Mountain

223 10 0
                                    

"Sayang, bentar, aku capek," celetuk Karina dengan helaan nafas yang tersengal.

Yeji berhenti sejenak, segera memeriksa kondisi kekasihnya.

"Ayo, kita buat tenda di sini saja, kamu terlalu kecapekan," ajak Yeji.

"Jangan dong, nanti nggak bisa dapat momen foto sunset," tolak Karina.

"Yaudah, kalau capek bilang ya,"

Karina hanya menggerutu mendengar omelan sang kekasih. Rencana awal Yeji untuk mendaki sendirian berubah karena Karina ingin ikut.

Sekarang, mereka berdua berada di hutan. Yeji merasa menyesal tidak berhenti di posko. Jarak ke tempat bermalam yang sudah disewa ternyata cukup jauh, ditambah stok makanan yang disengaja dikurangi untuk mengurangi beban tas.

"Kamu bilang kita sudah dekat," komplain Karina dengan wajah cemberut.

"Menurutku, ini sudah dekat, kok," jawab Yeji santai.

"Jauh banget ini, masih bilang dekat."

"Kamu capek?"

"Kamu udah nanya itu ratusan kali btw."

"Ya, aku kasian, nanti kalau kamu pingsan gimana?"

"Kamu berdoa aku pingsan, ya?"

"Engga, sayang. Sekarang berhenti dulu."

"Siniin tas kamu, aku bawa."

"Gimana mau bawa, Bii. Tas belakang aja segede gaban gitu."

"Siniin dulu, makanya."

Karina memberikan tas nya ke Yeji. Tasnya memang berukuran sedang karena hampir kebanyakan dibawa Yeji. Menempatkan tas tersebut pada gendongan depan.

"Sudah, ayo jalan lagi," ajak Yeji.

Karina terdiam. Wajahnya memanas hingga hampir menangis.

"Loh, malah diem. Ayo, jalan, nanti nggak keburu sunset."

"Kamu beneran nggak apa-apa bawa semua?" tanya Karina.

Yeji tersenyum, melangkah mendekati Karina.

"Kalau kamu minta digendong sampai atas, aku juga bisa," ucapnya sambil mengusap pipi Karina.

"Gembel."

"Udah yuk. Bisa kok bisa sampai atas"

Yeji dan Karina kembali melanjutkan pendakian dengan Karina di depan memimpin dan Yeji berjalan di belakang menjaganya.

Air hujan mulai membasahi tanah satu per satu. Yeji melirik arlojinya. Waktu menunjukkan hampir petang.

"Sayang, berhenti sebentar deh."

"Nih, gerimis yang. Yuk, kita neduh dulu yuk. Bahaya kalau dilanjutin."

"Jam berapa sekarang, Bii?"

"Udah hampir petang. Kayaknya nggak bakal ada sunset."

"Yaudah."

Mereka berdua mulai mendirikan tenda. Yeji menambahkan alas cukup tebal untuk menghindari air masuk.

Cuaca malam terasa sangat dingin, dan hujan di luar tenda semakin deras.

Karina memanaskan air di dalam tenda menggunakan kompor portabel, membuat minuman untuk menghangatkan tubuh mereka.

Pukul 10 malam, hujan di luar perlahan mereda.

Sebelum sempat membuka resleting tenda, Karina terkejut oleh bayangan yang melintas di depannya.

Oneshoot (Yeji Karina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang