Pagi ini mendung dan berisik karna hujan yang tidak juga reda. Mama kim sibuk membuat sarapan untuk dia dan anak mungil-nya.
"Jennie! Kelas pagi!" Mama kim memanggil dari bawah tangga
Anaknya langsung muncul dengan senyum manis. Mama kim tidak mengira akan melihat itu setelah kejadian semalam.
"Pagi mama, cup" ciuman mendarat di pipi mama kim
Mereka berdua duduk menikmati sarapan dengan jennie yang membaca bukunya dan mama kim membaca beberapa berkas pekerjaan. Sang mama melihat anaknya dan berniat membuka obrolan.
"Jennie"
"Hmm" matan masih fokus pada bukunya
"Tidak jadi" mama kim ragu, bertahun-tahun mereka tidak lagi membahas ini.
Jennie mengalihkan perhatiannya, "Bicara saja mama"
"Semalam, itu r-rosé"
Jennie terlihat diam sebentar lalu kembali memasukan sesuap makanan ke dalam mulutnya, "iya ma, itu rosé"
"Kamu tidak ingin kesana melihatnya?"
"Cepat atau lambat kami akan bertemu juga"
Jennie melanjutkan makannya, tapi sekarang dia tidak lagi membaca buku tebal miliknya. Hanya memandang mamanya dan sesekali ke arah lain.
"Tapi kamu menunggunya selama ini jen"
"Aku tidak menunggunya ma, aku hanya melanjutkan kebiasaan-ku seperti saat dia masih berdiri di belakang jendela itu"
"Kamu tidak merindukannya?"
Jennie meminum susu nya sampai habis, "Tentu aku merindukannya, tapi aku tidak berfikir dia akan kembali, jadi aku bingung"
Dia merapikan barang-barangnya dan bersiap pergi, saat mengambil kunci mobilnya jennie kembali diam dan sang mama hanya memperhatikan.
"Aku bingung ma, aku masih menginginkannya atau tidak lagi"
Blam
Jennie berlari ke garasi yang berada di samping rumah, berhadapan langsung dengan jendela dapur tetangganya. Siapa? Tentu saja keluarga park. Disana jennie bisa melihat lalu lalang dari keluarga itu yang sepertinya baru saja selesai sarapan seperti dirinya dan sang mama.
Jennie masuk ke dalam mobil dan akan pergi sampai sebuah suara membuatnya kembali keluar.
"Jen! Jennie!"
"Tidak perlu berteriak unni, aku bisa dengar"
Dari jendela dapur yang di buka alice berdiri di sana dan menyengir.
"Bisakah aku ikut denganmu?"
"Mobilmu kemana unni?"
"Sedang di bengkel jen, daddy juga tidak bisa mengantar"
"Baiklah, aku akan berhenti di depan rumah dan menjemputmu dengan payung unni"
"Thankyou jenjen! Love you"
Jennie tertawa walapun dia mendengar suara lain yang sepertinya menggurutu dari dalam sana.
Di depan rumah jennie mengetuk pintu dan alice langsung membukanya.
"Ayo" alice tersenyum, mereka menuju mobil sambil bercanda.
Alice masuk ke dalam mobil dan jennie berniat menyusul, "Hei mau kemana?"
"Tentu saja masuk unni, siapa yang akan menyetir jika aku tidak masuk"
"Ugh tentu saja kamu yang menyetir, tapi rosé masih di dalam jen"
"Huh?" Jennie tertegun mendengar nama itu
"Jemput dia jen, dia harus ke sekolah"
Alice mendorong jennie. Si kim itu terlihat bingung dengan kondisi yang tidak terduga macam ini. Sampai di depan pintu, sosok dengan seragam sekolah keluar sambil menunduk, jennie bisa melihat cantiknya adik dari alice ini.
Mereka sama-sama sibuk dengan isi kepala masing-masing. Tapi salah satu dari mereka akhirnya bersuara.
"Maaf merepotkan"
"O-oo, tidak masalah"
'Jennie, melihatmu lagi membuatku linglung, perasaanku masih sama ternyata'
Di dalam mobil mereka tidak banyak mengobrol, hanya alice yang sesekali bertanya pada jennie. Tapi tanpa alice sadari, mata jennie beberapa kali mengintip ke arah spion depan mobil, melihat sosok manis di belakang yang ternyata sedang melihatnya juga.
Mereka sampai di tujuan, alice turun dengan di bantu satpam sekolah.
"Jen, aku titip rosé ya, aku ada rapat, bye"
Jennie mengangguk, dia keluar terlebih dulu dengan payung tentu saja. Rosé keluar dan langsung di hadapkan dengan sosok jennie berdiri sambil memegang payung, melihat gerak geriknya karna takut ada setetes air hujan mengenainya.
'Tidak ada yang berubah dengan sikap protective-nya'
Mereka dalam diam, saat sudah di pintu depan sekolah rosé berbalik dan melihat jennie, dia bingung.
"Ada apa? Perlu aku antar sampe kelas?"
Rosé menggeleng, entah mengapa dia ingin menangis.
"J-jennie" suaranya lirih
"Hmm" 'Sangat lembut, shit'
"Terima kasih"
"Yeah, anytime"
Rosé masih di sana, belum beranjak walaupun bel sudah mengharuskannya masuk.
Rosé menatap wajah jennie, berusaha agar tidak menangis, melihat wajah yang selama ini sangat dia rindukan. Dia menatap wajah itu lama, semua wajah tersenyum jennie terlintas di kepalanya. Ini lebih berat dari yang dia kira.
"J-jen" Tangan kanannya terulur tanpa sadar, menyentuh pipi dingin itu
Tes
Air mata rosé jatuh juga,
Jennie diam saja, tapi jantungnya hampir meledak di dalam sana.
"Masuklah, kamu akan terlambat di hari pertama"
Itu menyadarkan rosé, dia menarik tangannya dari jennie dan menghapus air matanya. Dia pergi sambil berlari, jennie hanya memandanginya dari jauh.
"Rosie, perasaanku masih sama"
Tbc
Hi roses, miss you guys so much💐
lblack