03. Di Tinggal Sanha

4 0 0
                                    


Happy Reading







Suara ayam berkokok, bulan berganti dengan sang surya yang mulai muncul, walaupun sedikit malu.

Seorang pemuda yang masih bergelung dengan selimutnya sedang menggeliat tak nyaman karena sinar sang surya yang masuk melalui jendela kamarnya, begitu juga dengan Sanha yang tertidur disampingnya, yang mulai menggeliat tak nyaman namun tidur lagi.

Setelah dirasa nyawanya sudah terkumpul semua, Ray pun mendudukkan dirinya dan bersandar di dashboard. Tanganya meraba nakas disamping tempat tidurnya lalu mengambil benda persegi miliknya.

Dan.... Betapa terkejut dirinya saat melihat jam yang tertera di benda persegi itu.

"GILA" Teriaknya tak sadar, bahkan Sanha yang tertidur di sampingnya pun menangis. Mungkin.... Terkejut mendengar teriakan papanya yang terlalu keras.

"Gawat anjir, gue belum sholat subuh!! " Ucap Ray, bahkan belum menyadari Sanha menangis.

"Astaga gue lupa!!" Ucapnya dengan tangan yang di letakan di jidatnya "Anak gue nangis " Lanjutnya lalu Ray pun membenarkan duduknya menjadi menghadap Sanha dan menggendongnya.

"Maafin papa ya! Papa lupa kalo ada kamu disini " Ucapnya dengan menimang-nimang Sanha agar berhenti menangis.

"Good morning anak papa"

Tak butuh waktu lama Sanha sudah tertidur kembali. Ray pun meletakan kembali Sanha ke kasur. Dan Ray pun beranjak lalu berjalan menuju kamar mandi.

______--

Ray sudah siap dengan kemeja berwarna putih dengan di padukan celana berwarna hitam dan jangan lupakan jas putih kebanggaannya yang Ray sampirkan di tangan kirinya.

Berjalan menuju ke arah kasur dan bisa Ia lihat Sanha yang sudah rapih dengan pakaiannya dan tertidur pulas. Mungkin, karena Sanha sudah kenyang karena perutnya sudah terisi nutrisi.

Ray menggendong Sanha dan berjalan keluar kamar untuk menuju ruang makan.

Saat Ray menginjakkan kakinya di tangga terakhir, tiba-tiba... Teriakan seseorang mengagetkan dirinya dan juga Sanha yang sedang tertidur menjadi bagun karena terkejut. Bahkan menangis.

Oek

Oek

Oek

"SANHA CUCU NENEK!!" Teriakan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walau umurnya sudah memasuki kepala empat. Dari arah ruang tamu berjalan menuju kearah cucunya dan menggendongnya.

"BUN JANGAN TERIAK!! " Teriak balik seorang sang kepala keluarga yang sedang duduk sambil membaca koran ditemani oleh secangkir kopi hangat.

"Ayah juga teriak!" Sarkas bunda membela dirinya agar terlihat tidak salah.

"Ya... Tapikan bunda yang paling keras" Bela ayah dirinya juga tak mau salah.

"Ayah yang paling keras ya!! Bunda mah cuman teriak doang! "

"Apa bedan-

"Ck!, udah kalian kok palah berantem, liat tu Sanha jadi nangis lagi!! " Ucap Ray menyela ucapan ayahnya karena melihat Sanha yang menangis lagi, karena tadi sudah ter tidur.

Bunda pun melihat ke arah Sanha yang mulai menangis lagi sedang berada di gendongannya. "Uuuuu, cucu nenek, jangan nangis okey, nanti nenek beliin mobil-mobilan"

"Masih kecil jangan di manjain bun"

"Gak papa Ray, Sanha kan cucu pertama bunda, ya engga yah? "

Ayah pun hanya menganggukkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙎𝘼𝙉𝙃𝘼 𝙍𝘼𝙄𝙉𝙉𝙀𝙍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang