Ini adalah hari ketiga sejak mereka berlayar dari benua utama. Setelah melewati kawasan badai dan kawasan monster Kraken, kapal yang ditumpangi oleh Abend dan orang-orang yang dibuang ke pulau buangan tiba di bibir pantai.
Meskipun disebut bibir pantai, itu tidak bisa dikatakan bibir pantai. Ada begitu banyak rongsokan besi tak terpakai yang dibiarkan berserakan.
Ada pula beberapa limbah hasil kekaisaran seperti tembaga, perak, dan besi yang sudah setengah jadi berbentuk batangan gagal, yang dibuang sembarangan bagaikan sampah.
Barang-barang dari era master pedang juga bisa ditemukan di tempat ini. Begitu banyak besi yang berserakan menjadi bukti, dari nama pulau ini secara harfiah.
Saat kapal mulai merapat, terlihat dua orang wanita dengan rambut tidak terawat, dan pakaian usang menatap ke arah penghuni kapal dengan cemberut.
Orang-orang di atas geladak mulai turun dari kapal dengan tangga kecil. Mereka sedikit melompat ke dermaga kecil karna tangganya tidak cukup.
Abend membawa anak kecil berambut merah itu di punggungnya dan melompat kebawah. Kakinya yang tanpa alas kaki tergores kepingan besi di dermaga. Dia kemudian membantu Reanna turun. Wanita itu sedikit bertumpu padanya saat menginjak tanah.
" Hanya ini? Dimana yang lain? Aku ingat ada pria tua pemabuk dan seorang berandal." Tanya Abend.
Orang-orang menggeleng tak tahu dan beberapa orang terlihat memiliki wajah yang mengeras.
" Dia sudah mati. Mereka memilih bunuh diri dengan melompat ke dalam laut." Itu adalah sang pendeta tua.
Abend menatap ke arah pendeta tua dan mengangguk pelan. Tidak heran, ditengah suasana putus asa seperti itu, tentu saja banyak yang akan menyerah dan memilih mati terlebih dahulu. Bahkan, Abend asli juga memilih menenggak racun di dalam kabin.
Abend perlahan berjalan mendekati kedua wanita yang menatapnya tajam. Satunya, memiliki rambut perak kebiruan dengan manik mata violet. Dia sangat cantik meskipun terlihat kusam dan kusut.
Sementara perempuan di sampingnya, dia terlihat lebih muda dengan rambut blonde dan mata hijau cerah.
" Apakah semua sudah turun? Saya membawa pesan dari madam! Kalian semua yang baru saja tiba, diharapkan untuk Segera menuju balai desa! Erica akan memandu kalian." Kata wanita berambut blonde tersebut.
Dia kemudian menunjuk ke arah rekannya dan segera berbalik pergi meninggalkan dermaga.
" Ayo ikuti aku!" Kata wanita putih, yang dipanggil Erica.
Beberapa orang segera bergegas mengikuti Erica. Terlihat wajah-wajah letih tanpa harapan yang berjalan terseok-seok mengikuti di belakangnya. Sementara Abend, dia berada di barisan paling belakang dan menatap dua orang yang hendak pergi kembali ke kapal.
Dengan cekatan, dia berlari dan menarik ujung kerah kedua orang itu. Tak mempedulikan telapak kakinya yang terluka akibat besi tajam yang berserakan di tanah.
" Mau kemana kalian pergi? Bukankah urusan kalian belum selesai?" Tanya Abend.
" Apa yang kau lakukan?! Lepaskan kami! Urusanku hanya mengantarmu selamat sampai tujuan!" Teriak Green.
" Apakah begitu? Sepertinya adikmu tidak berkata demikian." Ulang Abend. Dia tersenyum miring seperti predator dan menatap Green nyalang.
Green merinding. Dia berusaha menormalkan ekspresi wajahnya dan terlihat memelototi adiknya.
Si adik yang merasa dilihat dengan begitu 'sayang' oleh sang kakak, ikut tersenyum.
" Aku memberitahu pangeran ketiga, bahwa pangeran pertama, kakak beliau menyuruh kakak dan aku mengawasi pangeran ketiga selama di pulau buangan dari mulai perjalanan hingga pangeran mati." Jawab Greentea santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exiled Prince Will Build A City!
FantasyPangeran ketiga kekaisaran Sonnenlicht, Abend Von Sonnenlicht, adalah pangeran buangan yang tidak memiliki kekuatan apapun. Dia dibuang karna menodai nama Sonnenlicht dengan tingkah sampahnya, dan dirinya yang mendapatkan fakta bahwa di usia ke 17...