02 - Mollie Granger.

8 1 0
                                    


• ༉

Bulan yang bersembunyi dibalik awan tidak membuat suasana malam ini menjadi temaram. Cahaya lampu dari gedung pencakar langit tidak pernah sekalipun padam. Tak kalah pula cahaya menyilaukan mata yang datang dari hotel kelas atas, Harriz Hotel. Namun bukan hotelnya yang menjadi pemeran utama, melainkan sosok yang baru saja turun dari mobilnya yang jauh dari kata murah.

Rolls-Royce phantom berhenti dengan mulus tepat didepan red carpet yang telah disediakan. Sepasang suami istri keluar dari mobil kelewat elegan dengan tangan yang saling mengait. Disusul dengan datangnya Lexus LS Sonic Iridium yang kemudian muncul sosok kembar bersaudara dan si bungsu wanita.

Flash kamera tidak berhenti menyambar di setiap pergerakan mereka. Seluruh manusia pembawa kamera seolah siap menyerbu kapan saja saat satu keluarga sempurna itu mulai melangkah dengan kepala yang tidak pernah menunduk menuju pintu utama. Tidak jauh berbeda dengan sikap para fans atau mungkin sekedar pengagum rahasia yang terlalu melewati batas.

Kelima manusia paling berkuasa malam ini tidak menghiraukan satu pun kamera yang mengambil gambar diri mereka dengan brutal. Mereka terus berjalan dengan angkuh tanpa peduli hingga berhasil masuk tanpa hambatan.

'Setidaknya malam ini tidak terlalu chaos seperti biasa'

Si bungsu dari mereka menghembuskan nafas pelan membuatnya sedikit menarik perhatian salah satu kakaknya. "Nanti dulu lelahnya, perjalanan malam ini masih panjang," kakak kembar yang lebih tua menolehkan kepala. Membuat si bungsu mengangguk pelan yang masih terlihat anggun.

"Welcome, Granger's. Suatu kehormatan kalian berkenan datang. Saya ragu sebelumnya jika kalian akan datang,"

Seorang pria paruh baya mendekat kearah mereka dengan menawarkan tangannya untuk saling berjabat. Kepala keluarga Granger yang dipanggil membalas jabatan tangannya dengan penuh wibawa.

"Tentu kami akan datang pada acara peresmian hotel baru anda, Molven. Kami turut bahagia mendengar hal ini." pria paruh baya dengan balutan tuxedo klasik satu kancing menjawab dengan wibawa yang tidak pernah hilang dari dirinya.

Mollie mengedarkan matanya mengelilingi setiap sudut ruangan ini. Hotel yang baru akan diresmikan tepat pukul 9.00 PM ini bernuansa classic-modern. Tidak sedikit arsitektur yang nampak memanjakan mata. Meski terkesn kuno namun aroma old money seolah menghipnotis seluruh tamu untuk terus mengagumi lebih lama.

Matanya tanpa sengaja menangkap sosok gadis kecil kisaran usia 5 tahun keatas. Gadis kecil itu nampak tersenyum atas candaan ringan yang dilontarkan oleh seorang lelaki paruh baya yang tidak pernah melepas genggaman tangan mereka.

Tanpa sengaja bibirnya membentuk kurva kecil. Matanya yang tak lepas memandangi interaksi anak dan ayah itu mulai memunculkan butiran air yang hampir jatuh. Hal tersebut kembali mengundang atensi kedua kakak kembarnya.

"C'mon, Mollie. Jaga ekspresimu sebentar, kecuali kau ingin papa kembali mendiami kita"

Senyuman tulus itu berganti menjadi raut merendahkan, "bukan kah itu rutinitas nya sehari-hari?"

"Ada benarnya yang Mollie katakan, bukan kah pria yang kita sebut papa akan selalu mengabaikan kita kecuali-"

"Tentu anak-anak saya juga datang. Sampaikan salam kepada tuan Molven, anak-anak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang