Akira kembali terbaring damai. Kedua manik kembarnya yang tadi sempat terbuka sekarang menutup kembali.

Lucanne frustasi. Baru saja dia merasa senang karena bayi kecilnya bangun, tapi apa ini?

"Oke, kamu mau tidur lagi?" desis Lucanne. Kedua tangannya mengepal di samping tubuhnya, dengan manik kelerennya menyorot Akira dengan dingin. "Sehari. Abang kasih kamu waktu sehari untuk tidur. Kamu boleh tidur seharian. Tapi kalau sampai besok kamu nggak bangun, Abang janji bakal bawa kamu ke Venesia."

| 3. Akira |

Sebelumnya, sejauh yang Leora ingat, dirinya sedang berlari dalam koridor panjang yang seolah tak berujung. Kedua sisinya sempit, hanya cukup untuknya berlari. Pun dengan pencahayaan yang remang-remang. Dan makin ke sini, yang Leora temukan adalah jalan buntu.

Leora mengerang. "Ini tempat apaan, sih?!"

Pikiran sempit Leora langsung terputar. Membuatnya menjentikkan jari.

"Puter balik aja, dah."

Leora membuat tubuhnya, merasa ada harapan. Namun sayang, koridor tadi menghilang. Menyisakan Leora sendirian dalam ruangan gelap yang entah kapan terasa begitu menyesakkan. Pasokan udara mulai menipis. Gelap menetap, membuatnya takut. Di dinding dan atap, yang Leora dapati dalam pandangannya adalah kegelapan.

Leora menggigil. Ketakutan menyergapnya begitu saja. Seperti dalam bentuk tangan penuh cakar yang berhasil meraih sekujur tubuhnya, menggelayut dalam segala sisi.

"Gue nggak mau di sini," gumam Leora, putus asa.

Pandangan Leora seakan direbut paksa oleh kegelapan. Benar-benar tidak ada yang bisa dia lihat dari sisi manapun. Matanya seolah kehilangan fungsi.

"Siapapun," bisik Leora, pilu. "Tolong."

Lama menunggu dan terisak sambil memeluk lutut, Leora kehilangan kesadarannya.

Sebelum itu dia sempat bergumam. "Masih mending bangun di tubuh Akira daripada bangun di tempat kayak gini."

Manusia hidup dalam keangkuhan. Dibesarkan oleh rasa percaya diri tinggi. Takluk pada kekuasaan. Dan abai pada ketidakmampuan. Tidak mampu berarti cacat. Orang cacat sekaligus orang yang tidak mau menghargai hidup adalah orang yang sejatinya tidak pantas mendapatkan kehidupan.

Selalu ada konsekuensi yang diberikan oleh Tuhan terlepas dari apakah seorang hamba berbakti atau tidak.

Setelah diberi kehidupan kemudian menyerah begitu saja, kiranya hukuman apa yang pantas didapatkan?

"Leora."

Entah sudah berapa lama Leora memejamkan mata, sebuah bisikan lirih berhasil membangkitkan alam sadarnya.

"Leora, bangun!"

Leora ingin. Ingin bangun seperti yang disuruh. Namun matanya terasa berat.

"Kalau gitu aku gendong, ya? Maaf kalau lancang, soalnya kamu nggak bangun-bangun, sih!"

Si monyet! Modus bat lo! Batin Leora menggila.

Beberapa saat kemudian, Leora merasakan tangan seseorang berhasil mengangkatnya. Tubuhnya dibawa entah kemana dengan kondisi mata terpejam seolah tidur nyenyak namun kesadarannya penuh.

Be a Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang