24. Boy Blue

824 68 38
                                    

⚠ PART INI MENGANDUNG RASA CEMAS, TIDAK NYAMAN, DAN SEX TANPA CONCERN ⚠

#Gloomy

Rasa mual yang tidak tertahankan memaksa keluar melalui kerongkongan. Sari-sari asam basa itu bergejolak di dalam perut merangkak naik bersamaan dengan sakit kepala memuakkan.

Selalu di saat sendirian. Ketika Gerald sedang keluar negeri, ketika Merrlyn dan Cakra sedang ada urusan lain, dan Papa yang jarang ada. Semua masalah menumpuk jadi satu dan rokok menjadi pelarian. Kolong ranjang yang gelap dan berbau pekat menjadi tempat bagi putung-putung rokok yang terbuang.

Petra menyesap rokok lagi, menyesapnya kuat-kuat membuat rasa manis dan sepat jadi satu di dalam lidah. Matanya menerawang keluar jendela, pada ranting-ranting pohon apel, pada langit yang senantiasa mendung, dan pada pikiran semrawut yang ribut.

''Hahaha, sialan. Mikirin Gerald lagi,'' tawanya miris sambil menekan mual dari dalam perut.

Kembali lagi seperti dua tahun yang lalu, hari dimana Gerald pertama kali menciumnya dan menyatakan perasaan. Ponsel Petra teronggok di meja belajar sejak seminggu, mati dan diabaikan. Dia tidak mau mendengar dering telpon memuakan itu, karena hanya Gerald yang akan menghubunginya.

Kenapa Gerald melakukan ini padanya? Gerald bilang karena Petra dia menjadi gay maka Petra harus bertanggungjawab. Tapi Petra salah apa? Kenapa harus dia? Kenapa bukan orang lain?

Gerald memejamkan mata menggeram,''Mulutmu ketat baby..''

Dia mendongak merasakan ketat mulut Petra, ''Fuck! you did it! suck it!''

Mata si remaja berembun dengan mulut kepayahan tersumpal sesuatu yang disebut lingga, penis, kontol, dick, dan sebagainya. Nafasnya tersengal-sengal mengharap belas kasihan. Kesusahan, karena panjang penis itu mentok ke tenggorakannya.

''Mulutmu hangat sekali..'' Gerald meremas rambut kesayangannya.

''Ummh hmhh Ughh! uhmg!'' Petra meronta.

Sampai akhirnya Gerald menyodok dengan keras dan cepat pertanda kenikmatan surgawi datang. Cairan putih menyembur deras ke dalam mulut, luber ke bibir turun ke dagu dan dada.

Segera diraupnya udara dengan rakus, mengais-ngais oksigen bersamaan dengan kenyataan tertampar membuat dengan dada bergetar. Dia telah dinodai, dirinya tidak lagi suci.

Mata Gerald menyala menikmati ekspresi Petra yang kehabisan udara. Pria itu mencolek lelehan sperma yang tersisa di ujung penis, membawanya ke pusat selatan.

Petra terbelalak. Gerald mengoles-oleskan sisa sperma itu di anusnya yang jelas masih perawan. Terasa sekali, jari panjang itu mengelus-elus kerutan lubangnya. 

''Apa kamu mencintaiku?''

Pemuda itu tidak bisa bergerak karena lemas dan pikiran berkabut. Apa mereka akan melakukannya sekarang? Jari Gerald sudah memasuki anus sempit itu maju-mundur di sana.

''Aku tanya sekali lagi, apa kamu mencintaiku?'' jari-jari Gerald sangat aktif di bawah sana. ''AKHH!'' lalu menemukan g-spot Petra.

Petra menangis menutup matanya dengan tangan, dia pasrah.

''Aku pikir, dengan mencintaimu saja sudah cukup dan aku bersabar untuk itu. Tapi setelah semua yang kita lewati dan kamu masih belum membuka hatimu, aku butuh balasan kamu tau?''  Gerald tanpa emosi.

Petra terisak-isak.

Namun lebih menjengkelkan lagi melakukan seks dengan orang yang tidak menikmatinya. Gerald melepaskan jari dari lubang Petra sambil menghela nafas kasar. 

PETRA (SCANDAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang