Glup
Indra tertunduk lemah. Tatapan kedua orang dewasa di hadapannya menghakimi dirinya dengan begitu sadis di sana. Sesekali si tampan itu meneguk salivanya untuk memupuk rasa percaya dirinya yang mulai mengikis.
" Jadi ---- lu temennya Nana?!" Tanya Bisma dengan wajah datar dan tatapan mata yang tajam.
" I --- iya bang ----"
" Temen satu sekelas?!"
" Beda kelas bang, tapi satu angkatan."
" Kenal Nana berapa lama?!"
" Hanjer, pertanyaannya udah kayak gua habis ngajak kawin lari anak orang. Ini si Nana ngapain lagi di toilet lama amat! Emang masih ada yang di setor?!" Batin Indra menjerit.
" Jawab!" Tekan Bisma.
" Iya bang! Udah lama. Dari zaman itu perempuan jadi zigot juga kita udah temenan. Sohib kentel pokoknya!" Jawab Indra dapat satu kali hembusan nafas.
" Na, ayo dong keluar! Gua masih pen menikmati masa muda gua yang berharga. Gua juga belum ngerasain ena ena loh, masa udah harus menghadap. Dosa gua siapa yang mau tanggung hanjer!! Senandung! Pleaseee...."
" Hadduuhh --- aahhh --- cape --- lemes ---" Akhirnya yang di tunggu menampakan batang hidungnya.
Senandung bergelayut lemah pada pinggiran sofa tersebut. Diam-diam Indra mengamati raut wajah Bisma yang seketika berubah manis saat menatap sahabatnya.
" Gila bener! Muka dua banget nih manusia. Pas natap gua udah kayak algojo mau eksekusi, giliran ngeliat ke arah si Nana udah kaya bayi kucing pengen nete ke emaknya. Kampret bener." Umpat Indra dalam hati.
Bisma bangkit menghampiri Senandung dan berjongkok di hadapan wanita manis itu. Jemarinya menyisir surai lembut Senandung yang tersibak.
" Na ---istirahat di kamar aja yuk! Jangan tiduran disini nanti badannya makin sakit." Bujuk Bisma.
Senandung mengangkat kepalanya yang terasa berat, dengan tenaga yang tersisa dia berusaha untuk tetap tegar agar bisa mencapai kamarnya di lantai dua tersebut.
" Btw, thanks ya Ndra udah nganterin gua."
" Terimakasih doang mah, buang sampah pada tempatnya juga bilang terimakasih. Gua butuh gerakan nyata, bukan janji."
" Iya, iya, besok gua teraktir lu jajan di kantin. Lu mau apa aja gua bayarin."
" Janji lu ya!"
" Iya elah."
" Ya udah gua balik ya! Jangan lupa obatnya diminum! Kalau ada apa-apa telpon gua aja. Gua selalu siap kok kalau buat lu." Senyuman Indra meluas.
Tapi hal tersebut tak bertahan lama karena hawa mencekam seketika menghampirinya hingga membuat si tampan itu panik.
" Hm, Na --- gua --- pulang ya --- bye!" Indra seketika lari pontang panting.
" Kenapa sih tuh bocah? Kesurupan apa ya?!" Dahi Senandung mengkerut, menatap tingkah aneh sahabat karibnya tersebut.
" Eh?! APAAN NIH?!" Senandung memukuli kecang lengan Bisma yang tiba-tiba melingkar di tubuhnya.
" Aduh! Aduh! Na! Sakit!" Keluh Bisma.
" RASAIN! Siapa suruh cari kesempatan dalam kesempitan!" Ketus Senandung.
" Hahahahaa... Lagi lu aneh sih bang. Suka sama cewek hutan model begini. Kayak ga ada spesies lain yang lebih baik." Lino menggeleng sambil berjalan naik menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ GS ] DUA SISI
Fanfiction[ CHAN2MIN ] 23+ BIJAK SEBELUM MEMBACA!! Book ini mengandung unsur dewasa 23+, Gender Swich, bahasa informal, frontal, kasar dll. Bagi yang berbeda pandangan / belum cukup umur harap SKIP saja. Sekian dan terimagaji. salam manis, Kyuji_25