Part 2 : Masa yang Indah

99 6 0
                                    

Sedikit membawa kisah ini diantara asmara yang saat itu mendekap tali persahabatan kami. Tak kulewatkan sedikitpun kesempatan untuk pulang sekolah bersamanya. Tentu, aku ingin menikmati riang tawanya dan manis senyumnya. Sikap konyol yang tidak kutahan untuk membuatnya ceria, menunjukkan betapa bahagianya aku bila saat bersamanya. Saat pertama kali pulang bersama, lidahku bahkan sedikit beku untuk berbicara. Tapi demi memberinya kenyamanan tanpa kepalsuan kutunjukkan apa adanya diriku, yang tentu tanpa kupalsukan sifat dan sikapku juga tanpa menyempurnakan perlakuanku. Indahnya menjadi diri sendiri, bersamanya tak perlu aku bertopeng menjadi orang lain.


Secarik kertas kusobek, kali ini bukan suatu gambar yang kugores. Huruf jepang yang berarti 'Aku selalu menunggumu' itulah yang esoknya kuberikan padanya. Kutitipkan pada temannya, sebuah kertas yang hingga kini tetap menggambarkan apa yang sedang aku lakukan untuknya. Melamun kumemikirkan apa balasnya, yang ternyata tidak ada balasan. Namun hal itu tak membuatku gentar, kumulai beranggapan positif mencari alasan yang baik kenapa dia tidak membalasnya.  


Bayangnya selalu saja hadir dalam celah-celah pikiranku. Rindu muncul seperti hantu, kulepaskan rasa rindu itu dengan memandangi mata indahnya dalam sebuah foto di ponselku. Kutarik nafas dan mulai tersenyum seakan puas menatapnya. Seperti dunia fantasi, aku berkhayal dalam imajinasiku dia kutarik keluar ponselku untuk kunikmati manisnya ia saat tertawa dan tersenyum. Kemudian dengan indahnya harapan, mataku mulai tertutup dan terlelap menikmati terangnya bulan saat itu.


Pagi yang cerah, bulan april yang penuh harapan baru dimulai. 11 hari lagi tak terasa usianya 15 tahun. Sebagai pria miskin, pelajar yang masih meminta uang jajan pada orangtua, aku tak berkenan memberinya sesuatu yang mahal karena itu merupakan tindakan tidak tahu diri bagiku. Lalu aku kumpulkan mood dan imajinasiku untuk suatu karya yang kuharap ia suka. Kumulai membentuk hurufnya dan karakter chibi yang ia suka dari anime Naruto. Satu sampai dua kertas tak sesuai harapan, kumulai lagi dengan penuh kesabaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Satu karya memuncak namun Deadline hanya tinggal malam itu. Sialnya mataku sudah meminta untuk istirahat, beruntungnya aku teringat lagu tentang ulang tahun yang dibawakan band bernama Jamrud. Kutuliskan saja liriknya dengan variasi gambar untuk memenuhi kertas tersebut. Sebelum aku beranjak tidur, aku menunggu waktu yang tepat mengucapkannya. Begitulah aku yang terlalu egois pada diri sendiri yang sudah melemas meminta istirahat. Sudah jam 12 malam! Tanggal 11 bulan april yang sangat spesial, kukirim sebuah pesan pendek yang berisi doa dan harapan untuknya yang memulai usianya yang sudah beranjak 15 tahun.

Terbangun dengan keceriaan, kuperiksa ponselku dan kulihat pesan balik darinya. Terdapat pula sebuah pesan di BBM ku dari salah seorang sahabatnya, Manda. "Fan? Lu dimana? Mau ikut gak ngerayain ulang tahunnya Marsya dirumahnya Thea?",  sahut Manda. Aku hanya mengiyakan karena Manda memang orang yang super bawel. Kebetulan Thea adalah saudara dari teman sekelasku Oding jadi aku mengajak Oding untuk menemaniku dan mengantarku ke rumah Thea.


"Ding? Anterin gua ke rumah sodara lu yang temennya Marsya itu mau gak?" Ajakku pada Oding.


"Males gua pan, lu sendiri aja rumahnya deket ko sama rumah gua." Tolaknya.


"Gua gaberani ke jalan gede gitu kalo lewat jalan kecilnya ga apal jalan Ding, anterin lah cuy." Bujukku.


Oding salah satu sahabat baikku, aku sangat berterimakasih dia bersedia mengantar. Oding sedikit lama di perjalanan, ditambah Manda yang terus menghubungiku meminta untuk cepat datang membuat moodku sedikit turun. Sesampai di rumah Thea, Oding malah pamit untuk pulang. Seketika keringat dingin keluar karena gugup seseorang yang sangat kukagumi ada dan tertawa karena terkejut aku datang menghadiri acaranya. Tak lama kutahan diriku diluar rumah karena tak enak dan gugup. Selama disana aku senang bisa berbincang-bincang bersama Marsya.


Pada hari itu juga ada Pendalaman Materi, sepulang dari rumah Thea aku menyusul Oding yang sedang berlagak santai depan laptopnya. "Ding, kita PM sekalian aja ye bareng" ajakku. Hari itu memang aku merasa cukup merepotkan orang dan baiknya mood ku tetap terjaga setelah mendengar suara dan melihat senyumnya Marsya yang ayu itu.


"Memang tak semua hal indah tentang kita bisa sedetilnya aku ingat, yang selalu aku ingat adalah dirimu yang tertawa karena cerianya harimu, yang bahagia karena semangatnya hatimu, dan yang kadang begitu acuh karena teguhnya pendirianmu. Kini semua berubah menjadi begitu gelap, aku tak bisa melihat dirimu yang seperti itu lagi. Apa semua ini karena aku? Karena dia? Aku tidak bisa menyimpulkannya sampai dirimu sendiri yang menyatakan."


Itulah sedikit kenangan yang akan terus terbayang sebagai hiasan masa lalu.


Diriku kini mungkin sudah terlihat begitu buruk dalam pandanganmu.


Entah apa yang bisa kulakukan, diam memang bukan pilihan tapi itulah caraku yang sekarang semakin bingung akan rumitnya keadaan.


Silence doesn't mean giving up, I do this because I realized, the words even the actions is no longer meaningful. 

Bukan AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang