Loro

5.4K 521 76
                                    

"Fyuuuuuttt fyuuuutt."

Bibir yang agak gelap karena kebiasaannya yang suka merokok itu terus bersiul, menirukan nada lagu yang akhir-akhir ini di sukainya.

"Pak Dadan! Muleh o, wes sore iki." Salah satu orang yang hendak pulang dari sawahnya menegur Pak Dadan si pesiul.

Sementara Dadan masih asik dengan kegiatan maculnya yang hampir selesai. "O iyo Gir, muleh o disek__ aku keri ae," jawabnya.

"Ee ojo kesoren pak, nanti habis maghrib juga yah inget tahlil di rumah bu Dasimah."

Dadan menegakan tubuhnya, teringat hal itu. "Ah iyo lali aku, iyo iyo aku ikut nanti."

Ketika temannya sudah berlalu lebih dulu, Dadan kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai. Bu Dasimah adalah salah satu warga yang satu Rt dengannya, suaminya baru saja meninggal karena kecelakaan dan nanti malam tepat acara tujuh hari meninggalnya beliau.

Sampai maculnya selesai, Dadan membereskan barang bawaannya. Sudah tak terlihat matahari yang tadinya mengintip di sebelah barat, kini langit sudah berubah gelap. Dadan tak sadar jika dirinya terlalu larut dalam kegiatannya. Tak lama setelah itu suara adzan Maghrib berkumandang.

Dadan buru-buru pulang lalu mandi, tapi niat hati mau mandi lalu solat__perutnya malah keroncongan minta ampun. Akhirnya dia makan lebih dahulu, setelah selesai makan Dadan barulah pergi mandi.

Dadan menunaikan solatnya sendiri di rumah, karena ia tahu terlambat solat berjamaah di musolah.

Setelah selesai solat, Danan duduk di teras sembari menikmati kopi dan camilannya__ ia menunggu rombongan teman-temannya yang pergi tahlilan agar berangkat bersama ke rumah bu Dasimah.

Tangannya memainkan ponselnya, membalas pesan-pesan anaknya yang merantau di luar kota.

"Fyuuuuuttt fyuuuutt."  Mulut Dadan kembali bersiul.

"Ugh mambu opo iki?! Bosok banget!" Dadan tiba-tiba menutup hidungnya ketika ia mencium bau yang begitu busuk secara tiba-tiba.

"Pak Dadan! Ayo bareng!" teman-teman Dadan lewat dan akhirnya mereka berangkat bersama.

Dadan mengunci pintu rumahnya lalu bergabung bersama teman-temannya. Dadan berjalan di belakang, mulutnya samar-samar masih bersiul pelan.

"Wih! Mambu opo iki yo? Kok ndak enak banget!" salah satu dari mereka menyeletuk demikian.

Yang lain juga mengibaskan tangannya didepan wajah. "Iyo, ah paling bangkai."

Sampailah, mereka ke tempat tujuan, Dadan dan yang lainnya akhirnya tahlilan dengan lancar.



***

"Aku muleh sek yo, awakku ki sakit banget." Dadan ijin pada yang lainnya untuk pulang lebih dahulu karena ia juga merasa tak enak badan sekarang.

"O yo ndak apa-apa pak, monggoh monggoh."

Dadan pun akhirnya pulang lebih dahulu dengan tangan yang menenteng bingkisan berkat.

"Fyuuuuuttt fyuuuutt" mulutnya ini lagi-lagi bersiul.

"Aduh blet pipis!" Dadan celingak-celinguk mengecek apa ada orang atau tidak. Ia berada di jalanan yang sepi.

Dadan berjalan ke pekarangan kosong pinggir jalan, gelapnya pekarangan yang tak terkena cahaya lampu adalah spot yang tepat untuk Dadan mengeluarkan jagoannya.

SANDEKALA [Slow Up✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang