60. Main Actor

3.9K 302 175
                                    

Jika diibaratkan, Leora tidak lebih dari figuran mati yang kemudian hidup lagi dengan identitas orang lain.

Kalau Akira tokoh utamanya, akan kemana jalan hidupnya? Pernah terbesit dalam benaknya pada suatu hari, apa Akira akan benar-benar bisa bahagia melalui jiwa Leora, atau malah sebaliknya? Kira-kira bagaimana pendapat Akira asli mengenai ini? Apa dia sudah cukup bahagia dengan pencapaian ini? Apa Akira tidak menginginkan ini sama sekali?

| 60. Main Actor |

Rajasa, Kingsley, Kaisar, Lucanne, Akasia, Ran, dan tak terkecuali penggerak misi--Akira, tengah mengelilingi meja bundar yang terbuat dari kaca tak jauh dari komputer yang tadi ditekuni Ran.

Di atas meja, bangunan tansparan yang lebih tepat disebut hologram tiga dimensi menampilkan denah rumah empat lantai yang ditinggali oleh d'Angelo bersaudara. Bangunan membentuk huruf L, terdiri dari dua gedung utama yang disatukan dengan ruang terbuka dibatasi kaca. Pemandangan dari atas itu didapat oleh Ran, dibantu oleh Akira yang meretas CCTV titik vital kediaman itu.

"Buat jaga-jaga, Bang Icarus pernah nempatin dua mata-mata buat jadi pelayam di rumah itu," penjelasan dari Ran membuat fokus Akira sedikit berpendar.

"Ada kabar terbaru?"

"Ada," Ran mengangguk. "Salah satunya udah nggak ada."

"..."

"Mati. Dibunuh."

Tangan Akira terkepal erat di atas meja.

He got enough problems already.

"Kalo mau bergerak, mungkin lo berkenan dengerin saran gue, Bung?" Ran bertanya.

Akira tak menggubris. "Posisi terakhir Agathis ada di gedung ini," telunjuknya terarah ke gedung hologram imajiner itu. "Persempit pencarian Dylan d'Angelo. Langsung eksekusi adiknya begitu ketemu, kebebasan cara membunuh," katanya, dingin.

"Terus Dylan?"

"Bawa dia ke Granddaddy."

Biar bagaimanapun, awal mula ini dari Evander dan Rafael dulu dengan d'Angelo.

"Gue mau ngasih saran," cetus Ran, memberengut. Tangan kanannya bahkan terangkat sebagai isyarat menyela.

"Akasia yang bakal nyusul Agathis. Bawa Tim Wolfie buat ikut serta."

Tangan Ran kembali turun. Layu. Seperti kaktus kebanyakan air saat penghujan.

Akasia mengangguk. Baginya, penggerebekan dimulai.

"Balas dendam terbaik adalah dengan nggak menjadi seperti musuh lo, Ra," Ran mengutarakan apa yang sedari tadi ingin dia katakan.

Akira terdiam. Yang lain juga mendadak membisu.

Seulas senyum tipis tersungging di kedua belah bibirnya. "Target gue bahkan bukan musuh gue sama sekali, Ran."

Makin-makin hening suasana perundingan itu.

"Gue nggak kenal Dylan d'Angelo. Gue nganggep Elgar itu sama kayak Garil, lo, dan Luhan. Sama-sama sohibnya Alan," kata Akira, pelan.

"Terus kenapa tetep lo lanjutin rencana balas dendamnya?"

"Karena mereka udah main-main dengan nahan Agathis di ranah mereka mungkin?"

Ran menggeleng. "Ra..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be a Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang