Part 1 : Keceriaan Sesaat

261 11 1
                                    

Dalam sesingkat ceria menutupi masa dimana tenggelamnya rasa percayaku, aku berjalan menyusuri gang dimana jalan berangkat dan pulangku menuju sekolah. Hari sudah sore, tak perlu buru-buru untuk pulang menuju rumah tercinta. Langkah kaki terpatah sesaat dan pandangan ku teralih pada wanita yang tak pernah berbicara bahkan bertegur sapa padaku selama hampir 2 tahun penuh itu, memang wajar setelah masa itu aku sulit tertarik dengan wanita lagi. Aku hanya tahu namanya, Rina Marsya. Aku menatapnya tak lebih dari 10 detik, dia membalasnya. Aku memalingkan wajahku seakan akan tak peduli, tentu aku tidak begitu memikirkan kejadian ini.


27 November 2014, siapa sangka? Kutarik roda tengah mouse-ku ke atas lalu kuketik di kotak pencarian Facebook nama wanita yang kutatapi sore itu. Bukan karena kuingin mengenal lebih jauh tentangnya, tapi karena kudengar dia mempunyai hobi yang sama denganku, yaitu menggambar. Aku berpesan lewat Inbox Facebook, hanya meminta pin BBM-nya saja. Balasan yang layak, ku-invite lalu tak lama setelah itu dia menerimanya. "Ini anak kelas E itu ya?" sapaku mengomentari Display Picture BBM-nya mengawali perkenalan kami saat itu. Obrolan aku dan dia bukan sebuah perkenalan yang biasa terjadi, aku menawarkan pensil warna yang salah kubeli. "Gimana kalo 100 ribu?", tawarku. "ah kemahalan tuh 75 aja yaa?" tawarnya. Negoisasi berlanjut dan berakhir batal.


Jeda beberapa waktu, ada sebuah lomba yang menarik untuk aku ikuti. Tidak ada salahnya mengajak Marsya yang kala itu aku sempat panggil Rina. Siang hari waktu istirahat di Sekolah kami, kebetulan kelas aku dan Marsya bersebelahan. Aku berdiri didepannya yang sedang jongkok bermain suatu permainan dengan salah seorang temannya. "Hey, lu mau ikut lomba ga?", ajakku. "lomba apa yaa?" tanyanya. Aku berdiam sebentar, entah apa yang kutatap adalah matanya. Sesuatu yang belum pernah kulihat bahkan pada seseorang yang sudah mengkhianatiku. Begitu pula nada suaranya, seolah menari menyusuri telingaku. Lantas kujawab, "Lomba gambar nih di Facebook". "Yaudahlah nanti bahas di bbm aja yaa", jawabnya. Kusudahkan percakapan singkat itu dengan memberinya senyuman.


Semakin hari kami rutin bertegur sapa di sosial media, karena jikalau di dunia nyata memang masih terlalu gengsi. Canda rayu mulai kulontarkan, meskipun sikapnya yang lumayan cuek tapi itu membuat diriku merasa tertantang untuk mendekatinya. Entah apa yang ada dipikiranku dan hatiku yang kala itu takluk dibuatnya. Aku bercerita padanya apa yang pernah terjadi, seakan dia menyulap dan membangkitkan rasa semangat dan percayaku yang sudah dihancurkan seseorang dari masa kelamku itu. Betapa takjub dibalik sikap cueknya, ada kepedulian yang tak terbatas. Namun sisi kecil nan gelap terlihat kesedihan seorang Marsya, awal kuajak dia untuk bercerita dia sempat menolak.


Diujung percakapan online kami, dia bercerita. Niat baiknya menghargai perasaan seseorang yang menyukainya berakhir ocehan kasar seorang perempuan yang ternyata kekasih dari pria yang menyukai Marsya. Bukan pertama kalinya bagi Marsya, keluhannya terbit pada Recent Updates BBM-ku, "lagi lagi kejadian lagi.. ". Aku mencoba menghiburnya, gelak tawa 'Hahaha'di percakapan online ini belum tentu sama dengan apa yang terjadi pada ekspresi sebenarnya, entah dia menangis atau hanya bersedih.


Hubungan kami berjalan baik, kami tidak berpacaran dan baiknya kami hanya bersahabat. Kuungkapkan rasa sayang kepadanya dengan gambar-gambar anime beserta teks yang mewakili hatiku tanpa memintanya menjadi apa yang kuinginkan, beruntung dia menyukainya. Lagi-lagi balasan yang layak, sangat layak, aku sangat bergembira dia menerima rasa yang awalnya aku pikir takkan pernah ada lagi. Diapun sama katanya, kami semakin akrab, aku mempercayainya.


She's always been my Sun. Bright, cheerful, full of life. And I've always been the Moon. Dim, hidden and only shines because of Her.


-


Hal bodoh baru dimulai, saat itu entah apa yang merasukiku sehingga keraguanku muncul. Rasa takut juga bermunculan seperti takut kejadian masa lalu itu terjadi lagi, kenapa bisa? Cerita kami berbeda dari yang selalu aku dambakan. Mungkin karena aku yang baginya membosankan, terlalu membawa suasana hingga menjadi serius. Yang dahulu hari bersamanya sering kuisi dengan canda rayuan serta kejailan yang membuat kami berdua saling mengisi kenyamanan, dan kini semua berubah hingga yang kutakutkan terjadi lagi. Dia dan aku tak lagi sama.


Kebodohan yang takkan pernah kumaklumi dan kumaafkan, aku membuatnya kaku dalam masalah hanya karena keingintahuanku atas apa perasaan yang dia rasakan sebenarnya. Dia pun terlihat menjauh, bayangnya semakin jelas seperti bayang-bayang seseorang yang pernah menghancurkan semangatku dulu. Campur aduk pikiranku memikirkan apa yang selanjutnya akan kulakukan tanpa membuatnya bosan dan kecewa.

Seketika tangan dan bibirku bergetar menahan teriakkan yang menunjukkan rasa tidak percaya atas apa yang baru kuterima sebuah kabar pahit. Entah ini rasa sayang atau cemburuku yang berlebihan, tanpa izinku airmata mengalirkan diri melewati pipiku. Kepalan kuat tak kusadari seberapa kuat dan sakitnya saat tembok dan tanganku berbenturan. Kupastikan semua kabar itu dan ternyata benar, pupus sudah semua harapan, semangat, dan rasa percaya yang sudah dia bangun saat hancur dulu.


"Sekarang aku masih bertanya-tanya diantara kebingungan antara mana yang kau pilih, aku akan membencimu, tapi aku tidak punya kesempatan untuk itu. Karena setiap kuingat apa yang kita lalui dulu, suaramu muncul dalam imajinasiku menari menyelusuri telingaku, dan terbayang wajahmu dengan mata indahmu yang selalu kutatap ketika keceriaan ikut menatapku. Aku akan bertahan sampai dirimu yang benar-benar memintaku untuk pergi. Tak ada niatku meminta tuk dikasihani apalagi membuat hubunganmu dengan oranglain menjadi buruk. Tak ada sesalku mengenalmu dan tak ada sesalku mendekatimu. Jalanilah jika memang itu jalanmu, bahagiamu, dan

kenyamananmu."


Ini bukan akhir, kisah ini belum berakhir.


Suatu rasa optimis, lika-liku perjuangan panjang ini akan terbalas sesuatu yang indah.


Biar pahit kutelan, sampai manis kurasakan pun akan tetap kusimpan.


We will meet again, not immediately, but definitely.


Bukan AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang