Rhea berjalan lunglai di kamarnya. Kaki semakin lemah, hingga ia sengaja menjatuhkan dirinya di atas kasur miliknya. Tanpa harus membersihkan diri sepulang dari sekolah. Ia merasa kelelahan seharian ini. Kejadian-kejadian yang ia alami, belum Rhea pahami sama sekali.
Rhea mencoba menutup kedua matanya. Namun entah mengapa perkataan Prince terngiang-ngiang di pikirannya.
"Rhe, ini kehidupan lo. Gue jamin lo akan terus bahagia disini."
Tanpa sadar air bening itu jatuh kembali. Rhea tidak ingin memahami apapun sekarang. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya di dalam kamar tanpa ada pencahayaan lampu ini. Dirumah yang sesepi ini. Ya...
Sendiri...
Memang itu yang seharusnya terjadi. Tidak ada yang menemani.
Rhea mulai terlarut dalam kantuknya. Tapi di saat ia mulai tertidur, suara ponselnya berbunyi.
Rhea tersadar dan membuka ponselnya untuk melihat siapa yang tengah menghubunginya.
Tapi ketika Rhea membuka ponselnya, tidak ada sama sekali nama panggilan yang tertera di sana. Rhea mengerutkan dahinya.
"Tadi, kayaknya ada yang nelpon gue deh." Rhea memastikan panggilan yang masuk di ponselnya.
Tapi setelah ia periksa kembali, tidak ada panggilan baru di ponselnya. Rhea yang tidak ingin menambah pikiran, akhirnya ia menepis semua pertanyaan di pikirannya.
"Tenang, Rhe. Lo lagi kecapeaan sekarang."
Rhea mulai memejamkan matanya kembali. Hingga tidak sadar waktu jam 8 malam tiba. Sudah tiga jam Rhea tertidur.
Rhea tersadar dari tidurnya. Suasana kamar nya begitu gelap, hanya sedikit penerangan. Itu pun dari cahaya bulan yang masuk ke jendela kamar milik Rhea.
Rhea bergegas bangun untuk menghidupkan lampu kamarnya. Kemudian mulai membersihkan dirinya.
⚘⚘⚘
Selesai Rhea membersihkan dirinya, Rhea berniat pergi ke dapur untuk memasak sesuatu buat dirinya.
Sebenarnya Rhea bisa saja menyewa seorang pelayan untuk melakukan itu atau membeli makanan di luar, tetapi Rhea saja yang tidak ingin melakukan itu.
Dirumahnya yang sebesar ini, ia sudah mulai terbiasa melakukannya sendiri.
Rhea, mulai melangkahkan kaki menuju dapur. Tetapi disaat ia menuruni anak tangga, tiba-tiba saja suara bel rumahnya berbunyi.
"Siapa malam-malam datang kerumah gue?"
Rhea hanya mematung, entah mengapa ia enggan untuk membuka pagar. Rhea juga tidak berani memastikan siapa orang itu.
Bel terus saja berbunyi, hingga suara telepon rumah Rhea juga berbunyi. Rhea tentu merasa takut, ia berusaha untuk tidak memperdulikan hal itu. Tapi ia juga merasa terganggu dengan suara bel rumah serta suara deringan telpon.
Dengan hati yang was-was Rhea akhirnya mengangkat telpon rumah miliknya yang berada tau jauh dari anak tangga.
Rhea mengangkat namun tidak ingin berbicara terlebih dahulu.
"Halo! Rhe, kita di depan ni!"
Mendengar suara yang tidak asing, Rhea menghembus nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLOJI AMOR
Romance"Di dunia ini gue ga seberuntung orang lain" keluh Rhea "Kalau begitu biar kakak yang antarin kamu ke dunia dimana kamu merasa beruntung." "Itu juga menjadi tanggung jawab seorang kakak kan?" sambung Ken