I. Xaverio Laiv

338 37 1
                                    

County Sisilia.

Siapa yang tidak tahu mengenai daerah itu? Orang-orang yang berkecimpung di dunia hitam pasti pernah menginjakkan kakinya di sana setidaknya sekali seumur hidup. Negara hasil dari otonomi Italia itu menjadi rumah bagi para mafia besar dunia.

Cosa Nostra, perkumpulan mafia asal Sisilia yang saat ini klan mereka sudah tersebar di seluruh wilayah peradaban di bumi. Dengan kode etiknya yang dijuluki omerta, kelompok mafia ini digadang memegang kokoh kedaulatan mereka. Sebab, para anggotanya diwajibkan untuk tutup mulut dan memberikan kesetiaan penuh. Jika ada dari mereka yang berkhianat, sanksi berupa disiksa dan dibunuh akan diberikan dengan segera. Bahkan, keluarga mereka yang tidak bersalah pun bisa menjadi korban.

Edoardo Laiv atau biasa disingkat E'Laiv. Salah satu klan Cosa Nostra yang sekarang sedang berjaya dengan pendapatan hampir 900 triliun perbulannya ini masih menempati urutan pertama sebagai klan paling ditakuti di dunia hitam. Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena adanya eksistensi sang Prince E'Laiv sebagai otak berjalannya organisasi kriminal tersebut.

Xaverio Laiv. Pemuda 27 tahun yang memilih untuk bekerja di balik layar, menjadi pusat dari segala titik pekerjaan mafioso di bawahnya tanpa ada yang tahu bagaimana rupanya, kecuali para anggota di klan mereka.

Jika ditilik lebih dalam, laki-laki ini bukanlah keturunan asli Siculi (re: penduduk asli Sisilia), melainkan hanya seorang anak yang diadopsi sebab telah berjasa menyelamatkan cucu Darius Laiv, si pemegang kuasa E'Laiv 15 tahun silam. Siapa yang tahu, pemuda itu justru kini menjadi kebanggaan E'Laiv yang bahkan jadi incaran banyak manusia di luaran sana.

Xaverio Laiv. Nama yang diberikan sang tuan terdahulu padanya itu selalu ia gaungkan setiap saat jiwanya berada di Sisilia. Pemuda dengan darah Korea murni itu enggan menggunakan nama aslinya dalam hal berbuat kejahatan.

"Jaemin ..." Si empu mendengus mendengar panggilan tersebut. Laki-laki keturunan China yang terjebak bersamanya di perkumpulan mafia ini, hanya dia yang berani memanggilnya dengan nama asli di sini.

"Berhenti memanggilku dengan nama asli di sini, Diego."

"Tapi namamu 'kan memang benar Na Jaemin," balasnya sembari menggigit sebatang coklat di tangan.

"Terserahlah." Final pemuda yang dipanggil Jaemin itu.

"Jangan mengomel terus, Tuan Xaver. Ada yang lebih penting yang ingin kusampaikan padamu saat ini."

"Apa?"

"Ayah memintaku untuk membujukmu agar tidak memblokir nomornya lagi." Jaemin lagi-lagi mendengus.

"Katakan padanya, tidak akan kublokir jika dia tidak menjodohkanku dengan anak klan mafia Amerika itu terus-menerus."

"Tapi dia cantik."

"Aku tidak suka wanita."

"Hmm, baiklah. Kalau begitu kau adalah seorang gay sama sepertiku. Bagaimana kalau aku saja yang jadi jodohmu?"

Pletak.
Satu sentilan keras di pelipis pemuda Diego ia dapatkan. Siapa lagi pelakunya jika bukan sang pemuda Xaverio?

"Hentikan omong kosongmu dan cepat hubungi Maldini. Tanyakan apakah ada tamu yang datang hari ini."

"Ck. Kau kaku sekali, Jaemin. Padahal itu tadi 'kan hanya sebuah candaan."

Jaemin merotasikan bola matanya. Menghadapi laki-laki cerewet yang lebih muda setahun darinya ini memang begitu menguras waktu dan tenaga.

"Diego."

"Iya iya. Ini aku baru akan menghubunginya!"

Jaemin memfokuskan tatapannya pada hamparan kebun anggur di hadapannya yang hanya terhalang dengan selapis kaca. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celana berbahan kain miliknya. Tubuhnya sekarang masih merasa jetlag setelah melalui 14 jam perjalanan lebih dari Korea ke Siracusa, salah satu provinsi di Sisilia tempatnya bersemayam saat ini.

God of CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang