BAB 23

22 5 0
                                    


🗣️: Ughh, Jadi laper nih....

Tuan Nick turun dari Mobil dengan menggendong diriku.

Terlihat Vanya yang sudah bugar dan sehat menghampiri aku dengan sangat antusias memanggil diriku dengan sebutan Mama, aku sudah lama tidak mendengarnya.

Namun Bu Sevani langsung mengejarnya dan menggendong Vanya lalu mengikuti diriku yang digendong Tuan Nick menuju ke Kamarku.

Tuan Nick membaringkan diriku di Sofa Kamar dengan perlahan penuh hati-hati, kutatap dan kupandangi wajahnya, dia memandangku balik namun aku segera memalingkan wajah ini dari pandangan Tuan Nick, yang tatapan matanya begitu menghipnotis siapapun orang yang melihat.

"Mama...aku rindu sama Mama, apa Mama sakit ?" Ucap Vanya yang menghampiriku, tapi Tuan Nick langsung menggendongnya.

"Ya, Vanya...Vanya mainya sama Nenek dulu ya, apa mau sama Bi Tri," Ucapku, aku tersenyum lesu kepada Vanya.

"Nggak mau, Vanya maunya sama Mama, semoga Mama cepat sembuh yaa," Ucap Vanya yang begitu menggemaskan.

Bi Tri datang ke kamarku sembari membawakan makanan dan minuman juga yang ditaruh diatas Meja, diikuti dengan Bu Sevani yang ikut masuk ke kamarku dibelakang Bi Tri.

"Cepet sembuh toh ya Nduk, kasihan kamu toh, pasti badannya pegal-pegal ya toh," Ucap Bi Tri, tangannya memijat pundaku, rasanya enak sekali ketika badanku dipijat oleh Bi Tri.

"Ratih, Terimakasih ya sudah menjaga Vanya, sampai-sampai kamu harus jatuh ke Sungai seperti ini," Ucap Bu Sevani.

"Cepet sembuh ya Ratih, " Ucap Bu Sevani padaku.

"Ya Bu," Jawabku singkat, walaupun badan ini terasa begitu lemah, tetap kuusahakan tersenyum.

"Ayo Vanya, Vanya makan dulu yuk," Ajak Bu Sevani kepada Vanya yang masih berada disampingku.

"Ya, Nek," Vanya langsung menurut perkataan Bi Sevani dengan mengikuti keluar, aku mengedipkan mataku ke Vanya supaya dia tersenyum lagi tidak cemberut.

Semua orang telah meninggalkan kamarku ini. Hanya aku dan Bi Tri saja yang ada didalam kamar ini, Bi Tri sepertinya sangat khawatir kepadaku, bahkan sekarang ini Bi Tri sedang memijat badanku ini.

"Udah toh, apa mau Bibi pijet lagi ?" Ucap Bi Tri menawarkan padaku.

"Ah, Bibi ini...nggak perlu lah Bi, makasih sudah mau mijetin Ratih. Ratih cuma mau tidur saja capek..." Ucapku dengan nada suara yang serak.

"Ya, Bibi tahu ko...tapi mana mungkin kamu tidur dengan baju kotor kaya gini, Bibi gantiin baju ya Nduk..." Ucap Bi Tri.

"Eh...Nggak Bi, aku malu Bi..." Ucapku, tersenyum malu pada Bi Tri.

"Halah, Ndak usah malu toh... sama-sama perempuan, orang Bibi juga punya, emang kamu aja yang punya," Ucap Bi Tri, aku tertawa mendengar ucapan Bi Tri yang terlalu jujur.

"Nggak, nggak Bi...biar aku aja yang ganti baju, beneran deh Bi..." Ucapku.

"Ya sudah kalau begitu. Nah Bibi kan sudah buatkan kamu makanan enak, spesial buat kamu...jangan lupa dimakan yaa," Ucap Bi Tri, seketika pandanganku langsung beralih melihat makanan yang ada di Meja, rasanya sudah seperti kenyang saja, karena sekarang yang aku inginkan hanyalah tidur saja.

"Ya, Bi...Nanti aku makan,"

"Ehem, gimana tadi rasanya digendong sama Tuan Muda, berbunga-bunga pastinya toh," Ucap Bi Tri melihatku seperti mengintrogasi.

"Apa si Bi, biasa aja nggak ada bunga-bungaan," Jawabku.

"Ya sudah, Bibi mau Masak dulu, kamu jangan lupa makanannya dimakan, awas kalau ndak dimakan, Bibi bakalan ngambek sama kamu Nduk..." Ucap Bi Tri menyenggol lenganku.

SRI RATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang