07 ㅤPLAN.

3.1K 421 53
                                    

"Makasih ya kak udah anterin gue." ucap Jeo sopan.

Haru mengangguk singkat, "coba hafalin jalan." ujarnya kemudian.

Jeo mengangguk dengan wajah malu. Memang daya ingatnya agak buruk kalau masalah mengingat arah. Tapi tentu saja ia akan berusaha.

Setelah mengantarkan Jeo ke kelasnya, Haru langsung pergi dari sana dengan raut wajahnya yang terlihat lebih kesal dari biasanya. Meninggalkan Jeo yang menatap punggung cowok itu yang perlahan menjauh.

"Aneh." gumam Jeo seraya berbalik dan memasuki kelasnya.

Tentu saja yang ia maksud aneh adalah Haru. Selama di kantin sebelumnya, cowok itu sama sekali tidak melepaskan telapak tangan Jeo dari genggaman nya.

Lalu saat Jeo mulai merasa terganggu dengan orang-orang yang menatap mereka begitu intens, ia pun melepas paksa tautan tangannya dan Haru.

Dan yang terjadi setelahnya, Haru terlihat kesal. Entah Jeo yang salah lihat atau gimana, tapi aura cowok itu rasanya tiba-tiba gak bersahabat.

Jeo yang sebelumnya sudah mulai rileks berada di dekat Haru pun kembali merasa gugup. Bahkan lebih dari sebelumnya.

Tapi untungnya Haru masih mau mengantarnya sampai ke kelas. Makanya saat Haru pergi Jeo seperti kembali bernafas setelah sebelumnya tercekat.

Jeo duduk di kursinya seraya meletakkan kepalanya di atas meja. Menatap keluar jendela dengan tak berminat.

Rasanya energinya sudah terkuras banyak hanya karena berinteraksi dengan Haru.

Entah mengapa bagi Jeo rasanya lebih sulit berurusan dengan Haru daripada para tokoh utama seperti Sean dan Rafael.

Tapi tetap saja, prioritas utama orang yang harus ia hindari adalah dua sejoli itu. Selain karena mereka berdualah yang menyebabkan kematian Jeovan, kedua orang itu juga terus membuat Jeo naik pitam entah kenapa.

Jeo menghela nafasnya. Bahkan belum sehari berlalu semenjak ia masuk sekolah di tempat asing ini, namun rasanya sudah benar-benar melelahkan.

"Pengen pulang..." gumam Jeo lesu, menatap kosong langit biru yang terbentang luas di balik jendela sebelum menutup matanya.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Juan menatap Haru dengan wajah bingung. Kepalanya menoleh ke kanan-kiri, mencari-cari sosok Jeo namun tak terlihat.

"Jeo dimana kak?" tanya Juan bingung.

"Di kelasnya." sahut Haru lalu duduk bergabung dengan teman-temannya.

"Kenapa lo tinggalin?" kali ini Samuel yang bertanya.

"Anaknya keliatan capek." jawab Haru santai, membuat Juan dan Samuel mengangguk paham.

"Anyway Har, lo ngapa jadi aneh sejak ketemu Jeo?" tanya Samuel to the point, mengeluarkan kebingungan yang sejak tadi ia simpan.

Haru menoleh, sedikit mengangkat sebelah alisnya. "Aneh gimana?" tanya nya.

"Ya..." Samuel berpikir sejenak, menyusun kata-kata agar Haru dapat memahami maksudnya. "Gelagat lo aneh lah pokoknya." ujarnya.

"Lo yang biasanya gak mau boncengin orang, dengan suka rela boncengin Jeo." tutur Samuel.

Juan mengangguk ribut, "bener tuh, biasa gue mau nebeng aja ga mau." tukas Juan.

"Sikap lo ke dia juga aneh banget, kayak orang naksir aja. Kalian udah kenal sebelumnya?" tanya Samuel penasaran.

Melihat kedua temannya yang begitu antusias, Haru menghela nafas singkat lalu mengedikkan bahunya acuh.

"Ga, gue sama sekali ga tau dia siapa sebelumnya." sahut Haru acuh. "It's just like, I was attracted to him since the first time I saw him." lanjutnya.

KISMET 《HJW🦋🐺》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang