The Dark

3K 128 5
                                    

Mendung, rintik hujan, dan sendu.

Hanya kalut dan resah yang tergantung di langit kelabu. Ombak bergulung-gulung dalam angin pantai yang santer, seperti kibasan daun kelapa yang tertampar. Petra rasa, dia seperti tergulung ombak dan masuk ke pojok goa yang dalam.

Gelap

Tanpa cahaya, pertanda, dan jalan keluar. Dia hanya sendirian dalam kekosongan dan kesepian.  Lalu lelaki ini datang, pria yang sudah dikenalnya sejak kecil, mengulurkan tangan namun menjeratnya dengan kasih sayang.

Menjerat?

Petra bahkan sudah terjerat, sejak pandangan mata mereka yang pertama.

''Wait you?''

''Genggam tanganku, dan aku akan menyelamatkanmu.''

Dia terjerat dan tanpa dapat tertolong lagi, hingga lupa kapan terakhir kali dia tertawa dan rindu dimana hari-hari dia bebas.

Deburan ombak di kaki dan runcingnya batu karang di telapak kaki seakan semu. Ketika semua kesedihan larut dan semua kehangatan lenyap, mati rasa.

Apa Petra sudah mati rasa?

Karena pria ini?

Lelaki ini memang memeluknya hangat, memberikannya cinta, dan memberikan semuanya yang Petra mau. Tapi kenapa dia tidak pernah rela? Sulit sekali jatuh pada pria ini. 

''Waktumu habis.''

Kini, dinginnya udara seakan masuk dari sela-sela lobang pakaiannya yang mahal. Di setiap jahitan seharga ribuan dollar, di sela-selanya ada kenyataan yang menyakitkan.

Air mata terakhir meluncur di sudut, mengalir melintasi pipi, turun ke dagu, dan jatuh ke pasir pantai yang juga ikut murung.

''Kenapa terlalu banyak berfikir? Kamu hanya perlu menerima semuanya.''

''Aku mencintaimu...''

''Aku sungguh mencintaimu Petra. Jadi berikan hatimu untukku.''

Perlahan lengan kekar melingkar ke pinggang. Sebuah dekapan hangat dia rasakan, pelukan yang tiap kali hadir di saat dia kesepian dan sendirian. Harum parfum yang begitu dia hafal dan perasaan yang familiar.

Gerald

''Gerald?''

Kemudian akhirnya dia sadar bahwa segala sumber kesendiriannya adalah Gerald, menjauhkan Petra dari kehangatan

''I love you Sunshine...''

Sunshine? Yang bersinar terang? 

''Kenapa harus aku,'' nafasnya frustasi.

''Karena aku menginginkanmu.''

''Kenapa aku! Aku tidak mau! Let go off me!'' Petra berontak dalam pelukan Gerald.

''Let me go! Shit, shit, shit, orang gila psikopat! Pemaksa!'' memukuli tangan pria itu yang mendekap perutnya erat.

Berusaha melepaskan dekapan mereka walaupun dia yakin pria ini tidak akan melepaskannya, melepaskan hidupnya.

''Jangan berkata kasar karena aku tidak pernah mengajarimu untuk itu.''

Rasa sesak menyeruak ke dada bergemuruh seperti gendang bertalu-talu. Sedih, kecewa, dan kalut yang meluap-meluap membuat air mata kembali kembali berhamburan. Takkan pernah ada air mata terakhir selagi Petra bersama pria ini.

''Sshh.. aku sayang padamu,'' Petra terus membisikan kata menenangkan.

''I love you, I love you.. I really cannot live without you..''

Obsesi.

Pria itu juga memaksa memakaikan cincin ke jari manis kesayangannya sementara pemuda itu terus tergugu menangis. Masa depannya cerah, masa banyak cita-cita yang ingin dia capai, tempat-tempat yang dia kunjungi, namun bersama Gerald yang posesif apa semuanya terwujud?

''Aku bukan bonekamu Gerald!'' raungnya.

Cincin sudah sepenuhnya terpasang di jari manis. Pemuda berusia 22 tahun itu menatap nanar, terdiam. Sementara Gerald tersenyum puas lalu mengecup pelan pipinya.

Petra diklaim.

''Kamu calon pengantinku,'' pria itu mengecup bibir kesayangannya semakin melingkari pinggangnya. Rasa lelah dan jengah semakin bergumul di dada, namun Petra tidak bisa meronta lagi.

''Kita akan menikah Petra..'' suaranya yang serak di telinga terdengar menyesakkan dan membawa pilu. Suara yang sudah dia kenal sejak kecil, suara yang menghiburnya di kala sepi, saat semua orang meninggalkannya. Tapi tawa itu, segala senyumnya yang lepas sudah pergi entah sejak kapan. 

Pandangan si remaja hanya tertuju pada cincin di jari manisnya. Harapan untuk bebas dari Gerald semakin jauh, Petra semakin terperosok ke dalam lembah tanpa dasar dan goa tanpa ujung.

Gelap.

''Kamu adalah apa yang kusebut lebih dari mencintai,'' ujar pria itu lagi.

Ingin sekali Petra membawa waktu ketika mereka pertama kali bertemu. Hari-hari dimana dia masih tertawa, masih tersenyum lepas dan langit begitu cerah. Andai dia bisa mengubah semuanya, dia tidak akan pernah masuk ke dalam dunia Gerald

''Please.. please.. let me go..''isakannya pilu.

Namun Gerald terus mendekapnya dengan sayang, ini kasih sayang dan cinta yang murni. ''Kita akan bersama selamanya. Meskipun kamu berubah dan aku terus menyakitimu.''

Tolong bawa dia kembali ke awal, ke hari dimana mereka bertemu.

PETRA (SCANDAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang