꒰ 03 ꒱ ♡ ༘°

2.2K 127 5
                                    

˚₊· ͟͟͞͞➳ ❛fiancé❜ ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˚₊· ͟͟͞͞➳ ❛fiancé❜ ♡.°୭̥

"gimana maksudnya? saya udah cek tiga kali pake testpack, hasilnya positif semua?" sera reflek bangun dari posisi berbaringnya. tidak tahu kenapa ia malah jadi sedikit kesal.

"lo dokter gadungan?"

"sae!" sera melotot kala cibiran sae mulai keluar.

"b-bukan.. setelah saya periksa dan ambil kesimpulan dari jawaban nyonya sera, sepertinya nyonya sera.. c-cuma masuk angin karena terlalu banyak ada di ruangan ber-AC," si dokter menggeleng, mempertahankan harga dirinya, "d-d-dan testpack itu bisa salah. jadi nggak ada jaminan 100% kebenarannya kalau dicek lewat testpack."

sera dan sae menatap tajam dokter tersebut. sampai nyalinya menciut, ciut sejadi-jadinya. mental baja yang sudah dilatihnya sebelum disumpah menjadi dokter seolah tak ada gunanya.

si dokter ketakutan karena ditatap sedemikian dingin, membereskan peralatannya dengan tergesa-gesa lalu pamit undur diri demi kelangsungan mentalnya.

"mau cek ke rumah sakit langsung?"

sera menggeram pelan, menjatuhkan kembali dirinya ke atas kasur. "gak."

"dia belum lama jadi dokter. bisa jadi salah, 'kan?"

"lo bisa diem aja, nggak? ngapain ngotot begitu? bukannya lo seneng? jadi nggak perlu nikahin gue," sera berbalik, menatap jengkel ke arah sae.

laki-laki itu kemudian bergerak setengah menindih tubuh sera, "kata siapa? ayo nikah aja gue mah. biar aman, kan?" kepalanya turun, menyingkap pakaian sera, menciumi perut si gadis. tempat tangan dokter tadi bersemayam saat pemeriksaan.

sera mendecak, lantas menendang perut sae dengan dengkulnya. "ada shota, sialan."

sae terkekeh, lalu beranjak dari posisinya sebelum shota keluar kamar mandi dan melihat pemandangan tak senonoh ini.

"nikah ya? lo udah liat cincin yang di dalem kotak, 'kan? abis ini pake, trus kita tunangan. lo mau tema nikah yang kayak mana?" sae bergerak duduk di atas lantai.

sera mendecih kecil, "gak ada."

"mau yang biasa-biasa aja? oke. sehari bisa selesai kalo gitu," sae mearih ponselnya yang ada di dalam saku celana. mengetikkan pesan untuk ibunya.

isinya seperti: bun, abang mau nikah ya?

beberapa menit kemudian, langsung mendapat panggilan masuk dari ibunya.

[✔] [4] fiancé ; itoshi saeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang