" Semua orang, harap berhati-hati! " Kapten kapal berteriak dari dalam kabin utama.
Semua orang di atas geladak menangkup tangan mereka dan saling menguatkan satu sama lain. Kapal berlayar di atas air laut dengan ombak besar. Angin berhembus kencang, hampir mengalihkan arah kapal. Petir menyambar dengan frekuensi yang kerap terdengar.
Abend menatap pada anak laki-laki yang mencengkeram ujung kemejanya. Dia terlihat ketakutan dan tubuhnya bergetar. Di samping Abend, wanita yang merupakan Ibu dari anak itu terus menangkup kedua tangannya dan tak henti berdoa.
Pulau buangan, tempat mereka akan pergi adalah tempat yang bebas badai. Tetapi, perjalanan menuju pulau itu penuh dengan badai dengan frekuensi tinggi dan gelombang yang besar. Ada pula legenda tentang Kraken, sang gurita raksasa yang bersembunyi di bawah lautan badai.
Sudah dua hari pelayaran, mereka sudah sampai di tengah laut, dan sudah sangat jauh dari benua utama. Hanya tinggal sehari ini, kalau mereka bisa berlayar wilayah karang merah, maka mereka sudah dipastikan bebas dari lautan dengan frekuensi badai yang tinggi.
" Oou...wahai sang Dewi, berkatilah kami dan selamatkan lah kami dari murka mu, Dewi Laut!"
Terlihat seorang pria tua dengan pakaian pendeta yang terlihat tua dan usang. Dia tak henti-hentinya merapalkan doa.
" Harap tenang, Kapten menginstruksikan untuk diam sesaat. Kita akan memasuki daerah berbahaya tempat legenda kapal tenggelam. Harap waspada dan sembunyikan diri kalian!" Teriak salah satu kru kapal. Dia terlihat melapisi dirinya dengan tong kayu.
Sesaat setelah pengumuman, orang-orang mulai berlarian menuju tempat persembunyian. Entah itu di dalam kabin, lambung kapal, tong kosong, maupun kotak kayu kosong, apapun. Asalkan mereka dapat bersembunyi dari monster gurita raksasa yang mengincar aroma manusia.
Tak terkecuali Abend, Reanna, dan anak laki-lakinya. Keberuntungan karna Abend memiliki kabin pribadi, dia segera menarik Reanna dan anak laki-laki itu masuk. Sesaat, suara seperti desisan angin terdengar dan bau busuk memenuhi kapal.
Ini adalah cairan penyamaran yang tidak disukai oleh Kraken. Maka dari itu, ini cukup aman untuk digunakan.
Tetapi, ini bahkan lebih busuk dari apa yang dijelaskan di novel. Aroma menyengat itu hampir membuat Abend mengeluarkan suara untuk muntah!
Ia segera menutup mulutnya dan memilih menatap ke arah Reanna. Yang meringkuk diam bagaikan bola. Wanita paruh baya yang masih memiliki aura kecantikan dalam tubuhnya, dia adalah Ibu dari Antagonist utama yang tidak disebutkan dalam cerita. Alias, NPC.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir lagi, Abend juga seorang NPC. Yah, dia bahkan tak ingin mencampuri urusan tokoh utama maupun alur, tapi gila saja! Dia masih ingin hidup meski dia menyukai kedamaian dan kebebasan.
Meski tidak diceritakan secara detail, Benua Crystal bermusuhan dengan benua besar di seberang sana. Yang besarnya terbentang dari ujung Utara hingga selatan. Bernama benua Bronz.
Sihir, ksatria pedang, kekuatan suci, alkemis, dan teknologi sangat maju di benua itu.
Ada sedikit baris pada paragraf ketiga, bab 271, volume terakhir.
"...hanya tinggal menunggu waktu, sampai benua ini diluluh lantakkan oleh Bronz.."
Itu adalah kutipan dari pelaut pengembara bermata hijau yang dijumpai sang tokoh utama di dermaga. Itu hanya kutipan obrolan kecil dimana pada saat itu, female lead dan pasangannya, female lead kedua hendak pergi ke pulau buangan dan membebaskan orang-orang yang terbuang disana dan menampungnya di wilayah Duchy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exiled Prince Will Build A City!
FantasyPangeran ketiga kekaisaran Sonnenlicht, Abend Von Sonnenlicht, adalah pangeran buangan yang tidak memiliki kekuatan apapun. Dia dibuang karna menodai nama Sonnenlicht dengan tingkah sampahnya, dan dirinya yang mendapatkan fakta bahwa di usia ke 17...