ADA 41 TRAUMA
"Cinta itu nyata. Cinta yang disertai iman yang kokoh tidak akan pernah sirna."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
Akhirnya keinginan Gus Alfatih untuk pindah terealisasikan hari ini. Gus Alfatih menghentikan laju mobilnya di depan sebuah rumah berpagar besi hitam miliknya. Ia segera turun dan mendorong pintu pagar untuk memasukkan mobilnya.
Netra Aisfa terpukau melihat bangunan berlantai dua di depannya. Jika dibandingkan ndalem, rumah Gus Alfatih ini lebih besar. Hal itu memang sudah dijelaskan oleh Gus Alfatih.
Gus Alfatih mengatakan itu saran dari uminya. Tentu saja Aisfa sangat senang mendengarnya karena mertuanya begitu baik padanya.Dari depan saja Aisfa sudah sangat menyukai penampakan rumah barunya. Di sana terdapat tanaman asri yang menghiasi pinggir rumah, bagian depan dan setiap sudut jendela. Di teras terdapat dua kursi dan meja jika sewaktu-waktu ada tamu.
"Suka, hmm?" tanya Gus Alfatih yang bisa melihat pancaran kebahagiaan di wajah istrinya.
Kepala Aisfa mengangguk-angguk. "Suka banget."
"Masuk yuk." Gus Alfatih menuntun tangan istrinya masuk.
Sesampai di dalam rumah, senyuman Aisfa semakin mengembang kala melihat furniture rumahnya sesuai harapannya. Bahkan rumah terlihat sudah rapi dan bersih karena setiap dua hari sekali, Gus Alfatih selalu mempekerjakan seseorang untuk membersihkan rumahnya dan seminggu sekali, ia memanggil tukang kebun.
Di lantai satu terdapat dua kamar dan tiga ruangan yang digunakan sebagai ruangan keluarga dan ruangan tamu. Satu ruangan lagi adalah ruangan kamar mandi.
"Masya Allah, keren banget rumah kakak."
"Rumah kita." Aisfa mengerjapkan matanya. "Iya, itu maksudku."
Gus Alfatih tertawa kecil melihat ekspresi Aisfa.
"Mau naik ke atas?" Aisfa mengangguk.
Keduanya berjalan beriringan menuju lantai atas. Di sana juga terdapat dua kamar yang masing-masing sudah ada kamar mandinya. Gus Alfatih membawa istrinya ke kamar mereka.
"Ini adalah kamar kita, Habibati."
Aisfa menyapu pandangan pada kamar mereka yang cukup luas. Ada dua lemari, rak buku besar yang Aisfa yakini tempat koleksi buku suaminya karena dia sangat suka membaca. Selain itu terdapat meja tempat bekerja, tempat tidur yang mana di sampingnya ada nakas. Di sudut ruangan terdapat sofa besar yang mengarah pada tivi, jika mereka ingin bersantai sambil menonton. Aisfa sangat menyukai kamar mereka.
Puas mengabsen isi rumah, Aisfa merebahkan dirinya di kasur merasa letih. Tinggal halaman belakang saja yang belum ia singgahi.
"Saya harap kamu betah tinggal di sini, karena bagi saya kenyamanan kamu yang paling utama," kata Gus Alfatih ikut merebahkan diri di samping istrinya.
Mata Aisfa berkaca-kaca. Seumur hidup, ia tidak pernah berpikir akan diperlakukan se-spesial oleh seseorang selain keluarganya sendiri.
"Kakak kenapa baik banget sama aku?" Aisfa memiringkan wajahnya pada Gus Alfatih.
"Karena kamu adalah belahan jiwa hati saya. Kebahagiaanmu kebahagiaan saya."
"Apa itu hanya berlaku hari ini dan beberapa saat ke depan? Kalau iya, aku gak akan meletakkan ekspektasi terlalu tinggi kepada kakak. Aku pernah terluka oleh keluargaku, dan aku tidak akan membiarkan diriku terluka untuk yang kedua kalinya."
![](https://img.wattpad.com/cover/313084020-288-k123405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa Cinta dalam Doa [END]
SpiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan, mendadak merasakan getaran cint...