BAB 2 Kenapa Dia Mengikutiku?

0 1 0
                                    

Selamat membaca!

Alesha berdecak kesal melihat kelakukan seseorang di depannya. Bukan, bukan seseoranh, karena dia tidak bisa dikatakan sebagai orang.

"Heh, ternyata kamu kaya juga ya. Baru tau aku, nggak salah aku meninggalkan sekolah demi mengikutimu."

Sialan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Alesha setelah mendengar ucapan hantu itu.

"Ya, ku kira bakal bisa komunikasi sama kamu. Aku berharap lho, kamu bisa bantu aku. Hidupku hampa tau di sekolah itu."

Kalau hidupmu hampa itu bukan urusanku, setan. Kenapa kamu ngrecokin hidupku.

Kalimat itu hanya terucap dalam hati Alesha. Sudah hampir tiga jam, ia berpura-pura tidak bisa melihat hantu itu, karena Alesha takut hidupnya akan berantakan kalau hantu itu tau ia bisa melihat dan mendengarnya.

3 jam yang lalu

Setelah makan malam bersama keluarganya, Alesha kembali ke kamarnya. Ia berencana menonton film horor, karena tidak ada tugas sekolah, walaupun ada tugas, Alesha juga tidak akan peduli dan tetap akan menonton film horor.

"Wih, ternyata film horor sekarang seperti ini. Serem juga ya, emangnya kamu nggak taku?"

Mendengar suara itu, membuat Alesha menoleh dari layar televisinya. Mata Alesha melotot karena terkejut, bagaimana tidak? Ada sesuatu yang pucat dengan memakai seragam SMA tengah menatap ke arahnya.

"Jangan sampai hantu ini tau kalau aku bisa melihatnya. Terus bagaimana caranya?" Alesha tampak berpikir sejenak.

Tanpa pikir panjang, Alesha berdiri dan melewati hantu tersebut, untungnya tubuh hantu itu bisa dilewatinya. Dan keuntungan kedua adalah jendela kamarnya terbuka, jadi ia menutupnya untuk mengelabuhi hantu tersebut.

"Yeee, kirain kamu bisa lihat dan dengar aku ngomong. Udah seneng aja nih, dasar pemberi harapan palsu."

***
"Kamu itu ngelamun apa nonton sih? Hello, Alesha. Kenalkan, nama aku Febriana Deswita." Febriana kembali berbicara dengan gaya centilnya.

Alesha kembali tidak menghiraukan, kalimat yang dilontarkan oleh Febriana.

"Alesha, kamu tahu tidak? Ternyata si ketua osis kamu itu lho, nama siapa ya? Oo.. Iya Anton, dia itu bukan orang baik. Kemarin di ciuman di halaman belakang sekolah, hot banget pokoknya. Apalagi siswinya itu masih kelas satu. Duhh, kasihan banget deh, polos-polis bodoh kayaknya."

Ternyata hantu juga suka bergosip. Ternyata wanita dimana aja pasti suka bergosip. Mau gimana lagi? Gosip kan makin di gosok makin sip.

Febriana kembali berbicara tentang kejadia sekolah yang bahkan orang lain tidak mengetahuinya. Tentang perselingkuhan kepala sekolah dengan salah satu guru, tengang pelaku pencurian uang sekolah yang sempat hilang, dan secara tiba-tiba di temukan kembali. Hal itu membuat Alesha mengeluh dalam hati. Ia merasa memiliki sumber informasi yang lebih terpercaya dibandingkan dengan Safira. Nasib, nasib punya teman tukang gosip. Tunggu sebentar, Alesha mulai berpikir ada yang salah. Hantu ini kan bukan temannya, berarti ia orang lain dong, tapi ini kan hantu, setan bukan orang. Pusing ah, mending tidur saja.

***

Dasar, tidak punya etika. Ada orang tua kok malah duduk di meja.

Kalimat itu terucap dalam hati oleh Alesha ketika mendapati Febriana duduk bersila di atas meja makan. Mood pagi harinya hancur seketika, melihat Febriana tersenyum seolah menatapnya. Ingin sekali ia mengumpat, tapi Alesha masih ingin berpura-pura tidak melihat hantu itu.

"Sayang, sudah rapi ya? Duh, putri mama makin hari makin cantik saja. Sini makan, ini ada nasi goreng dan ayam kesukaanmu." Ucap mama Alesha, sambil memeluk dan mencium pipi putrinya.

"Cantik dari mana si, tante. Orang biasa aja juga. Beuh, cantikan juga aku."

Walaupun Febriana mengucapkan dengan kata pelan tapi masih bisa di dengar oleh Alesha.

Dasar setan menjengkelkan, sok kecakepan! Buat jengkel saja pagi-pagi

***

"Mantap nih, Sha. Aku ada kemajuan ternyata, aku enggak remidi. Ternyata makan permen bisa membuat otakku tambah pintar, rasa manis membuat hidupku makin manis.. Eyaa." Ucap Safira sambil memamerkan hasil ulangan pelajaran Sosiologinya.

Alesha hanya memejamkan mata sambil meratapi nilainya, makin merana ketika melihat Safira yang tersenyum senang memamerkan hasil ulangannya.

"Kalea tuh pinternya kebangetan ya. Masa nilai kok banyak yang sempurna. Gila aja, mungkin hidupnya sempurna juga."

"Tapi auranya seram gitu, suram euy."

Eits.. Bukan Alesha yang menimpali, ini suara aneh yang Alesha dengar dari tadi malam, dan tadi pagi juga masih mendengarnya. Setan gosip.

"Nggak tau juga. Mungkin hidupnya juga nggak sempurna, atau dia belajar untuk mengalihkan perhatian atau melupakan masalahnya." Alesha akhirnya menimpali ucapan Shafira.

"Gimana kalau kita belajar bareng dia. Mungkin kita bisa ikut pintar, Sha. Gimana?"

Alesha melotot mendengar ucapan Shafira. Seolah mengatakan Are you kidding me?.

"Sha, seriuslah? Kamu itu ngo.. mong.. ngomong pakai mulut, nggak usah sok-sokan pakai melotot dan bahasa isyarat mata gitu."

"Aku gitu aja kamu mengerti."

"Eh, Sha. Kamu tau enggak? Ternyata si ketua osis, Anton. Ketahuan ciuman sama adek kelas. Gila aja tuh orang alim, pendiam, ternyata menghanyutkan hati dedek emes ya."

"Udah tau."

Jawaban itu membuat Shafira menyipitkan matanya. Curiga, karena selama ini, Safira adalah informannya Alesha satu-satunya. Dan mengejutkan lagi karena Alesha bisa tahu berita ini. Tahu darimana dia itu?

"Aku udah tau kalau bakal gitu. Si Anton kan kelihatan manipulatif gitu kok." Alesha kembali meralat kata-katanya karena tidak mau sampai Shafira curiga lalu bertanya-tanya dapat info dari mana. Ya kali, dia jawab kalau infonya dari setan. Bisa-bisa ia dianggap gila.

Pandangan Alesha kembali tertuju pada Febriana, yang bergabung ke sekumpulan siswi yang sedang bergosip atau mendiskusikan sesuatu. Terlihat Febriana juga ikut menimpali, seakan mereka mendengar ucapannya. Ketika pandangan mereka bertemu, Febriana melambaikan tangannya seolah menyapa Alesha. Makin gila aja itu hantu

"Aku ada gosip terbaru dan hot. Mau dengar enggak?"

"Astaghfirullah. Kamu ngagetin aja sih." Alesha mencoba menenangkan degup jantungnya dengan memejamkan mata. Sedetik kemudian, ia baru sadar sesuatu. Dan benar saja.

"Aku tau kalau kamu bisa lihat aku. Halo, Alesha." Dengan senyum bahagia, kemudian beralih menjadi tawa.

Kampret

***
Demak, 31 juli 2023

Misi Untuk AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang