jalur pusat

58 5 0
                                    

"pat" sapa Satriya.

Rifat yang masih terfokus pada soal matematika hanya mengangguk ringan menanggapi sapaan Satriya.

"Lu suka sama Guntur?" Tanya Satriya sedikit berbisik, karna tak ingin ketahuan ngobrol oleh bu Erlina sang guru matematika.

"Gak."

"Boong lu, lu mungkin bisa bohongin semua orang kecuali gua, rama, cakra"

Tanpa menjawab Rifat pun mengangkat tubuhnya dan menuju ke meja guru sambil membawa buku tugasnya.

"Anjing gua dicuekin"

Sekitar tujuh menitan Rifat telah kembali ke bangku dimana ia duduk tepatnya disamping Satriya.

"Pat, nyonto dongg" bujuk Satriya sambil bergelayut manja dilengan Rifat. Yang dengan segera ditepis kasar.

"Jijik cok" Rifat melemparkan bukunya ke kepala Satriya sambil beranjak berdiri.

"Anjing, mau kemana lu?" Tanya satriya sambil menggaruk ubun-ubunnya yang panas.

"Kepo" pekik Rifat.

Rifat pun berlari keluar kelas tanpa memperdulikan teriakan Satriya.  Ia berlari melewati lorong kelas dan menaiki tangga menuju kelantai dua. Di lantai dua ia berlari menuju kamar mandi.

"Kenapa ngajak ketemu dikamar mandi? Kangen ya?" Tanya Rifat pada sosok dihadapannya.

"Jangan mikir aneh-aneh nyet, gua cuma bosen aja dikelas trus tiba-tiba kepikiran lu trus gua panggil lu kesini deh" jawab Guntur dengan sedikit malu-malu.

"Sama aja itu kangen dede guntur" gemas Rifat. Jari-jari tangannya mengacak rambut ikal Guntur.

"Apaan sih njir"

"Udah sarapan?" Tanya Rifat.

"Dibawain bekal sama Oline tapi belum gua makan Hehe"

"Makam dong, ntar lu sakit"

"Geli gua pat" Guntur menatap Rifat geli. "Udahlah gua mau kekelas dulu" lanjut Gintur.

"Semangat ya, belajar yang bener bentar lagi lu kelas sebelas"

"Lu juga, bentar lagi lu juga kelas dua belas kan"

"Siap boss" Rifat mengangkat tangannya membentuk sudut lancip, dengan jari telunjuk menempel dipelipis.

Guntur hanya menggelengkan kepalanya dan keluar dari kamar mandi menuju ke kelasnya.

"Tuhan, aku gak pernah minta apapun, tapi kali ini untuk pertama dan terakhir aku mohon jadiin Guntur bagian dari hidupku" -batin Rifat sambil berjalan pelan menuju kelasnya.

***

bel sekolah berdentang dengan kerasnya membuat seluru isi sekolah berhamburan keluar untuk pulang kerumah mereka masing-masing.

ultramineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang