✨ Empat

67 7 4
                                    

Hellow!!! Lobel is back!!!
Untuk bab ini full fokus ke Langit yah!!!!

Happy reading!!!
Vote jangan lupa yahhh~~~!!!

ΔΔΔΔΔ

Tin! Tin!

“Udah ih, kak! Aku aja yang bukain gerbangnya,” ucap Langit menawarkan diri. Kemudian pria mungil itu keluar dari mobil yang ditumpanginya bersama Jiwa menuju gerbang tempat tinggalnya. Tempat tinggal Jiwa.

“Aduh, Langit, gausah repot-repot,” ucap seorang wanita berusia tiga puluhan yang sedang berlari dari pintu rumah ke gerbang.

“Gapapa, tan...” ucap Langit dengan mengembangkan senyumnya, “Lagian kan Langit bukan yang nyetir mobil,” lanjutnya sambil menyengir.

“Loh, emang itu siapa yang di dalem mobil?”

“Kak Jiwa.”

•••

“Astaga, Jiwa, pulang ke rumah ngga ngabarin mami,” ucap Sang Ibunda sambil memeluk putranya yang baru kembali dari negara tetangga.

“Gapapa astaga, Mi... Lagian Jiwa pulang buat nge-surprise-in Mami. Kalo kabar-kabar ntar ga asik,” jawab Jiwa setelah mereka melepas pelukan. Mereka benar-benar melupakan eksistensi Langit di rumah itu.

Langit yang melihat ibu dan anak itu saling berbagi kerinduan hanya bisa tersenyum pilu. Apalah dia yang terdampar di rumah ini karena orang tuanya yang selalu ada urusan di luar negeri.

“Tante, Kak, Langit ke kamar, ya...” ucap Langit mengalihkan atensi kedua insan tersebut.

“Iya sana, masuk ke kamar aja daripada kaya orang ngga punya orang tua. Ngeliatin ibu yang kangen sama anak sendiri aja melas banget,” jawab Tante Langit dengan ketus.

Langit yang mendengar kata-kata kasar itu keluar dari bibir tantenya hanya bisa diam menahan air matanya.

“Mi, gaboleh ngomong gitu. Orang tuanya Langit kan lagi kerja,” bela Jiwa.

“Iya, orang tuanya kerja keras demi menuhin kebutuhan anaknya. Lah anaknya? Bukannya belajar malah sibuk jadi panitia ini itu.”

“Mami!”

Langit mendengar itu mempercepat langkahnya menuju kamarnya. Sakit, hatinya bagai disobek menjadi serpihan-serpihan mikroskopis.

Tiba di kamarnya, Langit langsung mengunci pintu dan terduduk membelakangi pintu kamarnya. Dengan punggung yang disandarkan ke pintu yang tadi dihempasnya.

“Langit, buka pintunya! Ini kakak! Langit!” terdengar suara Jiwa di depan pintunya.

Terasa pintu yang disandarinya bergetar, menandakan bahwa Jiwa sedang menggedor pintunya sangat keras.

Teriakan Jiwa di luar sana tak ia hiraukan. Hanya satu hal yang dia inginkan saat ini. Langit ingin sendirian.

“Ayah, Bunda... Hiks... Cepetan pulang... Hiks... Langit ngga mau tinggal di sini lebih lama lagi...” ucap Langit lirih dan terbata-bata.

Air mata yang dia tahan mengalir dengan deras. Wajahnya dia tenggelamkan di antara lutut dan tangannya. Tak ia sadari, getaran yang mengguncang pintu kamarnya perlahan menghilang, disertai dengan memudarnya suara Jiwa.

Langit menangis. Mata cantiknya terus mengalirkan air mata. Hingga kantuk menyerangnya. Ia tertidur. Di balik pintu kamarnya.

•••

Be My Star✨ || Binhao/Binneul FanFic [UNCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang