2. Ayah Gala

170 45 5
                                    

Alergi Bintang pada Galaksi sampai pada tahap dia tak ingin menghirup udara yang sama bahkan jika dia kaya raya mungkin dia akan rela membeli oksigen hanya supaya hidungnya dan Galaksi tak berbagi udara. Namun, apa boleh dikata gadis itu kini harus duduk di satu ruangan dengan Sakti sebagai penengah.

"Kenapa lo ngelakuin itu?" tanya Sakti pada Galaksi yang melirik ke arah Bintang sementara Binta juga ikut menatapnya tajam.

"Apa? Nyium dia?" tanya Galaksi membuat Bintang bertambah dongkol.

"Iya, kenapa?" tanya Sakti mencoba untuk tetap menjadi manusia yang sabar.

"Ya wajar dong, kan Bintang pacar gue, iya kan Sayang?" Galaksi menambahkan kedipan mautnya hanya untuk menambah koleksi kekesalan Bintang.

"Lo jawab yang bener atau lo gue bawa ke psikiater!" ancam Sakti.

"Psikiater gapapa asal sama ayang Bintang." Sumpah demi Tuhan bolehkah Bintang mencabut nyawa Galaksi? Dia sudah tak punya stock kesabaran lagi.

"Udah Bang, bawa ke psikiater aja. Gila ni anak."

Sakti menghela napas, sebagai orang yang dituakan di dalam kosan drama antara Galaksi dan Bintang adalah yang paling membuatnya pusing. Apalagi saat dia sampai di kosan dia disuguhi cerita romansa yang katanya terlarang antara Bintang dan Galaksi yang tak ada habisnya.

"Lo bisa serius nggak Gal?"

"Kalo gue serius udah gue bawa dia ke Thailand Bang buat gue nikahin. Sabar ya Ay, aku belum siap seriusin kamu." Ekspresi wajah Bintang yang penuh dengan kemarahan membangkitkan rasa suka cita dalam diri Galaksi, lagi pula kapan lagi dia bisa mengerjai manusia yang sering merebut calon pacarnya?

"Gal!"

"Oke anggaplah kita pacaran."

"Tuh Bang, akhirnya dia ngakuin gue. Jadi kita ngedate ke mana?" tanya Galaksi masih tak berkeinginan untuk mengakhiri drama yang sudah susah-sudah dia buat.

"Nggak ada ngedate karena kita putus." Senyum Galaksi sempat luntur karena kaget dengan ucapan Bintang, tapi tak urung dia langsung tertawa keras. Bintang tampak begitu lucu saat menanggapi dramanya dengan serius.

"Kenapa? Apa karena kamu takut orang-orang mandang kita aneh?" Bintang memijit pelipisnya, rasanya pening dikepalanya semakin parah.

"Gala!"

"Apa sih Bin? Nggak usah takut selama kita saling mencintai semua bakal bisa kita lewati."

"Bacot!" maki Bintang sebelum akhirnya gadis itu pergi.

"Sayang, mau kemana?" teriak Galaksi yang diakhiri dengan tawa besar miliknya.

"Lo bener-bener ya! Ngerasa lucu lo?"

"Iya, lo liat mukanya Bintang nggak? Akhirnya gue bisa bikin dia kesel," ucap Galaksi penuh dengan kepuasan.

"Motivasi lo ngelakuin ini apa sih?"

"Gue lagi ngasih pelajaran ke dia. Siapa suruh ngambil semua gebetan gue. Gue yakin abis ini dia kapok gangguin sistem pdkt gue dan gue bebas deketin cewek manapun."

"Kalo malah akhirnya kalian di sangka gay dan lo nggak dapet cewek gimana."

"Ya nggak masalah selama dia juga nggak nggak dapet cewek."

"Gila lo! Gue sumpahin lo cinta beneran sama si Bintang. Gay gay dah lo."

"Nggak mungkin!"

"Doa dia biasanya manjur tau Gal." Robi dari lantai dua yang mencuri dengar ikut menimbrung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glimps Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang