Kecewa

17 6 8
                                    

Budayakan vote dan komen setelah membaca 🤗
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini langit terlihat begitu tenang di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang. Bangunan megah berkonsep Joglo tampak ramai di tengah hari ini. Jelas karena ini memang waktunya makan siang. Banyak meja dan kursi yang sudah terisi bahkan beberapa harus meninggalkan tempat sebelum dapat mencicipi dan para pelayan hanya bisa membungkukkan badan sembari berkata "Maaf".
"Maaf ya saya terlambat." Kata Ayuni begitu dia sampai di meja yang sudah di booking rekannya beberapa hari yang lalu.
"Ahh tidak apa-apa, Bu Ayuni. Kami memaklumi kok." Jawab salah satu rekan sesama dosen Ayuni.
Ayuni hanya tersenyum simpul mendengar jawaban itu. Dia tahu rekannya mengerti jika dia sibuk tapi tetap saja dia merasa tidak enak hati datang paling akhir.
"Mumpung sekarang sudah kumpul mari kita bahas agenda kita kali ini." Kata Pak Timpo mengawali. Dia masih memiliki beberapa agenda lainnya jadi dia ingin rapat kali ini segera selesai.
"Oh iya baik. Pak Anggra silakan di awali."
Anggra tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya. Dia menarik napas sebentar sebelum akhirnya memulai pembicaraan. Ada beberapa hal yang ingin dia sampaikan dan dia diskusikan. Yang pastinya hal itu harus ada jalan keluar dan keputusan final. Ya, Anggra mengharapkan hal itu.
"Baik, Bapak Ibu rekan-rekan dosen semua sebelumnya saya awali Selamat siang assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh."
Serentak menjawab salam yang di ucapkan oleh Anggra. Tidak ada satupun yang melewatkan ucapan Anggra. Semuanya fokus dengan laki-laki muda itu. Dan hal itu yang membuat Anggra senang karena dia tidak perlu membuang banyak waktu untuk diskusi dan pastinya agenda mereka selanjutnya bisa lanjutkan.

🌹🌹🌹

Ayuni beberapa cek ponselnya berharap kekasihnya membalas pesannya. Matanya pun terus mengedar mengelilingi setiap penjuru sudut ruangan. Hari ini dia ada janji dengan kekasihnya namun ada salah satu mahasiswanya juga yang ingin bertemu. Ayuni menganggap mahasiswa ini luar biasa karena sudah sudah 12 semester dan belum pula lulus. Sedangkan saat ini mahasiswa itu sedang menyusun skripsi dan dia adalah dosen pembimbingnya.
"Selamat sore, Bu Ayuni." Sapa Bahar sambil mengetuk meja kantin depan Ayuni.
Ayuni yang saat itu sedang fokus dengan ponselnya lantas terlonjak karena terkejut. Dia mematikan layar ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara.
Seketika senyum manis dari lelaki berkulit sawo matang rambut agak gondrong. Rambutnya sedikit ikal dan dia memakai bandana yang membuat rambut bagian depannya terlihat tegak. Gaya rambut yang sering kita jumpai pada anak band. Ya, Bahar ini adalah anak band yang dulunya lebih fokus ke panggung sehingga membuat kuliah tidak selesai-selesai.
Kaos oblong putih yang dia padukan dengan kemeja bergaris berwarna hitam putih yang tidak dia gulung lengannya membuat otot-otot di tangannya terlihat. Dada bidang semakin terlihat karena kemeja yang dia kenakan sengaja tidak dia kancingkan.
"Oh kamu sudah datang silakan duduk. Kita bisa langsung mulai bimbingan ya." Kata Ayuni sambil tersenyum. Dia mengeluarkan bolpoin nya dari saku kemejanya.
Bahas mengangguk dan langsung duduk di depannya. Dia mengeluarkan skripsi yang sudah dia susun dan dia cetak, dia juga mengeluarkan laptop dan membuka file skripsi yang telah dia susun.
Ayuni menerima skripsi itu dan membaca setiap kata yang tersusun. Tangannya nampak memberikan coretan koreksi di atas kertas bertulis itu. Sesekali dia berkata kepada mahasiswanya apa yang salah dan harus di perbaiki.
Hari yang semula berwarna kemerahan kini telah berubah menjadi hitam pekat. Matahari yang semula masih mengintip di balik gedung bertingkat kini benar-benar tenggelam. Taburan bintang yang tersebar di langit nampak memenuhi langit Ibu Kota. Entahlah malam ini terlihat begitu indah.
Ayuni yang masih asik ngobrol dengan mahasiswanya membahas skripsi tidak mendengar ponselnya berdering sejak tadi. Sudah ada 11 panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan yang masuk. Bukan Ayuni sengaja mengabaikan namun memang dia tidak sadar ponselnya bergetar.
Sedangkan di tempat lain seorang laki-laki nampak mengerutkan keningnya dan berdecak kesal. Pasalnya berkali-kali dia menghubungi kekasihnya namun sama sekali tidak ada jawaban. Sedangkan kedua orang tuanya sejak tadi sudah menanyakan keberadaan wanita yang akan berkenalan dengan mereka sebagai menantu.
"Bagaimana? Sudah sampai mana?" tanya Pak Hermanto kepada anaknya. Entahlah ini sudah pertanyaan yang keberapa kalinya.
Javas berdecak dia mengakhiri panggilan yang tak kunjung mendapatkan jawaban itu.
"Kita sudah hampir satu jam di sini tapi dia tidak ada tanda-tanda datang." Kata Mama Javas menimpali.
"Sepertinya kekasihku ada rapat, Ma Pa dan belum selesai." Jawab Javas dengan lemah. Tidak ada hal lain lagi yang bisa dia katakan selain itu. Mau beralasan apalagi karena memang Ayuni tidak merespon sama sekali.
"Lalu kami sia-sia sedari tadi sini?" Pak Hermanto nampak menahan emosinya.
Javas hanya bisa diam. Dalam hati dia bertanya kemana kekasihnya ini pergi. Kemarin sudah mengatakan jika dia akan datang tapi mengapa sekarang tanpa kabar?.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang