V. Peringatan

146 12 2
                                    

Jaemin baru saja menyelesaikan makan siangnya di kafetaria lantai 10 bersama rekan-rekan kerja barunya. Namun saat akan kembali ke lantai tempatnya bekerja, netranya kebetulan menemukan suatu pertunjukan yang menarik.

Dari arah lift terlihat orang nomor satu di NCT Corp sedang berusaha mengenyahkan lilitan tangan di lengan kirinya oleh seorang lelaki yang lebih pendek darinya. Sontak saja hal itu menjadi buah bibir bagi semua orang yang ada di sana.

"Itu adalah Lee Jeno, pemilik sekaligus CEO NCT Corp. Lalu si pria di sampingnya itu pasti kau sudah tahu 'kan? Itu Jeongin, artis yang membintangi drama Serenade Love. Aktingnya sangat bagus, aku salah satu penggemarnya." Kim Yerim saat ini tengah berbisik di sebelah kanan telinga Jaemin. Rombongan itu tengah berdiri bersisian di dekat pintu masuk, menunggu sang atasan dan artis yang menggelayuti lengannya untuk masuk ke dalam terlebih dahulu.

Jeno masih tetap berusaha untuk mengenyahkan tangan kecil itu dari dirinya sembari berjalan untuk masuk ke area kafetaria. Namun bahkan langkahnya belum sampai pada pintu masuk, tatapannya sudah lebih dahulu bersitubruk dengan manik caramel milik seseorang yang tadi pagi menolak ajakan makan siangnya.

Jaemin menatapnya terang-terangan dengan sebuah seringaian di bibir. Jeno membalas tatapannya datar hingga ia lihat laki-laki yang berdiri beberapa meter di depannya itu ikut menundukkan kepala seperti pegawai yang lainnya.

Jaemin lihat Lee Jeno, suaminya, berjalan melewatinya tanpa menoleh sedikit pun. Namun kali ini tanpa sebuah penolakan lagi pada tangan kecil yang mengapit lengan kirinya.

'Yang Jeongin?' Jaemin tersenyum lebar sembari berpikir, 'Peran apa yang pantas untuknya, ya?'


'Yang Jeongin?' Jaemin tersenyum lebar sembari berpikir, 'Peran apa yang pantas untuknya, ya?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ini baru pukul 2 siang, namun pekerjaan Jaemin sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. Memilah naskah yang tidak seberapa banyak untuknya itu sangatlah mudah. Dirinya bahkan punya pekerjaan untuk membaca seluruh berkas laporan bisnisnya dalam bertumpuk-tumpuk lembaran dengan berbagai bahasa.

Laki-laki itu kemudian berdiri, ekspresinya dibuat menyedihkan seperti sedang menahan sesuatu.

"Yerim, tugasku sudah kuselesaikan, bolehkah aku pergi ke kamar mandi sekarang? Shhh ... perutku tiba-tiba melilit."

Oh, lihatlah akting pemuda Xaver itu. Pekerjaan macam apa yang tidak bisa ia lakukan?

"Astaga! Cepatlah ke kamar mandi, Jaem. Akan aku cek pekerjaanmu segera." Dan juga pemain figuran yang mudah dibohongi. Kurang sempurna bagaimana scene dramanya kali ini?

Jaemin segera mangkir dari hadapan perempuan itu dengan tangan yang masih sibuk memegang perutnya sendiri. Lalu saat sudah berada di luar jangkauan rekan kerjanya, ekspresi laki-laki itu kembali seperti dirinya yang biasanya.

Datar, dingin, dan terkesan tak tersentuh.

Kaki jenjangnya melangkah perlahan menuju lift khusus atasan di ujung ruangan, kemudian berhenti dan menekan tombol angka 48. Lantai paling tinggi di gedung itu dengan satu-satunya ruang yang berada di sana, ruang di mana suaminya berada.

God of CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang