Purnama tampak indah di malam ini. Suasana juga begitu cerah. Tidak ada segumpal awanpun yang menutupi sang Rembulan. Semua terlihat indah. Seindah suasana hatiku saat ini.
Di balik kaca jendela aku menikmati suasana malam yang terlihat cerah sembari memangku Kyupi. Naga kuning itu terlelap cukup lama, namun tanpa sedetik pun aku tidak ingin mengusik tidurnya. Mau bagaimana pun? Malam ini adalah malam pertama kalinya kami bertemu secara langsung. Malam pertama yang sangat berharga bagiku, bisa melihat dan merasakan keberadaan Kyupi secara langsung. Tanpa harus melihatnya dibalik bola kristal.
"Kyupi," Aku membelai punggung naga kuning ini.
Kyupi hanya mendengkur pelan, mendekap diriku.
"Akkun. Aku rindu bersamamu...," ucap Kyupi mengigau.
Aku tersenyum datar, menatap ke langit. "Pasti sudah banyak hal yang kau lalui tanpa diriku di sana. Andai saja aku tidak lumpuh, mungkin aku akan terus menemanimu hingga kita bisa mengalahkan Naga Hitam."
Bulir bening membasahi mataku. Aku merasa bersalah tidak bisa menemani Kyupi secara langsung. Pasti sudah banyak derita yang dilalui naga ini. Bertarung sendirian tanpa ditemani prajurit naganya secara langsung.
Dalam dekapan pelan. Ku peluk Kyupi, merasakannya seolah ini adalah momen terbaik di hidupku.
"Kyupi. Maafkan aku tidak bisa menemanimu secara langsung! Andai saja aku bisa berjalan. Aku pasti akan ikut denganmu pergi ke Dunia Naga Tempur untuk bertarung bersisian denganmu," ucapku lirih.
Aku masih teringat saat pertama kali Profesor An mempercayaiku untuk membantunya di labotarium yang berada di ruang bawah tanah rumahnya. Saat itu usiaku baru menginjak sepuluh tahun. Di ruangan ini banyak sekali peralatan yang Profesor teliti, salah satunya Enam Telur Dinosauru yang katanya merupakan Para Naga tempur yang berhibernasi selama ratusan tahun. Mereka berubah menjadi telur untuk terlahir kembali suatu saat. Dan itu tidak lama lagi.
"Apa kamu gak bosen menatap telur itu lagi, Akkun?" tanya Profesor An.
Aku menggeleng, melihat salah satu telur Naga berwarna kuning yang kini ada di genggamanku. Entah di antara ke enam telur lainnya. Aku lebih tertarik dengan telur ini. Tidak tahu kenapa?
"Nama Qyupi. Aku tidak tahu seperti apa rupanya saat menetas. Dia akan mewakili Naga Tempur emas suatu saat nanti," jelas Profesor An.
"Oh, ya, Profesor. Soal kebangkitan Naga Hitam yang kau bicarakan. Apakah benar? Itu tidak akan lama lagi," tanyaku dengan muka murung.
Profesor An menghela napas panjang, "Menurut Empat dewa Naga. Bola yang menyegel Naga hitam hanya tinggal satu yang aktif. Aku tidak tahu sampai kapan bola itu aktif? Yang pasti itu tidak akan lama lagi."
Aku terdiam. Berarti Para Prajurit Naga itu lama lagi akan muncul.
"Akkun. Beberapa hari lagi aku, Kakekmu dan lainnya akan pergi ke Dunia Naga Tempur. Aku juga akan mengajak salah satu Prajurit tempur Cahaya. Mungkin kamu akan keberatan dengan tugas ini. Tapi suatu saat nanti, kamu akan membantu mereka dan menjadi salah satu Prajurit Naga Tempur."
"Menjadi salah satu Prajurit Naga Tempur. Tapi Profesor aku kan....," Aku melihat diriku yang kini duduk di kursi roda. Aku tidak yakin apakah aku bisa membantu mereka apa tidak.
Profesor An menepuk bahuku, "Kau pasti bisa meskipun dengan kondisi seperti ini. Aku sudah menyiapkan beberapa alat agar kamu bisa terhubung dengan mereka."
"Lalu Profesor bagaimana dengan Naga yang akan menjadi Partnerku? Apa dia akan sendirian di sana?"
"Dengan kondisimu seperti ini. Tidak ada cara lain selain dia harus sendirian di sana. Aku yakin dia pasti dengan lapang dada menerimanya," Profesor An melihat telur yang kini ada digengamanku.
Aku melihat telur ini. Ada seberkas cahaya keluar, kemudian lenyap. Ada perasaan sedih saat mendengar itu, tapi mau bagaimanapun. Ucapan Profesor An tidak bisa dibantah. Aku bisa semakin celaka jika pergi ke Dunia Naga Tempur.
"Tapi bukan berarti kamu tidak memantaunya. Aku akan memberikanmu sesuatu," Profesor An berjalan mengambil salah satu alat penelitiannya. Sebuah robot mungil berwarna biru tua dengan otak transparan berwarna kuning. "Ini Robot Tio-tio. Dia adalah salah satu ciptaanku yang mampu mengirim pesan ke dunia sana. Hanya saja dia belum sepenuhnya sempurna. Jadi aku harap kau bisa menyempurnakannya."
Aku mengangguk.
Selepas itu, aku memulai tugasku sebagai pembantu Para Prajurit Naga. Aku mengenal Xiota dan membujuknya untuk pergi ke Dunia Naga Tempur begitu dia dan teman-temannya menemukan Telur Naga yang sudah diteliti oleh Profesor An. Aku juga memberikan salah satu telur itu pada Adikku, Linling. DAn terakhir aku menitipkan Qyupi pada Profesor An begitu dia memulai tugasnya di Dunia Naga tempur.
Sehari sebelum keberatannya. Aku menatap terakhir telur itu sembari melihat bulan purnama tergantung di atas sana. "Qyupi mulai sekarang kau akan hidup tanpa Partnermu di sana. Aku berharap kau tidak bersedih menerima kenyataan itu. Aku akan mendampingimu, meskipun kita terpisah jarak dan dunia. Qyupi, perlu kau ketahui. Sebetulnya aku penasaran saat melihatmu menetas. Telur naga yang selalu ku rawat bersama Profesor telah berhasil menetas dan menjadi Seekor Naga tempur terkuat. Andaisaja aku bisa melihatmu, walau harapan itu entah bisa terjadi apa tidak? Aku selalu menyayangimu, seperti Adikku sendiri."
Kupeluk telur itu sembari berlinangan air mata. Angin bertiup kencang, seakan-akan membawa pergi harapan itu.
***
Tidak terasa sudah dua tahun sudah berlalu. Kini, malam ini aku bisa melihat Qyupi secara langsung untuk pertama kalinnya. Meskpun aku tidak tahu sampai kapan dia berada di Dunia Manusia?
"Akkun. Kenapa kamu menangis?" tanya Qyupi tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Mungkin sebagian dari air mataku, mengenai dirinya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya bahagia bisa bertemu denganmu secara langsung. Maafkan aku sudah membuatmu terbangun," ucapku.
"Tidak apa-apa. Lagian aku tidak terlalu capek. Kita bisa menghabiskan malam bersama jika perlu, Qyu."
"Menghabiskan waktu bersama. Sepertinya aku tidak memikirkan hal itu." Aku tersenyum.
Awan perlahan-lahan menutupi rembulan, angin bertiup pelan, membuat dandelion di samping jendela kamarku bergerak.
"Kamu tahu tidak. Sebagaian orang menganggap Dandelion itu sebagai gulma. Tapi menurutku tidak. Bunga ini mungkin hanya bisa bertahan selama beberapa jam, tapi begitu dia mekar, dia dengan cepat melepas benihnya dan kelak akan tumbuh seperti dirinya," ucapku pelan.
"Kamu tahu Qyupi. Meskipun kau bertarung tanpa Partner di sisimu. Aku akan menyertaimu, seperti hal nya Dandelion yang rela layu demi menebar benih-benihnya, melihatnya tumbuh dari kejauhan."
"Akkun," Qyupi semakin mendekap erat tubuhku, "Kamu tidak perlu cemas akan hal itu. Aku sudah yakin kau akan terus memantauku meskipun dengan bantuan Bola Cristal. Tapi bagiku itu sudah cukup. Aku bisa merasakan kehadiranmu di sana. Layaknya Tian Lo dan lainnya. Tidak peduli seperti apapun kondisimu, kamu adalah Partnerku Akkun. Partner sejatiku."
Mataku terasa berair. Tidak terasa bulir bening mengalir. "Qyupi, terima kasih."
Aku mendekap erat Qyupi seperti pertama kalinya aku melepas kepergiannya.
Awan yang menutupi rembulan perlahan menghilang. Cahaya rembulan menerobos, mulai menyinari kami.
Tetaplah bersamaku, Qyupi. Apapun yang terjadi? Karena kita adalah Seorang Partner.
![](https://img.wattpad.com/cover/265557760-288-k714190.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Dragon Warrior
Short StorySebuah kisah yang terinspirasi dari kartu Dragon Warrior yang sempat populer di zaman. Tentang persahabatan, pengorbanan, harapan dan keinginan.